Menanti Antitesis dari Dinamika Tiga Bek di Liga Primer

Analisis

by Redaksi 33

Redaksi 33

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Menanti Antitesis dari Dinamika Tiga Bek di Liga Primer

Kedatangan manajer-manajer baru ke Liga Primer musim 2016/2017 ternyata bukan semata membawa keramaian sekaligus keriuhan semata yang membuat Liga Primer terlihat semakin mewah. Ada satu hal positif yang bisa diambil dari banyaknya manajer asing yang menangani tim-tim Liga Primer, salah satunya adalah perihal variasi taktik.

Kedatangan manajer-manajer yang cukup kaya taktik macam Pep Guardiola, Antonio Conte, Jose Mourinho, Jürgen Klopp, Walter Mazzari, Francesco Guidolin, Mauricio Pochettino, dan nama-nama lain (kebanyakan bukan manajer asli Britania Raya) ke klub Liga Primer menyajikan warna baru dalam segi taktik.

Jika Pochettino dikenal karena berhasil menerapkan strategi counterpressing di tim Tottenham Hotspur, nama-nama seperti Antonio Conte, Walter Mazzari, bahkan seorang Pep Guardiola sekalipun menggunakan strategi yang tampak tidak lazim. Mereka menggunakan skema tiga bek, dan memaksimalkan peran dari wing-back ketika menyerang maupun bertahan.

Conte dan Mazzari, Bawaan dari Italia

Antonio Conte pernah mencoba menggunakan skema empat bek dalam beberapa laga di Liga Primer. Hasilnya pun sedikit mengecewakan. Mereka kalah dua kali dari Liverpool dan Arsenal, juga meraih hasil seri melawan Swansea City (Swansea menggunakan skema tiga bek ketika itu). Hasil-hasil minor ini membuat Conte akhirnya menerapkan apa yang ia lakukan ketika melatih Juventus dan timnas Italia; menggunakan skema tiga bek.

Saat melawan Hull City, Conte menggunakan skema tiga bek dengan Cesar Azpilicueta, Gary Cahill, dan David Luiz sebagai tiga bek di belakang. Meski sempat menimbulkan kekhawatiran, hasilnya ternyata positif. The Blues mampu meraih kemenangan dan mereka mencetak cleansheet dalam pertandingan tersebut.

Dalam dua pertandingan selanjutnya, yaitu melawan Leicester City dan Manchester United, pelatih asal Italia tersebut kembali menggunakan skema tiga bek, formasi dasar 3-4-2-1. Hasilnya pun menggembirakan. Mereka sukses menggilas The Foxes dengan skor 3-0 dan menghajar United dengan empat gol tanpa balas. Bisa dibilang, dalam tiga pertandingan terakhir The Blues di Liga Primer, Conte sukses menerapkan skema tiga bek ini di Chelsea.

Selain Conte, ada juga nama manajer Italia lain yang sekarang menangani Watford, Walter Mazzari. Manajer yang juga pernah menukangi Napoli dan Inter Milan ini menggunakan skema tiga bek dalam delapan pertandingan bersama Watford.

Namun berbeda dengan Conte, Mazzari tidak selalu meraih hasil mulus ketika menerapkan skema tiga bek. Total dalam delapan pertandingan yang sudah dijalani, Watford mencatatkan tiga kali kemenangan, dua kali hasil seri, dan tiga kali hasil kalah. Hasil ini mencerminkan bahwa skema tiga bek Mazzari (3-5-2) masih belum maksimal.

Mazzari memang sudah akrab dengan skema tiga bek saat ia masih menukangi Napoli. Ketika itu ia berhasil menciptakan skuat Napoli yang begitu agresif dalam menyerang dengan formasi dasar 3-4-3. Edinson Cavani ditopang oleh Ezequiel Lavezzi dan Marek Hamsik.

Jadi ketika Mazzari dan Conte menggunakan skema tiga bek, janganlah terlalu heran karena itu memang sudah menjadi kebiasaan sekaligus trademark mereka sebelum mereka menjadi manajer di Liga Primer.

Pep, Guidolin, Koeman, dan Bilic, Antara Coba-Coba dan Kebutuhan Tim

Lain halnya seperti Conte dan Mazzari yang memang sudah terbiasa menerapkan skema tiga bek semenjak masih menangani tim di Italia, ada beberapa manajer lain yang juga mencoba menerapkan skema tiga bek seperti Pep Guardiola, Ronald Koeman, Slaven Bilic, dan Francesco Guidolin.

Pep Guardiola menerapkan skema tiga bek ini dalam dua pertandingan, yaitu ketika melawan Everton dan Southampton. Pep yang acap menerapkan pressing sejak dari daerah pertahanan lawan untuk merebut bola coba menggunakan skema ini untuk meningkatkan tekanan terhadap pemain lawan (penambahan jumlah gelandang dan penyerang). Ia juga menjadikan John Stones sebagai ball-playing defender.

Namun hasilnya tidak bersahabat dengan Pep. Dua pertandingan itu berakhir imbang dengan skor 1-1. Bahkan Nathan Redmond, pemain Soton, sampai berkelakar bahwa cukup dengan mengincar John Stones, maka itu bisa membuat City kelabakan dan tidak bisa menyerang.

Pep pun akhirnya kembali kepada skema empat bek ketika City berhadapan dengan United dalam babak delapan besar Piala Liga. Hasilnya? Mereka kalah 1-0 oleh United.

Jika Pep menggunakan skema tiga bek untuk coba-coba, lain hal dengan manajer-manajer lain macam Koeman, Bilic, dan Guidolin. Mereka menggunakan tiga bek untuk kebutuhan tim, karena banyaknya pemain yang cedera, terutama untuk posisi bek. Hal inilah yang membuat mereka menggunakan skema tiga bek.

Bagaimana Hasilnya Ketika Mereka Menggunakan Skema Tiga Bek?

Seperti yang sudah disebutkan di atas, skema tiga bek memang belum digunakan secara umum oleh klub-klub Liga Primer. Dari sekian banyak klub yang menggunakan skema tiga bek, tampaknya Conte dan Mazzari-lah yang akan lebih sering memakai skema ini mengingat hasil yang pernah mereka raih sebelumnya ketika memakai skema tiga bek selama melatih di Italia.

Tapi hasil yang ditunjukkan oleh skema tiga bek ini pun tidak terlalu buruk. Dari total 19 laga yang menggunakan skema tiga bek melawan empat bek, sembilan di antaranya berakhir dengan kemenangan tim yang menggunakan skema tiga bek. Sisanya enam pertandingan berakhir imbang dan empat pertandingan berakhir dengan kekalahan bagi para pengguna skema tiga bek.

Jika melihat rekor dari formasi dasar tiga bek ini, formasi dasar tiga bek (baik itu 3-5-2, 3-4-3 maupun 3-4-2-1) memiliki peluang untuk menjadi formasi yang banyak digunakan, seperti halnya 4-2-3-1 yang sempat menjadi tren dalam beberapa tahun ke belakang (meski dominasinya pun di Inggris bisa dihentikan oleh Leicester City yang menggunakan 4-4-2 pada musim 2015/2016).

Namun yang lebih menarik di atas, adalah anti-skema apakah yang akan diterapkan untuk melawan skema tiga bek ini. Para manajer di Inggris memang terhitung jarang dalam menghadapi pertandingan dengan skema tiga bek, karena mereka terbiasa menghadapi tim dengan skema empat bek.

Dan untuk masalah anti-skema ini, ada nama Jose Mourinho yang patut untuk dinantikan. Ia dikenal sebagai penemu antitesis dari possession football milik Guardiola ketika ia masih menangani Inter Milan. Ada juga nama Claudio Ranieri yang sukses menemukan antitesis dari 4-2-3-1 dengan menerapkan skema 4-4-2 pada Leicester City.

Menarik dinantikan bagaimana respon kesebelasan lain saat menghadapi kesebelasan dengan skema tiga bek. Bisa saja mereka pun akan menduplikasi hal yang sama, seperti Jerman yang meniru Italia di Piala Eropa 2-16. Karena, pada dasarnya taktik itu fana, dan yang abadi adalah kemenangan.

Komentar