Internazionale Milan memiliki harapan besar kepada full-back kiri mudanya yang bernama Senna Miangue. Harapan itulah yang membuat Inter bergerak cepat untuk melindunginya dengan menawarkan kontrak selama empat musim ke depan. Kontrak ditawarkannya setelah Miangue menjalani debut di Serie-A ketika melawan Palermo pada 28 Agustus 2016. Saat itu ia masuk menggantikan Davide Santon pada menit 69.
Biasanya selalu ada sedikit kecemasan dan demam panggung dirasakan seorang pemain muda ketika menjalankan debutnya. Tapi hal itu tidak terlihat dalam diri Miangue. Pemain 19 tahun itu justru berlaga layaknya pemain berpengalaman. Miangue terlihat fokus sepanjang pertandingan dan seolah sudah punya kecocokan dengan Ivan Perisic yang menjadi winger kiri pada laga tersebut. Keduanya memiliki postur tubuh dan keterampilan yang sama. Sangat menarik melihat mereka berdua saling mengembangkan hubungannya di lapangan pada waktu itu.
Miangue baru mendapatkan kesempatan bermain 90 menit di Serie-A ketika menghadapi Bologna pada 25 September 2016. Ia pun dimainkan selama 11 menit ketika mengalahkan Juventus. Saat itu Miangue ditugaskan untuk menutup pergerakan Paulo Dybala. Tiga pertandingan itu memberikan angin segar kepadanya dari kepelatihan Frank De Boer. De Boer memang sering memberikan kesempatan kepada bakat muda sejak melatih Ajax Amsterdam. Apalagi Inter memiliki akademi yang hebat yang bisa berinvestasi besar untuk skuatnya.
Selain Miangue, di skuat senior saat ini terdapat beberapa jebolan akademi seperti Assane Gnoukouri, Davide Santon, Guy Eloge Yao dan Marco Andreolli. Selama dilatih De Boer, Miangue berhasil membangun komunikasi yang baik dengannya karena menguasai bahasa Belanda. Tapi hubungannya dengan De Boer cuma berjalan sekitar tiga bulan karena pelatihnya itu dipecat pada November 2016. Sebelum De Boer, Roberto Mancini sudah melihat potensinya selama International Champions Cup 2016 di Amerika Serikat.
Mancini mempromosikan Miangue dari akademi Inter yang diikutinya sejak berusia 16 tahun, setelah ditemukan pemandu bakat, Pierlugi Casiraghi, pada 2013 lalu. Saat itu Casiraghi melihat Miangue membela Belgia U-15. Kemudian Casiraghi berhasil merayu Miangue setelah bersikut-sikutan dengan Arsenal untuk mendapatkannya dari Beerscot AC, akademi yang mengorbitkan Jan Vertonghen, Mousa Dembele, Radja Nainggolan, Thomas Vermaelen, Toby Alderweireld dan Victor Wanyama.
Namun ada cerita menarik dari Miangue. Sebetulnya, sepakbola bukanlah favorit Miangue sewaktu masih kecil. Ia justru tumbuh dengan menyukai basket bersama teman-temannya. Tapi ayah tirinya waktu itu mencoba untuk mendaftarkannya ke akademi Beerscot. Berkat dari basket-lah Miangue memiliki tinggi 192 cm.
Dari basket jugalah yang menjadikannya pemain lincah dan cepat walau berpostur tinggi. Bahkan Miangue sanggup berlari 32 km per jam di lapangan sepakbola. Selain menjadi full-back, ia juga cocok menjadi bek tengah. Maka tidak ada satu orang pun yang tidak jatuh cinta melihat potensi Miangue.
Bakatnya bisa dilihat ketika diberikan tempat di lapangan sepakbola. Kepribadian dan tekadnya menjadi faktor penting bagi pesepakbola muda di tingkat tinggi. Di sisi lain, Inter justru akan melepas Miangue ke Cagliari dengan status pinjaman. Tapi hal ini tentu untuk kebaikan Miangue agar mendapatkan kesempatan bermain yang lebih banyak.
"Masa depan saya? Saya senang di Inter, saya selalu memberikan segalanya selama pelatihan. Itu tidaklah selalu sederhana, kita akan melihat apa yang akan terjadi. Saya mendengar tentang Cagliari, kita akan melihat apa yang akan terjadi," ujarnya seperti dikutip Sempre Inter.
Kabarnya pemain keturunan Kongo itu tinggal selangkah lagi dipinjamkan ke Cagliari. Sebelumnya sempat ada kendala di proses negosiasi karena belum ada kejelasan tentang harga jika Cagliari hendak mempermanenkannya. Negosiasi terkendala lagi ketika Inter menginginkan adanya kesepakatan pembelian kembali jika Miangue dipermanenkan Cagliari.
Ada dua sisi yang diambil dari proses negosiasi Miangue. Pertama yaitu Inter pun sadar dengan potensinya jika dilihat dari adanya pembelian kembali di dalam klausul. Kedua, sungguh ironis terkait Inter sadar bahwa Miangue memiliki potensi menjanjikan, namun mereka tak mampu mengembangkannya sendiri.
Kendati demikian, Stefano Pioli yang melatihnya saat ini mungkin berniat membawa Miangue ke akar proses pembelajaran untuk prospek lebih menjanjikan. Toh perjalanannya menjadi seorang bintang masih sangat penjang. Dan mungkin Pioli lebih tahu tugasnya untuk mengetahui kapan dan bagaimana membentuk potensi terbesar Miangue.
Sumber: SB Nation, Sport Italia.
Komentar