Kinerja Gary Monk selama menangani Swansea City mulai dikaji ulang pada Oktober lalu, tepatnya setelah kalah 0-1 dari Stoke City di kandang sendiri, Stadion Liberty, Selasa (20/10). Kekalahan itu merupakan pertandingan keenam tanpa kemenangan dalam seluruh ajang yang diikuti Swansea. Akibatnya, para petinggi berencana membayar seorang manajer berpengalaman untuk membantu Monk.
Situasi diperburuk karena Monk tidak hadir memimpin latihan sebelum pertandingan saat itu. Alasannya karena terganjal urusan pribadi. Esok hari setelah pertandingan pun ia terlambat datang di tempat latihan. Seharusnya, Monk sampai di sana pukul 09:00 waktu setempat, sebelum para pemain berkumpul.
Isu pemecatan pria 36 tahun itu pun muncul. Hanya saja para petinggi masih menghormatinya saat itu. Mereka menghargai atas loyalitas sekitar 12 tahun bersama Swansea baik sebagai pemain maupun manajer. Untungnya, Monk bisa menyudahi enam laga tanpa kemenangan.
Monk kemudian membawa Swansea menang di kandang Aston Villa, Sabtu (24/10), dengan skor 2-1. Posisinya sebagai manajer pun terselamatkan. Namun, pada dua pertandingan berikutnya, Swansea dikalahkan Arsenal dan Norwich City. Keputusan petinggi klub pun kian mantap untuk mempekerjakan manajer yang lebih berpengalaman.
Monk pun ditawari bala bantuan tersebut, tapi niatan itu ditolak karena ia merasa dilecehkan sebagai manajer. Para petinggi klub pun kecewa dengan respon Monk. Monk pun diultimatum. Monk diwajibkan memberi kemenangan agar tetap berada di Stadion Liberty.
Hasilnya, ia tetap tidak bisa memberi kemenangan untuk Swansea. Tiga pertandingan berikutnya, Swansea menderita dua kekalahan dan satu kali imbang. Tentu saja puncaknya ketika dihajar Leicester City di Stadion Liberty dengan skor 0-3 pada pekan lalu.
Swansea pun berada di peringkat ke-15 klasemen sementara Liga Primer Inggris dengan raihan 14 poin dari 15 laga. Poin mereka hanya berbeda satu angka dengan kesebelasan-kesebelasan penghuni zona degradasi.
Monk pun menghadapi konsekuensi atas apa yang ia lakukan: pemecatan. Kepergian Monk juga diikuti oleh tiga asistennya yakni Pep Clotet, James Beattie dan Kris O'Leary. Dikabarkan jika nama pertama semakin dekat menjadi Manajer Brentford, kesebelasan Divisi Championship. Swansea harus membayar lebih dari tiga juta poundsterling untuk kompensasi mereka.
"Keputusan telah dibuat dengan sangat berat hati. Untuk memperbaiki diri kita dalam situasi saat ini dari pekan pertama September, dan mempertimbangkan penurunan tingkat kinerja kami dan hasil dari tiga bulan terakhir, telah membawa kita kepada keputusan menyedihkan ini," ujar Huw Jenkins, Ketua Umum Swansea, menyatakan kepada situs resmi.
Maka usai sudah 22 bulan The Swans (Angsa), julukan Swansea, dilatih Monk. Padahal loyalitasnya untuk Swansea tidak perlu dipertanyakan. Monk merupakan pemain Swansea sejak 2004 dan berkontribusi membawa tiga kali promosi dan memenangkan satu Piala Carling. Selain itu, Monk merupakan kapten The Swans dalam empat divisi Liga Inggris berbeda.
Monk menjadi manajer ketika mengambil alih dari pemecatan Michael Laudrup pada Februari 2014. Awalnya Monk hanya diplot sebagai pelaksana tugas (Plt./caretaker). Dirinya waktu itu harus menyelamatkan kesebelasannya dari zona degradasi. Akhirnya ia berhasil mempertahankan eksistensi Swansea di Liga Primer Inggris, sehingga Monk pun diresmikan menjadi seorang manajer untuk jangka panjang.
Ganjaran dipilih sebagai manajer resmi langsung terbukti, yaitu dengan membawa Swansea mengakhiri musim di peringkat kedelapan dengan raihan 56 poin. Angka tersebut merupakan rekor bagi Swansea, sebagai poin tertinggi selama mengarungi Liga Primer Inggris. Monk pun disebut-sebut sebagai manajer masa depan dari Inggris atas perolehannya itu. Tapi sayang, dalam tiga bulan terakhir ini kinerjanya menurun sehingga dipecat.
Disebut-sebut jika masalah terbesar skuat The Swans saat ini berada di lini depan. Taring mereka dianggap telah ompong. Sampai sekarang masih belum ada pengganti sepadan Wilfried Bony yang hengkang pada Januari 2015.
Batefimbi Gomis jarang berada dalam kondisi prima. Sementara Eder yang diboyong pada bursa transfer musim panas lalu, sampai sekarang masih belum memecahkan kebuntuannya.
Sejauh ini pun Swansea merupakan kesebelasan kedua paling minim soal produktivitas. Mereka baru mencetak 14 gol yang setara dengan West Bromwich Albion. Sementara kesebelasan paling sedikit mencetak gol adalah Stoke City dan Aston Villa. Performa individu para pemain lain seperti Jefferson Montero, Ki Sun-Yueng, Jonjo Shelvey, Ashley Williams, Federico Fernandez dan lainnya pun dianggap ikut menurun.
Baca juga : Sepakbola Selamatkan Karir Jefferson Montero Dari Kebun Pisang
Para Calon Pengganti di Balik Kesedihan Garry Monk
Sekarang Swansea ingin mendapatkan pengganti Monk secara cepat. Para petinggi klub juga sedang meperdebatkan soal kriteria manajer selanjutnya, apakah akan kembali menugaskan manajer muda, atau yang lebih berpengalaman untuk mengembangkan permainan Swansea.
Para petinggi klub menganggap Brendan Rodgers adalah calon manajer paling tepat. Tapi sayangnya ia tidak tertarik kembali ke Stadion Liberty. Rodgers lebih tergiur berkarier di Liga Qatar. Salah satu klub yang masih belum diketahui menawarkan kontrak sekitar delapan juta poundsterling pertahun untuknya. Kendati demikian, Rodgers tetap terbuka melatih kesebelasan Inggris atau di Eropa, sehingga Jenkins tidak akan menyerah membujuk Rodgers untuk kembali.
Tidak cuma Rodgers, David Moyes pun dikaitkan dengan calon Manajer The Swans. Tapi sama dengan Rodgers, ia pun tidak langsung mengamini. Kali ini Moyes lebih berhati-hati memilih kesebelasan besutan selanjutnya. Dirinya perlu pertimbangan matang berdasarkan dua pengalaman sebelumnya.
Penolakan juga dilakukan Dennis Bergkamp, Asisten Manajer Ajax Amsterdam. Pasalnya, ia takut prospek karier masa depannya rusak. Sehingga Bergkamp lebih memilih fokus menjadi Asisten Manajer Ajax saat ini.
Sebetulnya Swansea bisa mengajak Walter Mazzarri, eks Pelatih Internazionale Milan. Dirinya tertarik melatih kesebelasan Liga Primer Inggris. Bahkan, ia diketahui sedang belajar bahasa Inggris.
Selain empat nama tersebut, muncul juga kandidat lain seperti Mark Warburton, Gustavo Poyet, Roberto Di Matteo, Eddie Howe, Marcelo Biela, Graham Jones, Avram Grant, Ryan Giggs, Graham Potters, hingga Gustavo Poyet. Khusus nama terakhir, ia merupakan incaran Swansea sejak 2009. Tapi saat ini sulit merayunya karena sudah terlanjur melatih AEK Athens.
Baca juga : Manajer Britania Jago Kandang!.
Sementara itu Swansea ingin memaksimalkan Alan Curtis yang merupakan anggota dari staf pelatih untuk memimpin latihan. Dirinya sudah memimpin latihan sejak Kamis (10/11) pagi hari. Curtis memimpin latihan dibantu oleh Tony Roberts dan Ian Mithcell. Untuk sementara mereka bakal memimpin pertandingan Swansea ketika menghadapi Manchester City pada Sabtu (12/12) pekan ini.
Di sisi lain, Monk pun angkat bicara, padahal Swansea sedang sibuk memilah calon penggantinya yang sangat banyak. Dirinya membuat sebuah rilis terkait pemecatannya. Monk menulis jika keputusan tersebut membuatnya sangat bersedih.
"Dengan kesedihan yang luar biasa saya meninggalkan klub spesial ini. Selama 12 tahun terakhir saya telah menjadi bagian dari keluarga Swansea City. Suatu kehormatan dan keistimewaan untuk bermain dan mengelola klub ini. Saya memiliki terlalu banyak kenangan yang luar biasa untuk mereka semua," tulis rilisnya yang diedarkan ITV.
Proses langsung transisi dari pemain langsung menjadi manajer di liga besar memang bukan tantangan mudah, khususnya untuk Monk. Apa yang telah dicapainya sejauh ini sudah cukup luar biasa. Mantan pemain Southampton ini tengah memasuki masa istirahatnya. Ya, sebaiknya ia memang harus berlibur dulu dan kemudian kembali dengan lebih matang lagi.
Sumber lain : BBC, Daily Mail, Metro, Mirror, Sky Sports, The Guardian, The Independent, The Telegraph.
Komentar