Teori broken windows yang diterapkan para suporter garis keras tentang saling hajar sampai tidak berdaya rupanya berlaku juga bagi para pemain sepakbola. Perilaku yang biasanya dampak dari sosial tersebut, terjadi ketika pertandingan play-off menuju Liga Primer Skotlandia antara tuan rumah Motherwell menjamu Glasgow Rangers.
Motherwell sedang berjuang agar tidak turun ke Divisi Championship setelah menduduki peringkat lima grup degradasi Liga Primer Skotlandia 2014/2015. Agar selamat dari degradasi mereka harus mengkandaskan Rangers yang mengakhiri kompetisi Divisi Championship Skotlandia musim ini di peringkat tiga.
Pertandingan play-off sendiri berjalan dua kali. Pertemuan pertama Motherwell lebih dahulu mengantongi keunggulan dengan mengalahkan tuan rumah Rangers 3-1 di Stadion Ibrox. Kemudian pertemuan kedua di Stadion Fir Park, kandang Motherwell, pun digelar.
Laga penentuan ini sudah sangat terasa panas. Sebagai tuan rumah, Para suporter Motherwell terus meneror Rangers dengan caci maki dari tribun Stadion Fir Park. Lee McCulloch, penyerang Rangers, menjadi korban para suporter Motherwell.
Wajah kapten Rangers tersebut dipukul di wajahnya memakai tongkat bendera oleh salah satu suporter Motherwell pada pertengahan babak pertama. Saat itu McCulloch membungkuk hendak mengambil bola out kemudian tongkat bendera melayang ke wajahnya. Dari insiden tersebut situasi Stadion Fir Park makin tegang dan memanas. Bahkan salah satu suporter Motherwell melemparkan suar (red flare) ke lapangan setelah gol pertama Motherwll terjadi dicetak Marvin Johnson pada menit ke-52.
Baku hantam yang sebenarnya baru terjadi ketika skor 3-0 mengakhiri kemenangan untuk Motherwell. Kedudukan tiga gol tanpa balas tersebut memperbesar agregat kemenangan Motherwell dari leg pertama menjadi 6-1. Skor ini tentu saja mengubur harapan Rangers untuk kembali berkiprah di divisi paling atas Liga Skotlandia.
Motherwell akhirnya tetap bertahan di Liga Primer Skotlandia. Para suporter yang datang ke Stadion meluapkan kegembiraan dengan melakukan invasi ke lapangan sekaligus mengejek para pendukung Rangers yang berada di tribun Stadion Fir Park.
Para polisi berkuda pun sampai masuk ke dalam lapangan untuk melerai kedua suporter kesebelasan tersebut. Leganya para suporter Rangers tidak terpancing. Mereka lebih terlarut dalam kesedihan karena kesebelasan kesayangannya gagal melalui proses mengulang kejayaan sepakbola di tanah Skotlandia.
Namun kejadian buruk baru terjadi setelah wasit mengakhiri pertandingan. Setelah wasit meniupkan peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan Mohsni didatangi Lee Erwin, penyerang Mohterwell, untuk mengajak berjabat tangan. Akan tetapi niatan Erwin malah ditepis Mohsni. Erwin merasa niat perdamaiannya dilecehkan mendorong punggung Mohsni yang membalikan badan setelah menolak berjabat tangan.
Dorongan dari Erwin saat itu pun langsung disambut Mohsni dengan tendangan lalu pukulan ke wajah penyerang Motherwell bernomor 19 tersebut sampai berdarah. "Saya mencoba untuk menjabat tangan Mohsni berharap yang terbaik untuknya tapi dia mengatakan kepada saya F*** off. Saya mendorong dia pergi dan dia bereaksi buruk. Seorang pemain di sebuah klub tidak boleh bertindak seperti itu. Ini memalukan bagi dirinya dan klub. Tapi aku berharap yang terbaik untuknya," ujar Erwin seperti yang dilansir Dailymail.
Aksi agresif Mohsni tersebut lantas memicu pemain Motherwell lain mengeroyok bek asal Tunisia itu. Tapi satu-satunya pemain Motherwell yang paling berhasil membalas dendam Erwin cuma Fraser Kerr karena pukulannya telak mengenai wajah pemain 27 Tahun tersebut.
Sebelum dikeroyok lebih lanjut Mohsni diamankan pihak keamanan stadion menuju lorong pemain. Wasit pun memberikan kartu merah masing-masing kepada Mohsni, Erwin dan Kerr walau pertandingan sudah dinyatakan berakhir.
Rupanya keributan usai pertandingan tidak lantas membuat Mohsni puas. Pemain bernomor punggung tiga tersebut nampak masih dendam dan penasaran kepada Erwin. Pasalnya bus kesebelasan Rangers mesti tertahan di Stadion karena Mohsni masih mencoba menantang Erwin.
Saat itu Erwin tengah meladenni tanda tangan para penggemarnya. Kemudian Mohsni mendatanginnya kembali untuk melanjutkan perkelahian sebelum berhasil dilerai dan masuk kembali ke dalam bus rombongan Rangers untuk pulang ke rumah.
Kekesalan pun menyelimuti Stuart McCall, Pelatih Rangers, ia mengecam tindakan anak asuhnya tersebut. Menurutnya perilaku Mohsni sangat memalukan dan tidak bisa diterima. "Saya tidak tahu apakah klub dapat mengambil tindakan apapun kepadanya tapi saya tidak berpikir adanya keraguan dia tidak akan ada di klub musim depan," imbuh McCall.
Insiden perkelaihan tersebut merupakan terburuk setelah perkelahian antara pemain Celtic Frank McAvennie dengan para pemain Rangers Chris Woods, Terry Butcher, Graham Roberts pada The Old Firm Derby pada 1987.
Begitu besarnya ambisi Rangers untuk kembali ke Liga Primer Skotlandia terutama kepada dalam diri Moshni. Bayangkan jika The Teddy Bears berhasil lolos ke Divisi teratas Liga Skotlandia dan bertemu dengan Celtic kembali, mungkin keributan Moshni bakal lebih parah ketimbang perkelahian The Old Firm Derby 1987.
Komentar