Cerita masa kecil Roy Keane, Asisten Manajer Republik Irlandia, dikisahkan melalui film pendek berjudul "Rockmount" yang diambil dari nama sekolah sepakbolanya ketika sedang berusia 11 tahun. Sedari umur itu Keane memang tidak segan mengeluarkan komentar pedas yang masih dijaganya ketika berkonfrontasi dengan Mick McCarthy, Mantan Manajer Rep Irlandia, sehingga membuatnya dicoret dari skuat Piala Dunia 2002 Korea-Jepang.
Perselisihan Keane yang berawal dari media itu disebut-sebut sebagai tragedi Saipan. Ya, akibat insiden tersebut menjadi hal terakhir kontribusi Keane sebagai pesepakbola profesional kepada negaranya dalam ajang turnamen besar internasional. Tapi saat ini mantan gelandang sekaligus kapten Manchester United tersebut seolah ingin menebus dosa kepada kesebelasan sepakbola negaranya.
Pasalnya Keane berhasil membantu Martin O'Neill, Manajer Rep Irlandia, meloloskan kesebelasan negaranya dari play-off kualifikasi Euro 2016 setelah mengalahkan Bosnia & Herzegovina pada leg kedua dengan skor 2-0 di Stadion Aviva, Dublin, Rep Irlandia, Selasa (17/11) dini hari. Dua gol yang dicetak Jonathan Walters itu memastikan The Green Army, julukan Rep Irlandia, lolos ke Euro 2016 Prancis dengan agregat 3-1.
Tentu pencapaian mereka disambut suka cita seluruh elemen Rep Irlandia yang ada di Stadion Aviva salah satunya dengan mengenakan T-Shirt bewarna hijau bertulis "Bring on France 2016". Di sisi lain, Keane menolak tegas untuk memanjakan diri dalam perayaan itu. Sepanjang laga, dirinya terlihat enggan main-main seperti sedang mendefinisikan karakteristik dirinya sebagai pemain dan manajer. Tapi Keane-lah yang berhasil memecahkan senyum ketika peluit akhir pertandingan dibunyikan saat berbagi momen bersapa dengan O'Neill di bangku cadangan.
Baca juga mengenai fakta unik dari Kesebelasan Negara Andorra
Cara merayakan kelolosan Keane pun nampak berbeda dengan kemeriahan mantan pemain United yang berhasil membawa Salford City ke babak Piala FA 2015/2016 selanjutnya, "Membawa Roy Keane di sini adalah keputusan bagus yang saya buat dalam beberapa waktu ini. Dia sudah benar-benar besar bagi kita. Dia tidak mendapatkan terlalu banyak penghargaan, tapi dia fantastis bagi kami, untuk diriku sendiri, staf ruang ganti dan pemain," ungkap O'Neill dikutip dari Daily Mail.
Atas kerja sama yang menakjubkan bersama O'Neill maka membuat Niall Quinn, pengamat sepakbola Sky Sports sekaligus mantan pesepakbola Rep Irlandia, menyarankan Federasi Sepakbola Irlandia (FAI), harus lebih memberikan penghargaan kepada Keane walau ia tergolong mantan pemain kontroversial. Contohnya Walters yang dielu-elukan bak pahlawan oleh para suporter Rep Irlandia saat itu merupakan pemain yang paling mendapatkan motivasi dari Keane ketika di ruang ganti jika Euro 2016.
Dirinya pun tetap memberikan pujian kepada Walters usai pertandingan. Apalagi jika penyerang Stoke City itu sempat dilatihnya ketika masih bersama-sama di Ipswich Town pada 2009 sampai 2010. Keane mengaku tidak terkejut dengan kemampuan Walters walau sudah berusia 32 tahun, namun ia dianggap layaknya prajurit mengingat karakter kerja keras sebagai penyerang.
"Mereka semua layak mendapat pujian. Jonathan (Walters) mendapat pujian pada bagian tersulit dari sepakbola dengan menguasai di lini depan, tapi semua pemain layak mendapat pujian," ujarnya. "Tidak pernah ada keraguan tentang Jon. Itulah sebabnya saya berusaha keras untuk menjaga dia di Ipswich," sambung pria kelahiran 10 Agustus 1971 tersebut.
Peluang Kembali Melatih Sebuah Kesebelasan
Usai gelaran Euro 2016 pada musim panas mendatang bisa menjadi waktu berpisah dengan O'Neill. Keane mengungkapkan jika ia sering berbicara dengan rekannya itu dalam beberapa minggu terakhir tentang ambisi dan masa depannya. Tapi ia menegaskan akan fokus sebagai asisten manajer Rep Irlandia sampai Euro 2016 mendatang, "Kita harus melihat lagi dalam beberapa bulan ke depan seperti apa yang saya katakan tidak cuma mendapatkan satu dering (telepon) lamaran pekerjaan. Apakah ini mengembalikan saya? Saya tidak tahu, tapi saya menikmati peran ini, ini bagus untuk kembali," beber Keane.
Sayangnya nasib pria 44 tahun tersebut ketika menangani kesebelasan tidak semulus saat masih menjadi pesepakbola. Sebagai manajer ia hanya mampu mengangkat sebagian kesebelasan sekelas divisi Championship saja. Prestasi terbaiknya yaitu membawa Sunderland juara Championship 2006/2007 yang berhasil promosi ke Liga Primer Inggris 2008/2009.
Lalu bagaimana nasib mereka yang tidak lolos ke Euro 2016 ?
Tapi ia mengundurkan diri pada 4 Desember 2008 karena suasana tidak kondusif di Sunderland dan kemudian menukangi Ipswich pada April 2009. Karier Keane lebih buruk ketimbang bersama Sunderland karena merasakan pemecatan pada 7 Januari 2011 seiring dengan hasil pertandingan yang buruk di divisi Championship saat itu.
Kendati demikian ia tetap didapuk menjadi Asisten Manajer Rep Irlandia pada 2013 namun sempat mencoba menjalani profesi yang sama pula membantu Paul Lambert di Aston Villa ketika awal musim Liga Primer Inggris 2014/2015. Tapi ia kembali mengundurkan diri karena memutuskan ingin lebih fokus menjadi asisten O'Neill di Rep Irlandia.
Dari catatannya menukangi kesebelasan sebagai manajer memang cukup diwajarkan Keane menolak merayakan secara berlebihan ketika Rep Irlandia lolos ke Euro 2016. Dari hatinya mungkin bergumam jika pencapaiannya saat ini sebagai Asisten Manajer Rep Irlandia masih belum cukup.
Bahwasanya cukup tepat bagi Keane jika lebih fokus dulu kepada Euro 2016, sampai dirinya benar-benar merasa pantas memimpin sebuah kesebelasan di mana pun. Termasuk menebus kegagalannya di Liga Primer Inggris sebagai manajer agar bisa meraih prestasi seperti ketika masih menjadi pemain.
Komentar