Kabar keinginan Carlos Tevez untuk pulang ke Argentina memang sudah berkembang sebelum final Liga Champions 2014/2015 digelar. Ya, Boca Juniors menjadi tempat sebagai alasan Tevez untuk kembali. Kabarnya pun Tevez memang ingin menghabiskan sisa karir sepakbolanya di sana, di Boca Juniors, kesebelasan profesional pertamanya ketika memulai karir sepakbola.
Juventus juga dikabarkan tidak bisa menahan keinginan Tevez untuk kembali ke Argentina. Pemain yang lahir dan besar di Ciudadela ini memang masih menutup mulut kepada media. Tapi Pavel Nedved sudah mengkonfirmasi jika ia meyakinkan semua pihak atas keinginan Tevez untuk pergi.
"Musim ini, ia telah berkorban begitu banyak. Ia tampaknya sudah menetapkan keputusan. Menurut saya, Tevez ingin kembali ke rumahnya," kata Nedved.
Nedved pun bukan satu-satunya dari pihak Juventus yang mencoba memperjelas kesimpangsiuran berita seiring masih bungkamnya Tevez. Tapi ada pihak lain, yaitu Beppe Marotta, yang juga mencoba untuk membenarkan kabar kepergian Tevez.
"Ia telah menunjukkan keinginan untuk mengakhiri karir di Argentina. Kami menunggu jawabannya karena tak ingin menciptakan situasi yang bisa menjadi masalah untuk semua pihak. Semoga kami akan mendapat jawaban darinya pada Sabtu (20/06/2015). Jika ia bertahan, kami akan senang. Bila ia pergi, kami tetap menaruh rasa hormat mengingat apa yang sudah dilakukannya. Kehendak pemain adalah yang paling pokok," ujar juru transfer Juventus, Marotta.
Tevez telah 10 tahun merasakan gemerlapnya sepakbola Eropa. Gelar juara pun sudah hampir ia rasakan seluruhnya selama bermain di Eropa, seperti gelar Liga Primer Inggris, Piala FA, Community Shield, Liga Champions, Serie A, Coppa Italia, Supercoppa Italia, dan Piala Dunia Antarklub. Seluruh gelar itu juga mungkin yang telah membuat Tevez merasa cukup untuk melalang buana di Eropa.
Selain itu juga, perjalanan Tevez di Eropa, terbilang tidaklah mudah. Ia pernah mengalami keluntang-lantungan nasib ketika permasalahan kepindahannya ke Manchester United menjadi kasus tarik-menarik perihal dua pihak yang mengklaim berhak atas transfer striker Argentina itu. West Ham memiliki hak registrasi Tevez di Liga Inggris, sementara Kia Joorabchian mengklaim memiliki hak komersil sang pemain. Akibat sengketa ini, keinginan Manchester United untuk memboyong Tevez menjadi terganjal.
Namun setelah permasalahn itu, karir Tevez terus melesat di Inggris. Melesatnya karir Tevez di Inggris pun membawanya pada sebuah perselisihan di Inggris, seperti dengan Sir Alex Ferguson, Gary Neville, dan juga Roberto Mancini.
Tapi dari perselisihan dengan orang-orang tersebut tidak membuat karir Tevez serta merta meredup dan mati. Perjalanan sepakbolanya di Eropa terus berjalan lebih kencang. Hingga akhirnya Tevez berlabuh di Juventus dan terlahir kembali dengan menjadi sosok pemain yang disebut-sebut tidak lagi banyak perangai.
Mungkin ia sadar jika usiannya sudah tidak muda lagi untuk berperangai. Ya, Tevez datang ke Juventus ketika usianya 29 tahun dan kini usianya sudah 31 tahun. Dan di usia itu pun Tevez telah memikirkan masa depannya untuk kembali pulang ke Argentina untuk mempersiapkan masa pensiun.
Setelah begitu jauh Tevez melangkah di Eropa, setelah banyak gelar yang ia dapat di Eropa, Tevez pun akhirnya ingin mengakhiri perjalanannya di Eropa. Tapi kembali lagi, setiap orang boleh memiliki keinginan. Tapi untuk saat ini Tevez tidak bisa berbuat banyak. Sebab Juventus masih menginginkan Tevez dan Tevez masih memilik satu musim sisa kontrak di Juventus.
Dan dalam hal tersebut pun aku teringat potongan lirik lagu yang dilantunkan John Mayer yang berjudul Stop This Train.
âStop this train. I wanna get off and go home again. I can't take the speed it's moving in. I know I can't. But, honestly, won't someone stop this train?â
Aku membayangkan jika kini, Tevez hanya sekedar menunggu ada seseorang yang datang untuk menghentikan kereta yang ia tumpangi untuk berhenti. Karena Tevez pun memang sadar betul, jika ia akan terus berada di keretanya ini andai tidak ada yang mau memberhentikannya dengan baik.
Tapi pada kenyataannya Tevez pun memang bisa saja menghentikan laju kereta yang ia tumpangi ini, dalam artian meminta Juvetus untuk memutus kontraknya segera. Namun, itu semua akan cenderung membahayakan untuk Tevez.
Sejauh ini Boca Juniors menjadi satu-satunya sosok yang serius untuk menghentikan kereta yang ditumpangi Tevez. Dan jika Boca memang serius untuk melakukan itu, tentu saja Juventus akan senang hati menurunkan Tevez. Sebab Juventus tentu tidak ingin sembarangan menurunkan Tevez, Juventus juga butuh stasiun untuk berhenti dan menurunkan Tevez untuk melanjutkan rute perjalanan barunya.
Tentu saja rute baru tersebut yang akan mengantarkannya bernostalgia dengan masa lalunya dan sekaligus mengantarkannya untuk mempersiapkan masa tua di kampung halaman, sambil menemukan kebahagiaan di Buenos Aires.
Komentar