Bukan sekali dua kali sepakbola menghadirkan kisah inspiratif. Dari segala aspek, sepakbola seringkali membukakan mata kita bahwa sesuatu hal yang tak mungkin, mungkin saja terjadi di dunia ini. Kisah-kisah para pesepakbola menggapai mimpi mereka menjadi contoh nyata.
Tak ada yang menyangka seorang mantan kernet bus bisa menjadi pahlawan kemenangan Sevilla di Europa League. Tak ada yang mengira pula seorang anak penderita kekurangan hormon pertumbuhan kini menjelma menjadi seorang pesepakbola terbaik di muka bumi ini.
Selama seorang pesepakbola memiliki potensi yang besar, selalu bekerja keras dan tak kenal menyerah, bukanlah hal yang mustahil untuk menjadi pesepakbola yang sukses. Tapi tentu saja semuanya harus dimulai secara bertahap, sedikit demi sedikit menapaki tangga kesuksesan.
Hal itu pula yang dialami oleh seorang pemuda kelahiran negara pecahan Yugoslavia, Kosovo. Pemuda yang berimigrasi ke Swiss pada usia dua tahun ini merintis karir sepakbolanya dari bawah. Dimulai dari sebuah kesebelasan yang tak terlalu besar, dan mengakhiri karirnya dengan sarat prestasi.
Pada awal karirnya ia membela kesebelasan asal Inggris bernama Stoke City. Meski kesebelasan berjuluk The Potters ini belum pernah sekalipun menjuarai kompetisi teratas sepakbola Inggris, namun kesebelasan ini merupakan salah yang tertua di Inggris karena sudah berdiri sejak tahun 1863, dengan nama Stoke Ramblers FC.
Di era modern, Stoke bukanlah lawan yang sepadan bagi kesebelasan-kesebelasan besar Inggris seperti Manchester City, Manchester United, Chelsea, Arsenal, atau Liverpool. Papan tengah merupakan tempat paling ideal bagi Stoke untuk bersaing setiap musimnya.
Meskipun begitu, pemuda kelahiran 10 Oktober ini selalu tampil menunjukkan sinarnya. Aksi-aksinya dalam melewati lawan begitu memukau siapa saja yang melihat. Tak terkecuali tentunya para pemandu bakat dari kesebelasan-kesebelasan top Eropa.
Tak membutuhkan waktu lama baginya untuk mendapatkan tawaran menarik dari salah satu kesebelasan besar di Italia, Internazionale Milan. Maka untuk karirnya yang lebih baik, ia pun memutuskan untuk hijrah ke kesebelasan yang bermarkas di Giuseppe Meazza tersebut.
Di Italia, pemuda yang memiliki keturunan Albania ini masih menunjukkan performanya yang luar biasa. Meski lebih sering terlebih dahulu duduk di bangku cadangan, ia seringkali memberikan kontribusi yang maksimal bagi kesebelasan berjuluk La Beneamata tersebut. Salah satu kontribusi terbesarnya adalah mengantarkan Inter ke babak perempat final Coppa Italia dengan turut mencetak satu gol ke gawang Sampdoria.
Tak hanya sampai di situ, di Serie A, pemuda yang bermain sebagai gelandang ini turut mencetak satu gol bagi Inter saat membantai Fiorentina [ralat: Atalanta] dengan skor 4-1. Bahkan empat hari kemudian, ia mencetak gol pembuka saat Inter berlaga di Europa League saat menghadapi Glasgow Celtic yang berkesudahan dengan skor 3-3.
Meski hanya mencetak tiga gol dari 20 penampilan bersama Inter, hal ini tak menurunkan daya tariknnya bagi kesebelasan-kesebelasan lain, termasuk kesebelasan besar Eropa. Dengan impiannya yang semakin membesar, pemuda yang beragama Islam ini pun membuka diri untuk hengkang dari Inter.
Gayung pun bersambut, di mana tawaran itu datang dari raksasa Jerman, Bayern Munich. Munich dilaporkan memboyongnya dengan nilai transfer sekitar 12 juta euro. Kontraknya sendiri berdurasi empat tahun dengan gaji sekitar dua juta euro per musim.
Tak salah Munich membayar cukup mahal untuk pemuda langganan timnas Swiss ini. Gol demi gol ia berikan untuk kesebelasan berjuluk FC Hollywood ini. Sempat kesulitan gol pada awal karirnya di Jerman, pemain bertinggi 170 cm tersebut mencetak gol penyama kedudukan saat Munich ditahan imbang Borussia Moenchengladbach. Hasil itu cukup membuat Munich bertengger di peringkat pertama Bundesliga, di mana kemudian Munich berhasil mempertahankan posisinya hingga akhir musim.
Di DFB Pokal, pemain yang dinaturalisasi Swiss ini pun memberikan kontribusi yang luar biasa. Pada babak semi-final, ia mencetak gol indah dengan tendangan jarak jauh ke gawang Wolfsburg. Gol itu melenggangkan Munich ke babak final yang kemudian meraih juara DFB Pokal mengalahkan Stuttgart.
Tak hanya di Jerman, pemain yang memiliki skill individu mumpuni ini pun menunjukkan aksinya di kompetisi Eropa. Ia dinobatkan sebagai Man of the Match pada pertandingan Liga Champions menghadapi BATE Borisov. Saat itu ia mencetak satu gol dan satu assist untuk skor akhir 4-1, hasil yang mengantarkan Bayern menjadi pemuncak klasemen Grup F.
Sedikit banyak, kontribusinya itu menjadi salah satu faktor bagi keberhasilan Bayern Munich pada musim tersebut. Setelah berhasil menjuarai Bundesliga dan DFB Pokal, Munich pun berhasil menggondol trofi Liga Champions setelah mengalahkan Borussia Dortmund di babak final.
Meski pemuda yang menjalani debut bersama timnas senior Swiss pada 2010 ini tak bermain pada laga final Liga Champions, hal itu tetap saja menjadikannya sebagai salah satu pemain meraih treble winners. Dan treble winners tersebut merupakan treble winners Munich pertama sepanjang sejarah.
Atas peningkatan karirnya, ia pun benar-benar menjadi pemain kelas dunia. Ia berlaga di sejumlah Piala Dunia bersama Swiss. Pada 2015, dirinya pun tampil menjadi cover sebuah game sepakbola yang cukup populer di dunia, FIFA 2015, bersanding dengan Lionel Messi.
Setelah menggapai puncak karirnya bersama Munich, pemain yang meraih penghargaan pemuda terbaik Swiss 2012 ini memutuskan untuk berkarir di negara tempat di mana ia tumbuh, Swiss. Lantas ia pun membela salah satu kesebelasan besar Swiss, FC Basel.
Dengan segala kemampuan yang ia miliki, Basel pun diantarkannya untuk meraih tiga gelar Liga Super Swiss dan dua trofi Piala Swiss. Hal ini pun kemudian menjadikan dirinya sebagai salah satu pesepakbola terfavorit, bahkan bisa disebut sebagai pahlawan, bagi publik Swiss.
Dengan apa yang telah ia capai dalam karirnya, membela salah satu kesebelasan tertua di Inggris, kesebelaan besar di Italia, dan menjadi salah satu pencetak sejarah di Jerman, namanya akan selalu dielu-elukan oleh publik masyarakat Swiss. Karenanya, jangan heran jika di Swiss akan banyak orang yang mengenakan seragam timnas Swiss dengan di punggungnya bertuliskan nama pahlawan dan pemain pujaan mereka "Shaqiri".
Cerita di atas merupakan kebalikan dari karir Xherdan Shaqiri, pemain asal Swiss yang baru saja hijrah dari Internazionale Milan ke Stoke City.
foto: uefa.com
Komentar