Kesebelasan asal kota Bergamo, Atalanta, tengah menunjukkan performa yang luar biasa di Serie-A musim ini. Jika di musim 2015-16 lalu Atalanta hanya mampu mengakhiri musim di peringkat ke-12 dengan raihan poin 45, di musim ini segalanya berjalan cukup baik bagi Atalanta. Hal itu setidaknya bisa terlihat hingga pekan ke-20 ini, di mana Atalanta telah mampu meraup poin 35 dan duduk di peringkat ketujuh klasemen sementara.
Raihan positif yang diraih oleh Atalanta pun tidak terlepas dari kecemerlangan yang diperlihatkan oleh tiga pemainnya, yakni Mattia Caldara, Franck Kessie, dan Roberto Gagliardini.
Sebagai kesebelasan yang dikategorikan kesebelasan kecil di Serie-A, memiliki tiga pemain muda yang berpotensi merupakan prestasi tersendiri bagi Atalanta. Akan tetapi hal ini pun menjadi sinyal yang berbahaya karena dengan demikian, kesebelasan-kesebelasan besar yang memiliki finansial yang kuat, siap menggerogoti para pemainnya.
Hal itu pun akhirnya terjadi pada tanggal 11 Januari lalu, dan Gagliardini-lah yang menjadi nama pertama yang memutuskan untuk hengkang dari Bergamo setelah Inter Milan merampungkan proses kepindahannya dengan status pinjaman.
Hanya satu hari berselang, Atalanta lagi-lagi kehilangan salah satu pemainnya. Kali ini Mattia Caldara yang memutuskan untuk mengganti kesebelasan dari biru hitam Atalanta menjadi putih hitam Juventus. Bagi para pendukung, kehilangan Caldara menjadi suatu kerugian yang besar. Selain karena potensinya yang menjanjikan, status Caldara yang merupakan putra daerah dan produk asli akademi Atalanta-lah yang menjadi alasan bagi para pendukung untuk menyayangkan kepergiannya.
Perjalanan Karier Mattia Caldara
Sebagai seorang lelaki yang terlahir di kota Bergamo, sudah menjadi hal yang wajar bagi Mattia Caldara untuk tumbuh sebagai pendukung Atalanta sejak kecil. Bukan hanya itu, Caldara pun berkeinginan untuk dapat membela Atalanta sedari kecil. Lantas hal itulah yang membuatnya memutuskan untuk bergabung dengan akademi Atalanta.
Pada musim 2011-12, Caldara dipromosikan Atalanta B. Ketika itu, ia yang telah berusia 17 tahun memulai debutnya dengan melawan Udinese. Di laga yang berkesudahan dengan skor 2-1 bagi kemenangan Atalanta tersebut, Caldara bermain sesuai dengan apa yang diharapkan. Setelah laga debutnya itu, Caldara pun selalu mendapatkan tempat di tim inti Atalanta B.
Selama dua musim selanjutnya pun penampilan Caldara mengalami peningkatan yang signifikan. Berkat penampilan apiknya, ia bahkan sempat diberikan debut kala Atalanta menjamu Catania pada tanggal 5 Mei 2014. Debut itu pun menjadi kado spesial bagi Caldara karena bertepatan dengan hari ulang tahunnya yang ke-20. Selepas laga, Caldara pun tak bisa menyembunyikan kebahagiannya. Ia tak lupa berterima kasih kepada klub karena telah merealisasikan mimpinya untuk bermain di Serie-A.
“Itu mimpi yang menjadi kenyataan. Karena saya pikir semua anak yang memutuskan untuk bermain sepakbola, suatu saat berkeinginan untuk tampil di Serie-A, begitu pun saya. Terima kasih untuk Atalanta yang telah mewujudkan mimpi saya, dan berhasil mengenakan seragam tim dari kota sendiri merupakan suatu perasaan yang tak bisa diungkapkan,” ujar Caldara seperti yang dikutip oleh laman resmi klub pada Mei 2014.
“Ketika lima menit menjelang babak pertama usai, pelatih menyuruh saya untuk melakukan pemanasan, jadi saya memiliki waktu selama 20 menit untuk melakukan pemanasan dengan baik. Ketika ia menyuruh saya untuk bersiap-siap, saya merasakan ketegangan, kawan-kawan yang lain mencoba untuk menenangkan dan sedikit memberi masukan, terutama Scaloni. Ia mengatakan kepada saya agar bermain nyaman dan menganggap pertandingan ini sebagai laga pra-musim. Perasaan saya sungguh luar biasa, dan pikiran pertama adalah pergi menuju kedua orang tua dan orang-orang yang selalu membantu saya di kala kesusahan, seusai laga,” tambahnya.
Akan tetapi guna meningkatkan jam terbangnya, Atalanta lebih memilih untuk meminjamkan Caldara ke salah satu klub Serie-B, Trapani, setelah debutnya itu. Caldara pun bermain apik bersama Trapani, dan berhasil mencetak dua gol dari 20 laganya bersama Trapani.
Atalanta yang merasa Caldara masih hijau dan belum siap untuk bermain di Serie-A pun kembali menyekolahkan Caldara di musim selanjutnya. Kali ini Caldara bergabung bersama Cesena, bukan hanya Caldara, Atalanta pun meminjamkannya bersama Franck Kessie. Keduanya pun lantas menjadi pilar penting bagi Cesena, dan berhasil membawa klub tersebut bercokol di posisi enam di akhir musim. Caldara sendiri berhasil mencetak tiga gol dalam 27 pertandingan yang dijalaninya di Serie-B tersebut.
Berbekal rapor bagus yang dibawanya dari Cesena, Atalanta pun langsung yakin jika Caldara bakal menjadi pemain yang berguna. Di musim ini Atalanta tidak memilih untuk kembali meminjamkannya ke klub lain. Walau sempat diparkir selama enam pekan, secara perlahan Caldara mampu menunjukan potensi yang dimilikinya.
Debutnya di musim ini terjadi ketika Atalanta berhasil mengandaskan perlawanan Napoli dengan skor 1-0 di pekan ketujuh. Caldara yang diturunkan sejak menit pertama pun bermain penuh dalam pertandingan itu. Sedangkan gol pertamanya dicetak ke gawang Pescara pada pekan ke-10. Hingga saat ini, Caldara telah mengemas tiga gol dalam 11 pertandingannya bersama Atalanta. Hal ini pun menjadi cukup produktif mengingat posisi Caldara hanyalah seorang bek tengah.
Berkat performa memukau yang ditunjukkannya itu, Caldara sempat diberitakan tengah berada dalam incaran tiga raksasa Liga Inggris, Chelsea, Manchester United dan Arsenal. Namun, Juventus-lah yang pada akhirnya berhasil mengamankan jasa Caldara. Pada Kamis (12/1) lalu, Juventus mengonfirmasi jika mereka telah resmi mendapatkan Caldara setelah menebusnya dengan harga 15 juta euro (berpotensi menjadi 21 juta euro) dari Atalanta. Caldara sendiri diikat hingga tahun 2021 oleh Juventus.
Walau demikian, Caldara tidak akan langsung bermain bersama Juventus di sisa musim ini. Juventus memilih untuk tetap membiarkan Caldara berkembang bersama Atalanta, setidaknya Caldara pun akan tetap berada di Bergamo hingga tahun 2018 mendatang. Paling lambat, ia akan bergabung dengan Juventus pada musim 2018-2019.
Juventus sendiri memproyeksikan Caldara sebagai suksesor Andrea Barzagli di masa mendatang. Gaya bermain pemain kelahiran 5 Mei 1994 ini disebut-sebut ‘sangat bek Italia banget’-lah yang membuat Juventus begitu ngotot untuk mengamankan jasa Caldara.
https://twitter.com/juventusfcen/status/819599600298422272/photo/1?ref_src=twsrc%5Etfw
Gaya Bermain Caldara
Caldara memiliki postur tubuh yang berkembang baik bagi pemain seusianya. Dengan tinggi ideal yang mencapai 187cm, Caldara memiliki kegemaran dalam melakukan kontak fisik dengan para penyerang lawannya. Akan tetapi dengan catatan satu kartu kuning yang didapatnya hingga sejauh ini, itu membuktikan jika Caldara selalu melakukannya dengan bersih walau rata-rata tekelnya mencapai 1,4 kali, intersepnya mencapai 2,8 kali, dan sapuan bolanya mencapai 4,7 kali per laga.
Kemampuan duel udara yang dimiliki Caldara pun cukup bagus, ia hampir selalu memenangkan duel tersebut, bahkan ketika melawan para penyerang terbaik yang berada di Serie-A saat ini. kelihaiannya dalam duel udara pun tidak hanya digunakannya dalam bertahan saja. Dan satu dari tiga golnya, yang dicetak ke gawang Pescara, membuktikan jika Caldara pun dapat diandalkan sebagai pemecah kebuntuan melalui situasi bola-bola mati.
Selain itu, timing-nya dalam memotong umpan silang dan umpan kunci yang dilepaskan oleh lawan pun sangat luar biasa. Di laman resminya, Juventus sendiri berani mendiskripsikan pemain berusia 22 tahun ini sebagai pemain yang berbahaya, terampil, berintelejensi, dan bervisi.
Akan tetapi, sebagai pemain muda, Caldara pun masih memiliki kekurangan. Caldara disebut-sebut memiliki operan yang tidak cukup baik, selain itu, ia pun sering kali merasa tidak percaya diri untuk menahan bola lebih lama. Walau ia tak pernah melakukan kesalahan yang menyebabkan gawang Atalanta kebobolan atas kekurangan yang dimilikinya ini, namun Caldara pun harus sesegera mungkin meningkatkan kualitas yang menjadi kekurangannya itu.
Caldara harus sadar, untuk bermain di tim sebesar Juventus, ia pasti akan dituntut untuk tidak hanya fokus dalam bertahan saja, dirinya pun pasti akan diperintahkan untuk membantu penyerangan Juventus melalui situasi permainan terbuka, yang tentunya membutuhkan operan-operan dan giringan bola yang mantap.
Komentar