Ekuador mengawali babak kualifikasi Piala Dunia 2018 Zona Amerika Selatan dengan mulus. Pada pertandingan ketiganya Kamis (12/11) petang waktu Ekuador, Felipe Caicedo dan kolega secara mengejutkan menumbangkan tim unggulan Uruguay.
Caicedo dan Fidel Martinez masing-masing mencetak gol untuk membawa Ekuador unggul 2-1. Gol Uruguay sendiri dicetak penyerang Paris Saint-Germain, Edinson Cavani. Kemenangan ini membawa Ekuador di puncak klasemen babak kualifikasi Zona Amerika Selatan dengan sembilan poin dari tiga pertandingan.
Caicedomembuka gol pembuka dalam laga yang dihelat di Quito pada babak pertama. Pemain Watford, Juan Carlos Paredes, mengirimkan umpan terobosan yang mengarah langsung pada Caicedo di dalam kotak penalti. Hingga babak pertama Ekuador unggul 1-0 atas Uruguay.
Uruguay sendiri bermain tanpa Luis Suarez yang masih diskors. Babak kedua baru berjalan empat menit, Uruguay mampu menyamakan skor lewat gol Cavani. Hanya butuh 10 menit buat Ekuador untuk kembali unggul dan mengunci kemenangan. Sepakan Fidel Martinez pun membawa Ekuador unggul 2-1 yang tak bisa dibalas hingga peluit tanda pertandingan berakhir.
Sementara itu Daily Mail menuliskan seperti ini, âMeskipun kebobolan dua gol dan Uruguay kalah dari Ekuador, kiper Fernando Muslera masih membuat kontribusi penting setelah menyingkirkan sebuah drone dari lapangan.â
Ya, dalam pertandingan tersebut, sebuah drone berwarna oranye terjatuh dari langit menghantam lapangan. Kondisi saat itu Uruguay tengah melakukan tendangan sudut, sementara drone jatuh ke area dekat pertahanan Uruguay.
Secara refleks, Muslera pun membawa drone tersebut dan memberikan gestur protes terhadap wasit. Namun, wasit bergeming dan Muslera akhirnya memberikan drone tersebut kepada seorang anak yang berlari dari pinggir lapangan. Jatuhnya drone sempat tidak terekam kamera, kecuali saat Muslera memberikan drone tersebut ke anak dari pinggir lapangan.
Faktor Udara
Pelatih Uruguay, Oscar Tabarez, mengakui kalau Ekuador bermain baik terutama mereka bermain di kandang sendiri yang membuat para pemain Uruguay menderita.
âKetinggian selalu membawa pengaruh. Jika seorang pemain tidak fokus maka dia akan lebih tak fokus pada ketinggian. Namun, aku tak akan menggunakan itu sebagai alasa, itu bukan gayaku,â tutur Tabarez.
Quito sendiri merupakan ibukota tertinggi di dunia. Ia berada pada ketinggian 2850 meter di atas permukaan laut. Quito berpenduduk 2,6 juta jiwa dengan suhu rata-rata di bawah 14 derajat celcius.
Bermain dengan udara yang tipis biasanya membuat pesepakbola lebih kesulitan untuk bernafas, dan buat mereka yang tidak terbiasa, bermain di ketinggian adalah bencana. Ya, bayangkan saja Anda bermain bola di puncak Gunung Ciremai.
Baca jugaTensi Panas Jelang Pertandingan Albania Melawan Serbia
Kentalnya Nuansa Politis di Pertandingan Serbia vs Albania
foto: dailymail.co.uk
Komentar