Ditulis oleh Renalto Setiawan
Kami ini orang-orang kota Eibar. Ia bukan kota metropolis dengan kesibukan luar biasa. Jika dikaitkan dengan adidaya sepakbola Spanyol, kota kami ini juga tak ada apa-apanya.
Jumlah penduduk di kota kami hanya sekitar 27.500 orang. Dengan jumlah penduduk seperti itu, dalam jangka waktu lima tahun ke depan, rasanya kami akan tetap kesulitan untuk memenuhi kapasitas stadion Camp Nou, markas FC Barcelona.
Sampai sekarang tak sedikit orang yang mengenal kota kami karena kemahiran kami dalam membuat senjata api. Zaman sekarang, apa menariknya sebuah kota yang hanya terkenal karena kemampuannya dalam membuat senjata api?
Mungkin kami bisa berbuat nekat untuk membuat kota kami lebih banyak dikenal orang. Melalukan rockinâ1.000 seperti yang dilakukan di Cesena, Italia, misalnya. Atau, menyuruh 1.000 gadis cantik di kota kami hanya mengenakan pakaian dalam di sebuah tempat terbuka untuk melakukan fashion show dan menarik simpati Victoria Secret, sebuah merek pakaian dalam ternama asal Amerika, agar mau menyelenggarakan fashion show-nya glamor itu di kota kami.
Bagi kami, rencana-rencana tadi cuma angan-angan. Kalau kami percaya bahwa suatu saat rencana-rencana tadi jadi kenyataan, orang-orang dari kota-kota besar akan tertawa terbahak-bahak. Di hadapan mereka, kami cuma sekumpulan orang tolol.
Lalu, boom! Tiba-tiba Sociedad Deportiva Eibar, klub sepakbola kebanggaan kota kami, secara mengejutkan berhasil  menjadi juara Segunda, kasta kedua sepakbola Spanyol. Itu artinya Eibar berhak promosi ke La Liga, kasta tertinggi sepakbola Spanyol. Mereka akan berdiri sejajar dengan Real Sociedad dan Athletic Bilbao, dua klub sepakbola paling terkenal dari daerah Basque.
Sayangnya sebelum Eibar  benar-benar promosi ke La Liga, Eibar harus mampu menutup kekurangan modalnya selama berlaga di Segunda. Saat itu setiap klub yang berlaga di Segunda wajib memiliki modal sebesar 2.146.525  juta euro. Eibar hanya memiliki modal sekitar 422.253 ribu euro. Dan jika sampai batas waktu yang ditentukan Eibar gagal menambahkan dana sebesar 1.724.272 juta euro untuk menutup modal, promosi Eibar ke La Liga akan dibatalkan. Bahkan, Eibar juga terancam hukuman turun ke kasta ketiga liga Spanyol.
Meski modal  Eibar hanya seperempat dari modal yang ditentukan, Eibar sebenarnya tidak memiliki utang dan gaji yang mereka bayarkan kepada para pemainnya sudah lebih dari cukup untuk sekadar makan enak (tiga kali sehari) di restoran paling mahal di kota kami. Apalagi, Eibar tidak pernah menunggak gaji para pemainnya dan selalu membayar gaji tepat waku.
Mengetahui hal tersebut, Sid Lowe, jurnalis sepakbola ternama, kemudian menuliskan kisah Eibar dalam sebuah kolomnya di ESPN dengan judul: Small-town Eibar to be punished for their success? Raphael Minder, jurnalis New York Times, Â juga melakukan hal yang sama.
Melalui tulisan mereka, banyak orang mengenal kota dan klub sepakbola kami. Â Orang-orang tersebut juga jadi mengenal stadion Ipurua, markas klub sepakbola kami, yang hanya berkapasitas sekitar 5.700 tempat duduk, sebelum ditambah menjadi 6.267 tempat duduk.
Namun yang terpenting, banyak orang kaya dari berbagai penjuru dunia peduli dengan nasib kami. Mereka kemudian membantu menyelamatkan Eibar. Mereka tidak ingin permainan hebat Eibar di atas lapangan digagalkan oleh kekurangan modal.
Pada akhirnya, Eibar benar-benar terselamatkan dan bisa berlaga di La Liga. Kota kami menjadi  terkenal. Kami pun bangga dan mengucapkan banyak terima kasih terhadap orang-orang kaya yang membantu Eibar tersebut.
Simak tulisan-tulisan kami tentang SD Eibar:
âTahukah Anda tentang kota Eibar?â tanya orang Ghana kepada orang Ghana lainnya.
âTentu, mereka mempunyai klub sepakbola yang bagus,â jawab orang Ghana yang lainnya.
Kini, dialog tersebut bukan hanya angan-angan belaka.
Dengan mengundang beberapa Bagpiper ternama, baik yang berasal dari kota kami atau yang berasal dari Skotlandia, kami pun mengadakan pesta âkemenanganâ Eibar di pusat kota. Sebagian besar dari kami berkumpul untuk bersenang-senang. Lalu, kenapa kami memilih merayakannya dengan Bagpipe yang notabene merupakan alat musik Skotlandia?
Bagi kami, memainkan bagpipe adalah salah satu cara untuk menghormati orang-orang Skotlandia. Kami menyukai mereka, terutama semangat luar biasa yang mereka miliki ketika mendukung negara atau klub kesayangannya berlaga. Entah itu di lapangan rugby, sepakbola atau di lapangan olahraga lainnya, orang-orang Skotlandia selalu memberikan dukungannya secara intens.
Meski dalam keadaan kalah, mereka tetap riuh sampai pertandingan benar-benar berakhir. Semangat orang-orang Skotlandia tersebut kemudian kami tiru untuk mendukung Eibar âkelompok suporter terbesar Eibar kami beri nama Scotland The Brave.
Tak peduli berapa gol yang akan dicetak Lionel Messi atau Cristiano Ronaldo ke dalam gawang Eibar yang dijaga oleh Si Kucing, Xabi Irureta, nanti. Kami akan tetap riuh untuk memberikan semangat kepada para pahlawan kota kami saat mereka berjuang sekuat tenaga di atas lapangan.
Bahkan, pada peringatan ulang tahun Eibar yang ke-75 Juli lalu, kami mengundang Glasgow Celtic, klub terbaik asal Skotlandia, untuk berlaga melawan kami di Ipurua. Di pusat kota, kami menyambut mereka dengan karpet merah. Celtic dan para suporternya terlihat senang dengan sambutan yang kami berikan. Meski Eibar akhirnya menyerah 0-3, kami juga merasa senang karena berhasil menyambut tamu dari Skotlandia itu dengan baik.
Musim lalu, pada awal hingga tengah musim keberadaan Eibar di La Liga, kami sempat berpikir naif bahwa Eibar akan berlaga di Eropa pada musim selanjutnya. Eibar bermain cukup baik, berhasil memperoleh banyak kemenangan dan merepotkan tim-tim besar seperti sang juara bertahan La Liga, Atletico Madrid. Namun, ibarat kapal yang menabrak karang di tengah lautan, Eibar kemudian oleng. Secara perlahan Eibar tenggelam ke tempat yang diprediksi banyak orang, zona degradasi.
Akhirnya, Eibar benar-benar terdegradasi. Eibar harus puas berada di posisi ke-18, satu peringkat di bawah zona aman. Militansi yang kami berikan untuk mendukung Eibar tak cukup untuk menghadang ganasnya kaki pemain-pemain mahal yang menjadi lawan-lawan Eibar.
Sebelas pemain inti yang kami mainkan setiap pekan yang nyaris tak berharga jika dibandingkan dengan gaji Cristiano Ronaldo setiap pekan, lebih sering terlihat berlari-lari mengejar bola daripada menguasainya. Eibar nyaris tak pernah menang.
Kami tetap bangga dengan Eibar. Tanpa Eibar mungkin kami tidak akan pernah menginjakkan kaki kami di Stadion Santiago Bernabeu. Dan tanpa Eibar, sebagian dari kami mungkin tidak akan pernah menyaksikan penampilan Sergio Busquets secara langsung dan gratis dari atas balkon apartemen yang berdiri menjulang di samping Ipurua.
Lalu, sekali lagi, boom, tiba-tiba Eibar tidak jadi terdegradasi. Karena terlilit banyak hutang dan tak sanggup membayarnya, Elche, salah satu kontestan La Liga, dipastikan menggantikan tempat Eibar di Segunda.
Barangkali, tak sedikit orang yang menyebut apa yang dialami Eibar sebagai keberuntungan. Tapi bagi kami, keberuntungan itu cuma fatamorgana. Dibandingkan keberuntungan, kami lebih suka menyebutnya sebagai keajaiban.
Bagaimana jika musim lalu Eibar tidak berada di posisi ke-18? Atau, bagaimana jika Eibar juga memiliki banyak hutang seperti Elche? Apakah Eibar akan tetap berada di La Liga seperti sekarang ini? Entahlah.
Bagi yang tidak suka dengan keberadaan Eibar di La Liga musim ini, silakan Anda terus menggerutu. Bagi kami, itu hanya buang-buang waktu. Toh, gerutuan yang Anda lakukan tak akan mampu menghalangi kiprah Eibar di La Liga pada musim ini bukan?
Saran kami, daripada Anda menggerutu, alangkah baiknya Anda sesekali berkunjung ke kota kami yang mungil ini. Percayalah, kami akan menyambut Anda sebaik mungkin. Kami akan menyambut Anda dengan senyum kami, senyum warga kota Eibar, bukan dengan menggunakan senjata api yang biasa kami buat.
Dibandingkan menendang bola, penulis lebih suka mengejarnya. Biasa berkicau lewat akun Twitter @TheCeputhul
Komentar