Sinisa Mihajlovic gagal memberikan kesan manis pada debutnya dalam pertandingan Derby della Madonnina di gelaran Serie A.
AC Milan kalah 0-1Â dari Internazionale Milan di Stadion Giuseppe Meazza pada Senin (14/9) dini hari.
Pada kenyataannya, pengalaman Roberto Mancini yang membesut I Nerazurri, julukan Inter Milan, lebih unggul ketimbang mantan pelatih Sampdoria tersebut. Mancini agaknya paham tentang apa-apa yang harus diantisipasi dari Milan yang rupanya, masih belum mengubah alur serangan.
Pasalnya, serangan Rosonerri yang dibangun melalui full-back kanan, Ignazio Abate, masih belum bisa sepenuhnya diubah oleh Mihajlovic. Serangan melalui sektor tersebut masih lebih dominan sampai garis depan dibandingkan full-back kiri Milan yang ditempati Mattia De Sciglio. Kecenderungan selama 15 menit pertama, Sciglio hanya sanggup melaju sampai setengah lapangan.
Menilai Formasi 4-3-1-2 Milan bersama Mihajlovic
Skema serangan melalui Abate pun dibantu Juraz Kucka yang sering bergerak ke sisi kanan. Tapi sayangnya bantuan hanya datang dari Kucka. Sedangkan gelandang serang, Keisuke Honda, justru kewalahan dalam menjelajahi kedua sisi lapangan.
Heatmap Juan Jesus (kiri) dibandingkan dengan Davide Santon (kanan). Sumber : Squawka.
Alhasil, Abate dan Kucka kesulitan mengatasi akal Mancini yang menempatkan Juan Jesus sebagai full-back kiri. Kesukaran mereka pun bertambah karena Luiz Adriano yang enggan bergerak melebar ke sisi kanan. Dini hari tadi, ia lebih banyak menunggu bola di dalam kotak penalti Inter.
Juan Jesus yang sejatinya merupakan seorang bek tengah pun dipolot pada posisi bek sayap. Tujuannya agar ia dapat meredam serangan yang dibangun dari sisi kanan Milan.
Hasilnya? Tentu saja Juan Jesus betul-betul taat pada posisinya. Kemampuan bertahannya yang jauh lebih baik daripada menyerang, ternyata sanggup membikin Abate mati kutu. Selama 68 menit bermain menghadapi kawalan Juan Jesus, Abate hanya sanggup melepaskan dua umpan silang yang tak tepat sasaran. Tak hanya itu, empat tekel Juan Jesus juga terbukti ampuh menjinakkan pergerakan Kucka.
Di laga ini, Juan Jesus bertugas ganda. Terkadang ia bergerak lebih dalam, masuk ke area kotak penalti Inter akibat tugasnya untuk menutup celah yang ditinggalkan oleh Gary Medel saat mencoba serangan dari lini belakang. Bukannya Medel tak disiplin, namun sejak awal, Inter memang tampil menyerang. Makanya, mau tak mau Medel juga harus ikut membangun serangan ketika Felipe Melo merangsek ke depan melalu lini kedua.
Peran defensive full-back Juan Jesus pun cukup ampuh menangkal serangan andalan Rossoneri melalui sisi kanan. Alhasil, Ricardo Montolivo dkk lebih mengincar sisi kanan bek Inter, sepeninggal Davide Santon yang kerap melaju ke depan untuk membantu serangan.
Bumerang Milan itu Bernama Pressing
Mihajlovic memang terkenal sebagai pelatih yang gemar menerapkan pressing tinggi di setiap pertandingan. Sayangnya, Milan justru seperti salah kaprah dengan filosofi yang diarahkan oleh pelatih asal Serbia tersebut.
Kubu Rossoneri lebih tampak terburu-buru merebut bola dari kaki para pemain Inter, walau tekanan yang mereka berikan sering membikin lawan melakukan kesalahan. Namun demikian, Handanovic tetap gemilang dalam melindungi gawang Inter dari kebobolan.
Pressing Milan yang dilakukan sejak para pemain bertahan Inter menguasai bola itu justru membuat lini serang Rossoneri kewalahan, salah satunya Honda. Daya jelajah Honda yang kurang mendukung pemain lain, memaksa Montolivo sebagai deep-lying playmaker untuk bergerak terlampau jauh, sampai di sepertiga akhir area lawan.
Sialnya, Montolivo sering terlambat untuk kembali bertahan. Gol Guarin pada menit 58 itu pun tercipta akibat keberhasilannya memanfaatkan kekosongan area depan kotak penalti sepeninggal Montolivo.
Inter dapat membangun serangan dari sisi kanan akibat adanya celah di depan kotak penalti. Guarin segera bergerak membawa bola ke celah tersebut, Montolivo yang tak siap, pada akhirnya juga tak bisa mengejar Guarin.
Hukuman atas kelalaian Milan menutup celah tersebut tak main-main: satu gol dari Guarin.
Pragmatisme Bertahan Mancini yang Berjalan Mulus
Ketika Nerazzurri sudah unggul dan mengetahui apa yang harus diredam dari lawannya tersebut, maka Mancini yang dikenal dengan pragmatisme permainan bertahannya mulai berjalan. Fredy Guarin dan Geoffrey Kondogbia yang sebelum terjadinya gol terus menerus menyerang secara agresif, akhirnya lebih banyak membantu Felipe Melo pasca gol.
Kemudian, Rodrigo Palacio sebagai seorang penyerang dengan karakter pekerja keras dimasukkan sebagai pengganti Stevan Jovetic. Ia diberi tugas untuk mengejar bola-bola serangan balik yang dibangun Inter. Selain itu, Mancini juga mengubah formasi awal 4-3-1-2 menjadi 5-3-2, dengan memasukkan Andrea Ranocchia sebagai pengganti Ivan Perisic pada menit ke 52.
Kendati Milan memasukkan Mario Balotelli pada menit ke 62, yang tampil bagus lewat tiga dribel sukses, dua umpan kunci, dan dua tendangan ke arah gawang, namun Melo tetap sanggup memberikan pengawalan ketat.
Kesimpulan
Pada laga derby dini hari tadi, sistem permainan yang diterapkan oleh Mihajlovic belum sepenuhnya padu saat diterapkan oleh anak-anak asuhnya. Di samping itu, Milan masih lemah perihal teknik mencuri bola dari lawannya secara efektif.
Sementara di lain pihak, Mancini perlu menjaga konsistensi anak-anak asuhnya. Memainkan Juan Jesus di sepanjang pertandingan juga bakal mempersulit Inter untuk mencetak gol lebih banyak. Dan sebagai pelatih, Mancini juga perlu menyadari bahwa setiap kesebelasan di Serie A tentu mempunyai pola serangan yang berbeda-beda.
Namun saat ini, agaknya adil buat Inter untuk menikmati posisi mereka di puncak klasemen. Apalagi kemenangan yang baru mereka raih adalah kemenangan atas rival sekota mereka, yang sekarang masih menduduki peringkat 12.
Ah, benar-benar Senin yang asyik buat Inter.
Komentar