Zabaleta Bukan Philipp Lahm, Pep!

Taktik

by Redaksi 33 25931

Redaksi 33

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Zabaleta Bukan Philipp Lahm, Pep!

Pep Guardiola pernah mengujarkan tentang pentingnya seorang gelandang. Bahkan secara terbuka kepada media ia pernah mengatakan bahwa ia ingin 11 pemain yang bermain di timnya berposisi sebagai gelandang semuanya. Namun dalam pertandingan melawan Everton, ada kesalahan yang ia lakukan sekaligus membuat salah seorang gelandangnya tidak bekerja dengan baik. Ia adalah Pablo Zabaleta.

Dalam pertandingan melawan Everton, Pep menggunakan formasi dasar 4-2-3-1 dengan menempatkan Pablo Zabaleta dan Yaya Toure sebagai double pivot. Dipasangnya Zabaleta, yang sebenarnya berposisi sebagai fullback kanan ini, adalah akibat dari krisis gelandang bertahan yang tengah melanda City, menyusul absennya Fernandinho dan Ilkay Gündogan.

Sebenarnya sedikit aneh juga Pep memaksakan Zabaleta menjadi gelandang bertahan. Meski Zabaleta pernah mencicipi posisi gelandang bertahan ketika ia memulai karier sepakbolanya di Argentina bersama San Lorenzo, namun itu sudah lama sekali. Lagi pula ada nama seperti Fernando ataupun Fabian Delph yang bisa dipasang sebagai pendamping Yaya Toure.

Berbekal pengalaman yang pernah Pep lakukan ketika di Bayern München, yaitu ketika ia menempatkan Phillip Lahm di posisi gelandang bertahan di luar posisi aslinya sebagai fullback kanan (dan itu berhasil), Pep kembali mencoba menempatkan seorang fullback kanan bernama Pablo Zabaleta. Ia percaya Zabaleta dapat menjalankan peran ini dengan baik, seperti halnya yang dilakukan Lahm di Bayern.

Tapi, Zabaleta bukanlah Lahm. Ada beberapa kekurangan yang ditunjukkan Zabaleta dalam pertandingan ini, kekurangan yang membuatnya, untuk pertandingan ini, gagal menjadi seorang gelandang bertahan.

Telat Untuk Membantu Pertahanan

Diplot sebagai gelandang bertahan dengan peran box-to-box, peran yang biasa diemban Fernandinho, Zabaleta terlihat kikuk. Hal ini sedikit aneh karena, saat ia menjadi fullback, Zabaleta dapat bertahan dan menyerang dengan lumayan baik. Tapi ketika dipasang sebagai gelandang box-to-box, ada sebuah kecanggungan yang diperlihatkan Zabaleta.

Ketika ia maju membantu penyerangan, aksi menyerang yang ia catatkan tidaklah terlalu banyak. Ia sama sekali tidak mencoba melakukan tendangan ke arah gawang dan hanya 42 kali menyentuh bola. Ketika bertahan, ia hanya mencatatkan dua kali tekel, sekali intersep, dan dua kali clearance.

Grafik Zabaleta lawan Everton. Kerap canggung baik itu ketika menyerang maupun bertahan. Sumber: Stats Zone FourFourTwo

Kecanggungan ini akhirnya berujung kepada seringnya Zabaleta telat untuk kembali bertahan setelah membantu penyerangan. Selain lubang-lubang di sayap yang tercipta karena fullback sayap City kerap naik, telatnya Zabaleta dalam memberikan perlindungan untuk lini pertahanan City pun membuat Everton dengan leluasa memainkan direct football mereka, apalagi ada ruang kosong yang tidak tertutupi di tengah seusai Zabaleta yang telat turun.

Kemampuan Mengumpan yang Buruk Dari Zabaleta

Phillip Lahm, orang yang dipasang oleh Pep menjadi gelandang bertahan, memiliki kemampuan mengatur tempo serta kemampuan membagi bola yang baik. Inilah yang menjadikannya sukses bertransformasi (pada masa Pep di Bayern), menjadi seorang gelandang bertahan dengan peran deep-lying playmaker, sebelum akhirnya sekarang peran itu diemban oleh Xabi Alonso atau Thiago Alcantara di Bayern.

Sedangkan Zabaleta tidak memiliki kemampuan untuk itu. Meski memang peran mengatur tempo dan membagi bola dalam pertandingan melawan Everton ini diserahkan kepada Yaya Toure, tapi ketika Yaya dimatikan baik itu oleh Gareth Barry maupun Tom Davies, Zabaleta sama sekali tidak bisa membantu, entah itu untuk ikut membagikan umpan ketika City sedang menyerang ataupun menjadi pengatur tempo serangan City.

Ia hanya mencatatkan 32 kali umpan dalam pertandingan ini. Itu pun kebanyakan umpan ke belakang dan ke samping saja, jarang ada umpan ke depan.

Hasilnya selain berpengaruh terhadap dirinya sendiri yang sulit membantu penyerangan City, penyerangan City pun menjadi terlalu berpusat pada Kevin De Bruyne dan David Silva, sehingga serangan City mudah dihentikan. Kalau boleh berandai-andai, jika Zabaleta memiliki kemampuan umpan yang baik, Yaya Toure akan menjadi gelandang box-to-box dan serangan The Citizens akan lebih menakutkan dalam pertandingan ini.

Tapi itu hanya angan-angan. Kenyataannya City dibantai oleh Everton, dan Zabaleta tidak mampu berbuat apa-apa.

*

Akibat dari penampilan Zabaleta yang tidak terlalu memuaskan ini, ia pun akhirnya digantikan pada menit ke-61 oleh Kelechi Iheanacho. Kontribusi minimnya dalam pertandingan ini, selain memang karena dirinya yang tidak mampu berbuat apa-apa, juga bisa dianggap sebagai kesalahan strategi dari seorang Pep.

Mengandalkan pengalaman Zabaleta yang pernah menjadi gelandang bertahan saat di San Lorenzo, serta pengalaman Pep sendiri saat berhasil mengubah Phillip Lahm dari seorang fullback kanan menjadi gelandang bertahan, Pep mencoba strategi ini. Tapi Pep lupa pada satu hal dasar, bahwa Zabaleta bukanlah Lahm, dan ia lebih cocok ditempatkan sebagai fullback kanan daripada gelandang bertahan.

Kegagalan yang cukup menyedihkan, baik itu bagi Pep yang ingin mencoba strategi baru, ataupun bagi Zabaleta sendiri yang dipasang sebagai gelandang bertahan.

Sumber; Whoscored, Stats Zone

foto: @MCFCInfo

Komentar