Dengan manuver transfernya, AC Milan ternyata gagal meraih kemenangan pada laga pembuka Serie A. Bertandang ke Stadion Artemo Franchi markas Fiorentina, skuat besutan Sinisa Mihajlovic tersebut dibekuk dengan skor 2-0.
Kekalahan yang dialami Milan ini bisa dibilang merupakan buah dari apa yang ditampilkan salah satu bek anyar mereka, Rodrigo Ely. Bukan karena kartu merah yang ia terima pada menit ke-35, melainkan karena penampilannya selama 35 menit memang membuat Fiorentina selalu berhasil masuk ke kotak penalti Milan lewat area milik eks-bek kesebelasan Serie B, Avellino, ini.
Ya, jika pun Ely tak mendapatkan kartu merah, melihat penampilannya sejak babak pertama rasanya Milan memang berpotensi kebobolan cepat atau lambat. Hal ini semakin terlihat ketika posisi kanan pada bek tengah dihuni oleh Cristian Zapata yang masuk menggantikan Honda, di mana Fiorentina mulai kesulitan mencetak gol hingga mendapatkan hadiah penalti pada menit ke-56.
Meski bermain di kandang lawan, AC Milan yang menggunakan formasi 4-3-1-2 ini terlihat berupaya untuk menguasai jalannya pertandingan dengan melakukan pressing hingga lini pertahanan Fiorentina ketika tak menguasai bola. Hal ini dilakukan agar Fiorentina kesulitan membangun serangan sejak dari lini pertahanan dan dengan cepat kehilangan bola.
Fiorentina memang hendak membangun serangan secara perlahan dari lini pertahanan ke depan, dengan kiper mereka, Ciprian Tatarusanu, yang selalu memberikan operan pada salah satu tiga bek atau wingback di kedua sisi. Terbilang jarang kiper asal Rumania tersebut memberikan umpan panjang ke tengah saat melakukan tendangan gawang.
Ketika pemain belakang Fiorentina menguasai bola, barisan penyerangan Milan tak langsung mundur dan menunggu serangan di area tengah lapangan, melainkan tetap berada di area bertahan Fiorentina. Dengan bantuan gelandang yang juga ikut membantu melakukan pressing, Fiorentina cukup kesulitan mengembangkan permainannya.
Gambar di bawah ini adalah salah satu contoh bagaimana Milan melakukan tekanan pada pemain bertahan Fiorentina yang hendak membangun serangan. Keisuke Honda menjaga pemain lawan yang berada di dekatnya (Milan Badelj), Andrea Bertolacci yang berposisi sebagai gelandang naik untuk menutup jalur operan dan lari Marcos Alonso yang sedang menguasai bola. Sementara Carlos Bacca datang untuk mengunci atau mempersempit gerak Alonso.
Namun perhatikan area tengah dengan lingkaran merah pada gambar di atas. Ada jarak di antara Bonaventura dan Nigel De Jong yang berperan sebagai ball winner. Sisi kanan pertahanan Milan ini seringkali kosong karena hal ini terjadi bukan sekali dua kali saja.
Kekosongan ini beberapa kali harus diisi oleh Mattia De Sciglio yang bermain sebagai bek kanan. Bonaventura yang memang bukan pemain gelandang bertipe defensif membuat gelandang asal Italia tersebut sering telat meng-cover penjagaan pemain di tengah. Peran inilah yang sering harus diambil oleh De Jong untuk mengamankan area di sisi sebelah kiri (pada gambar di atas mengawasi pergerakan Borja Valero).
Untuk mendukung pressing seperti yang dilakukan Milan ini, memainkan garis pertahanan tinggi tentunya menjadi pilihan terbaik. Dengan garis pertahanan tinggi yang dinaikkan, hal ini bisa meminimalisir adanya celah atau ruang kosong di antara gelandang yang ikut memberikan tekanan dengan barisan pertahanan Milan.
Sisi kiri Fiorentina sendiri seringkali menjadi titik di mana serangan Fiorentina bermula. Tak seperti Gilberto di sisi kanan, Marcos Alonso memang lebih rajin melakukan overlap membantu lini serang. Karenanya bola lebih sering digulirkan pada sisi kiri.
Alonso pun melakukannya dengan baik di mana dalam 41 operan yang dilepaskannya dalam 90 menit, hanya delapan kali operan bek kiri asal Spanyol ini salah sasaran. Hal ini lah yang sering menjadi persoalan bagi Milan pada 35 menit pertama.
Peluang-peluang Fiorentina pada 35 menit pertama, masuk dari area Rodrigo Ely. (grafis via: Squawka.com)
Umpan-umpan panjang lantas dilepaskan oleh Alonso langsung ke area flank di sisi yang sama (sisi kiri). Pada posisi ini, terdapat pemain yang cukup potensial, Federico Bernardeschi. Dengan De Sciglio yang ikut meng-cover area tengah, umpan panjang atau umpan terobosan kiriman Alonso ini pun membuat Rodrigo Ely cukup sibuk pada pertandingan ini.
Jika bola berhasil dikirim ke tengah, pada Valero atau Bernardeschi yang masuk ke tengah, bola lantas dikirimkan lewat umpan terobosan pada Kalinic. Namun Ely tampaknya tidak sedang dalam permainan terbaiknya malam tersebut. Ia seringkali kalah cepat dan salah antisipasi. Hal ini pun yang membuatnya harus berkali-kali kewalahan saat menghadapi salah satu di antara keduanya.
Dalam 35 menit debut Ely bersama Milan, aksi terbaiknya hanya satu intersepsi dan satu sapuan. Â Ia kemudian tak sekalipun melakukan tekel, baik itu berhasil ataupun gagal. Hal terburuknya adalah dua pelanggaran yang dilakukannya (pada Kalinic) selalu dari belakang, yang mana kedua pelanggaran ini berbuah dua kartu kuning untuknya. Pada pelanggaran yang ia lakukan pada menit ke-35, pelanggaran itu menghasilkan gol pertama Fiorentina berkat eksekusi akurat yang dilakukan oleh Alonso.
Pergantian yang dilakukan Mihajlovic untuk mengisi lubang yang ditinggalkan Ely adalah dengan memasukkan Zapata untuk menggantikan Honda. Setelah Zapata menemani De Sciglio di sisi kanan, Fiorentina pun lantas mengalihkan serangannya ke sisi kiri, di mana ini kemudian berbuah pelanggaran Romagnoli pada Josip Ilicic di dalam kotak penalti.
Jika boleh menyimpulkan, adanya lubang di depan area Rodrigo Ely merupakan salah satu faktor penyebab kekalahan Milan pada laga ini. Dengan Ely yang belum terlalu berpengalaman bermain di Serie A, ditambah kejelian strategi pelatih Fiorentina, Paulo Sousa, kartu merah pun menjadi ucapan selamat datang baginya di mana ini berbuah kekalahan bagi AC Milan pada laga perdana Serie A 2015/2016.
foto: eurosport.com
Komentar