Wilfred Ndidi, Titisan N`Golo Kante?

Taktik

by Redaksi 33 53530

Redaksi 33

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Wilfred Ndidi, Titisan N`Golo Kante?

Sosok N`Golo Kante benar-benar dirindukan oleh segenap publik Leicester City saat ini. Namun, sosok baru tampaknya akan segera menggantikan Kante di hati para suporter Leicester. Ia adalah Wilfred Ndidi.

Semenjak Kante memilih untuk hengkang ke Chelsea pada awal musim 2016/2017, sebuah lubang besar di lini tengah Leicester pun tampak. Claudio Ranieri, manajer yang dipecat oleh Leicester City beberapa hari lalu, bukannya tidak tahu akan masalah ini. Ia sudah mencoba beberapa pemain di posisi Kante, seperti Daniel Amartey maupun Nampalys Mendy. Tapi semuanya tidak menunjukkan hasil yang memuaskan. Lini tengah Leicester masih memunculkan lubang.

Lalu, tepat pada bursa transfer musim dingin 2017, Ranieri mendatangkan soerang pemain yang masih berusia 20 tahun bernama Wilfred Ndidi. Pemain yang pernah membela KRC Genk di Liga Jupiler Pro Belgia ini diproyeksikan, secara khusus oleh Ranieri, untuk menjadi pengganti dari N`Golo Kante.

Sempat mengalami kesulitan untuk beradaptasi, di tengah keadaan Leicester yang cukup carut-marut ketika kedatangannya ke King Power, Ndidi perlahan mulai menunjukkan kualitasnya sebagai seorang gelandang bertahan. Puncaknya terjadi ketika Leicester mengalahkan Liverpool 3-1, atau tepat setelah orang yang merekrutnya pergi.

Kemampuan Tekel dan Intersep yang Baik, Hampir Seperti Kante

Kante dikenang oleh publik Leicester sebagai seorang gelandang yang memiliki kemampuan tekel dan intersep yang baik. Walau memang secara fisik tidak memiliki badan yang besar yang bisa mendukungnya untuk beradu badan dengan gelandang lawan, kemampuan tekel dan intersepnya (salah satu yang tertinggi di Liga Primer musim 2016/2016) membuat lini tengah Leicester menjadi tampak hidup. Drinkwater pun bisa menjalankan tugas box-to-box dan distribusi bolanya dengan lebih nyaman.

Kemampuan serupa Kante inilah yang Ranieri lihat dari Ndidi. Selama membela KRC Genk, selain selalu dimainkan full selama 90 menit, pemain asal Nigeria ini pun menunjukkan angka rataan tekel dan intersep per pertandingan yang cukup tinggi. Selama membela KRC Genk dalam ajang Liga Europa, total ia membukukan 7 kali tekel dan 4,8 kali intersep per pertandingan, tertinggi di antara pemain Genk yang lain.

Sekarang pun di Leicester, sejak mulai bermain untuk The Foxes pada laga melawan Chelsea (14/1/2017), Ndidi perlahan mulai bisa menunjukkan kualitas tekel dan intersepnya yang baik ini. Dari enam pertandingan yang sudah ia jalani bersama Leicester di Liga Primer, total ia sudah mencatatkan angka rataan tekel dan intersep yang cukup tinggi, yaitu 4,5 tekel (tertinggi di antara pemain Leicester yang lain) dan 1,8 intersep per pertandingan (tertinggi ketujuh di antara pemain Leicester yang lain).

Bahkan pada laga melawan Liverpool, ia mencatatkan 11 kali tekel (sembilan di antaranya adalah tekel sukses), 1 kali intersep, dan 5 kali clearance. Aksi bertahannya ini berperan besar dalam kemenangan The Foxes atas The Reds dalam pertandingan tersebut.

Ndidi menjadi harapan tersendiri, setelah Amartey dan Mendy tidak kunjung memberikan penampilan yang memuaskan di lini tengah Leicester yang rapuh setelah kepergian Kante.

Efek Apa yang Bisa Ia Berikan di Tubuh Leicester?

Dengan kemampuan tekel dan intersepnya yang cukup baik, ia akan menjadi senjata tersendiri bagi Craig Shakespeare, caretaker Leicester yang akan menangani klub ini setidaknya sampai akhir musim. Shakespeare sendiri melakukan pendekatan yang hampir mirip dengan apa yang Ranieri lakukan ketika ia mengantarkan Leicester menjadi juara Liga Primer.

Menempatkan Ndidi di posisi Kante, serta kembali memasang pemain-pemain yang berperan besar dalam mengantarkan Leicester juara musim 2015/2016 di posisinya masing-masing, membuat permainan tim ini kembali hidup. Apa yang Shakespeare lakukan ini kemungkinan besar akan tetap ia lakukan sampai akhir musim nanti, mengingat ia tidak punya banyak opsi sepeninggal Ranieri yang dipecat oleh manajemen.

Jika Ndidi bisa menampilkan permainan seperti apa yang ia tunjukkan ketika melawan Liverpool, bukan tidak mungkin Leicester bisa bangkit dan menjauhi zona degradasi. Ia juga bisa memberikan rasa nyaman kepada Drinkwater untuk maju membantu penyerangan, ataupun rasa aman kepada lini pertahanan Leicester yang dikawal Wes Morgan dan Robert Huth.

Tekel dan intersepnya yang baik bisa mencegah bola mengalir ke lini pertahanan dan bisa dikonversi menjadi serangan balik, sesuatu yang kerap dilakukan oleh The Foxes musim 2015/2016, memanfaatkan kecepatan Jamie Vardy, Riyad Mahrez, ataupun Marc Albrighton.

***

Kepergian Kante ke Chelsea memang cukup menyesakkan hati. Tapi menyesali kepergian Kante tanpa melakukan apapun adalah sesuatu yang lebih menyesakkan lagi. Ndidi, dengan kemampuan yang ia miliki, bisa menjadi solusi tersendiri sekaligus sosok penghibur suporter Leicester atas kepergian Kante.

Kemampuan tekel dan intersepnya, jika terus ditampilkan secara konstan, bukan tidak mungkin akan mengangkat penampilan Leicester. Tidak hanya sampai akhir musim nanti, tapi sampai beberapa musim ke depan.

foto: @Squawka

Komentar