Manchester City akhirnya menghentikan rentetan hasil negatif mereka dalam enam laga terakhir. Menghadapi West Bromwich Albion pada lanjutan Liga Primer Inggris, Sabtu (29/10/2016), City berhasil menang telak 4-0.
Kemenangan tersebut tentunya menyelamatkan muka Pep Guardiola. Manajer Manchester City tersebut sebelumnya baru saja mencatatkan rekor tak pernah menang di enam laga untuk pertama kalinya dalam kariernya. Kemenangan ini juga berhasil menyelamatkannya untuk tak menyamai catatan buruknya di liga karena terhenti di tiga laga tanpa kemenangan (rekor terburuk ketika masih menukangi Barcelona dengan empat pertandingan liga tanpa kemenangan pada Mei 2009).
Hal tersebut jelas memberikan kelegaan bagi Pep. Usai pertandingan berakhir, Pep pun mengutarakan kelegaannya tersebut.
"Saya sangat senang. Apa yang paling membuat saya senang? Tiga poin," tutur Pep seperti yang dikutip Belfast Telegraph. "Setelah enam pertandingan tanpa menang, kami memerlukan tiga poin (ini) untuk kesehatan!"
Dari pernyataan tersebut tergambarkan jika Pep cukup tegang menghadapi rentetan hasil negatifnya ini. Namun yang menjadi pertanyaan kemudian, apa yang diubah pada laga ini sehingga mampu meraih kemenangan?
Ada perubahan mencolok dari cara bermain Manchester City pada laga ini. Hal ini bisa jadi solusi yang akhirnya ditemukan Pep setelah enam laga skuatnya cukup sulit meraih kemenangan.
Perbedaan tersebut terlihat dari formasi dasar City yang kembali menggunakan skema empat bek, tidak menggunakan tiga bek seperti dua laga sebelumnya. Lebih jauh, City untuk pertama kalinya menggunakan poros ganda (double pivot) pada laga ini, dengan menduetkan Fernandinho dan Ilkay Guendogan. Demi mewujudkan skema ini, Kevin De Bruyne pun terpaksa harus memulai dari bangku cadangan karena posisi gelandang serang ditempati oleh David Silva.
Uniknya, Pep memasang Fernando Reges untuk menempati pos full-back kanan, di mana biasanya ia bermain sebagai gelandang tengah. Namun Pep mengungkapkan strategi ini diterapkan sebagai antitesis dari strategi WBA.
"Kami memiliki dua full-back yang cedera. Saya sempat ingin memasang Pablo Maffeo, tapi saya pikir WBA memiliki pemain-pemain yang cukup tinggi. Dan kami, mempunyai pemain dengan mental bagus seperti Fernando. Kami sudah membicarakan ini di latihan," tutur Pep usai pertandingan berakhir.
Meski menempatkan Fernando sebagai full-back kanan, namun Fernando tidak terlalu canggung dalam memainkan perannya tersebut. Hal ini dikarenakan full-back dalam strategi Pep Guardiola memiliki peran sebagai inverted full-back atau false full-back.
Memainkan peran inverted full-back ini tidak mengharuskan pemain tersebut menyisir sayap mengandalkan kecepatannya untuk melakukan overlap hingga ke sepertiga akhir lapangan kemudian melepaskan umpan silang. Ketika tim menguasai bola, inverted full-back bergerak sampai area middle third dan kemudian mengisi area tengah lapangan. Sementara area tersebut adalah area bermain Fernando.
Fernando pun kemudian tetap bisa menjaga stabilitas area tengah City meski ditempatkan sebagai full-back. Tugasnya bukan sebagai pelepas umpan silang (pada laga ini Fernando tak sekalipun menciptakan umpan silang), melainkan memadatkan area tengah lapangan sehingga pemain lawan kesulitan memberikan bola ke pemain tengah, yang mana di area tersebut terdapat Nacer Chadli.
Alhasil Chadli tak bisa mengembangkan permainannya pada laga ini. Sebelum digantikan Hal Robson-Kanu pada menit ke-87, ia tak menciptakan satu pun peluang (chance created) bagi rekannya. Chadli hanya melepaskan 22 operan. Dua tembakannya pun tak menemui sasaran.
Sebenarnya tak hanya Fernando, Chadli pun harus menghadapi Guendogan di areanya tersebut. Sementara Guendogan bermain dinamis pada laga ini. Meski rajin membantu serangan, mantan gelandang Dortmund tersebut disiplin menjaga areanya untuk mempersempit ruang gerak Chadli. Hal inilah yang membuat De Bruyne tak masuk dalam skema City pada laga ini (De Bruyne dikenal sebagai pemain yang tak mahir dalam melakukan track back).
Guendogan sendiri memainkan peranan penting pada laga ini. Ia memainkan peran gelandang box-to-box. Perannya tersebut bisa dibilang menjadi salah satu elemen terpenting, selain untuk pertahanan seperti yang sudah dikemukakan di atas, dalam skema serangan Manchester City.
City begitu berorientasi pada serangan lewat tengah. Bahkan ketika bola di sayap, para pemain City cenderung mengembalikan bola ke area tengah. City cenderung menghindari umpan silang. Untuk menciptakan peluang, City berusaha masuk dari area tengah.
Pada laga ini, City melepaskan 13 umpan silang. Jumlah tersebut jauh lebih sedikit dari dua laga City di Liga Primer sebelumnya. Melawan Southampton, 23 umpan silang mereka coba. Sementara menghadapi Everton dua kali lipatnya, mencapai 45 kali umpan silang.
Peran Guendogan di area tengah ini adalah untuk membagi bola sekaligus mencari celah untuk masuk ke kotak penalti. Ini berkaitan dengan pergerakan Sergio Aguero yang kerap memancing penjaganya, yang biasanya bek tengah, meninggalkan posisinya untuk menciptakan celah yang bisa disusupi pemain City dari lini kedua, yang salah satunya adalah Guendogan.
Hasilnya, Guendogan berhasil mencetak dua gol pada laga ini. Bahkan ia juga terlibat pada skema kedua gol Aguero. Dari kedua golyang dicetaknya, terlihat gelandang berusia 26 tahun ini dengan baik memanfaatkan celah di lini pertahanan WBA, di mana kedua golnya ia cetak tanpa pengawalan berarti. Sementara untuk membantu gol Aguero, ia mengacak-acak lini pertahanan WBA dengan operan-operannya.
***
Memaksimalkan Guendogan dalam skema double pivot bisa jadi jawaban atas performa negatif City di enam pertandingan sebelumnya. Perlu diingat, Guendogan merupakan pemain pertama yang didatangkan Pep pada bursa transfer musim panas lalu. Maka bisa dibilang, Pep sebelumnya memang mencari sistem yang tepat untuk memasukkan dalam skemanya di City.
Guendogan tentu didatangkan bukan hanya sebagai pelengkap saja. Musim lalu, pemain yang diboyong dengan nilai transfer 21 juta paun ini memiliki rataan operan 81 kali per pertandingan di mana catatan ini merupakan yang tertinggi ketiga di Bundesliga 2015/2016, setelah David Alaba (82) dan Xabi Alonso (90). Kemampuannya ini jelas bisa semakin mewujudkan filosofi Pep dengan possession football-nya.
Dengan skema anyar ini, Pep tentunya semakin memiliki berbagai macam variasi taktik. Ia memiliki skema 4-1-4-1 untuk memaksimalkan De Bruyne, bisa juga mengunakan double pivot dalam formasi dasar 4-2-3-1 untuk memaksimalkan peran Guendogan.
Belum lagi Pep masih memiliki Leroy Sane. Nantinya, bukan tak mungkin manajer asal Spanyol ini akan mencari-cari skema ideal untuk pemain yang didatangkan dengan biaya 37 juta paun ini. Apalagi Raheem Sterling mulai kembali menurun performanya dan Jesus Navas tampak kesulitan masuk dalam skema City. Intinya, percobaan-percobaan skema City masih belum berakhir.
Komentar