Pertandingan antara Tottenham Hotspur dan Arsenal jarang dipandang serius kecuali oleh kedua kesebelasan tersebut. Arsenal terakhir kali menjuarai Liga Primer Inggris pada 2004, sementara posisi terbaik Spurs di Liga Primer hanya peringkat ketiga pada musim lalu.
Kenyataan bahwa akan ada North London Derby pada pekan ke-34 di saat Chelsea, kesebelasan London lainnya, memuncaki klasemen dengan perbedaan empat poin dari peringkat kedua (Spurs) adalah sebuah realita yang tidak menggembirakan sama sekali untuk Spurs maupun Arsenal.
Baca juga: Apa yang Membuat Pertandingan Disebut Derby?
Namun mengerucutkan persaingan kesebelasan-kesebelasan London yang konon jumlahnya sampai 42 kesebelasan (dari mulai Liga Primer sampai Southern Football League Division One Central di tingkat kompetisi kedelapan), Derby London Utara memang tidak pernah sepenting dan segenting sekarang ini.
Spurs, yang saat ini menduduki peringkat kedua, sedang dalam pengejaran intens mereka menuju gelar juara. Mereka tertinggal empat poin dari Chelsea. Sementara Arsenal, yang saat ini menduduki peringkat keenam dengan ketinggalan 14 poin dari Spurs, mencoba untuk menghibur diri mereka sebagai antisipasi terjadinya pergeseran kekuasaan di London Utara.
Secara matematis, Arsenal memang masih bisa mengejar Spurs dan bahkan menjadi juara. Tidak seperti Spurs dan Chelsea yang menyisakan lima pertandingan, Arsenal masih memiliki enam pertandingan lagi, termasuk North London Derby nanti.
Namun, kita harus realistis. Salah satu kekhawatiran Spurs dari Arsenal adalah St. Totteringham`s day yang sudah sangat terkenal itu. St. Totteringham’s day memiliki arti sebagai hari di mana saat itu suporter Arsenal merayakan keberhasilan mereka karena pada saat itu Spurs sudah tidak bisa lagi mengejar Arsenal di klasemen secara matematis.
Secara dramatis, kejadian tersebut terjadi di hari terakhir Liga Primer musim lalu. Akan tetapi, jika kita realistis, bisa jadi akhir musim ini adalah untuk pertama kalinya dalam 22 tahun terakhir Arsenal akan berada di bawah Spurs di papan klasemen Liga Primer.
Terakhir kali Tottenham mengalahkan Arsenal di klasemen akhir liga sudah terjadi lebih dari 8.019 hari yang lalu (sampai tulisan ini dibuat), atau tepatnya pada 1995. Kamu bisa mengeceknya secara berkala di situs "Time Since Spurs Finished Above Arsenal in the League".
Pada saat itu, Spurs berada di peringkat ketujuh di Liga Primer 1994/1995, sementara Arsenal di posisi ke-12 (dan Chelsea di posisi ke-11). Waktu itu adalah musim di mana George Graham dipecat sebagai manajer The Gunners.
Sejak Graham dipecat, Arsène Wenger kemudian menjabat sebagai manajer Arsenal. Sejak Wenger menjadi manajer, Arsenal belum pernah finis di bawah Spurs. Tapi semuanya bisa berubah pada akhir musim ini, dan semua itu bisa dipercepat atau diperlambat tergantung apa yang akan terjadi pada Derby London Utara nanti.
Kemungkinan duel skema tiga bek
Wenger mengalami musim terburuknya selama menangani Arsenal, kecuali mereka berhasil membawa pulang trofi Piala FA di akhir Mei nanti (melawan Chelsea di final). Melihat klasemen dan meramal “nasib tahunan” empat besar mereka, The Gunners bahkan sangat membutuhkan keajaiban untuk bisa finis di empat besar di musim ini.
Arsenal sendiri saat ini tidak sedang dalam penampilan yang menggembirakan di kandang lawan. Mereka kalah empat kali dari lima pertandingan tandang terakhir mereka.
Satu hal berbeda ditunjukkan oleh Wenger pada tiga pertandingan terakhirnya. Ia mencoba melakukan sesuatu yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya, yaitu bermain dengan skema tiga bek.
Dengan skema tiga bek ini, Arsenal berhasil mendapatkan rekor kemenangan 100%: menang 2-1 di kandang Middlesbrough, menang 2-1 melawan Man City di Piala FA, dan menang 1-0 melawan Leicester City di tengah pekan lalu.
Memang terlalu dini untuk menyebut rekor tersebut adalah 100% seolah statistik ingin menipu kita. Tapi melawan Spurs nanti, ada kemungkinan besar Wenger tetap akan memainkan skema tiga bek ini lagi.
Pada pertemuan pertama kedua kesebelasan, Wenger kerepotan pada saat menghadapi sistem tiga bek Spurs. Dengan sudah menerapkan skema tiga bek pada tiga pertandingan terakhir, ia dan para pemainnya pasti sudah banyak belajar.
Jika Arsenal benar akan memainkan skema tiga bek, maka Spurs juga kemungkinan akan melakukan hal yang sama. Mauricio Pochettino, manajer Spurs, adalah yang mempelopori keberhasilan mirroring taktik tiga bek Antonio Conte saat menghadapi Chelsea. Dan ia pasti tidak akan kesulitan karena harus menghadapi skema tiga bek “kemarin sore” milik Wenger.
https://twitter.com/dexglenniza/status/858376737343782912
Kemudian kalau ada satu pemain Spurs yang akan menjadi sorotan utama pada derby nanti, ia adalah Harry Kane. Penyerang asal Inggris ini memiliki rekor yang bagus di Derby London Utara, terutama di White Hart Lane. Ia sudah berhasil mencetak empat gol berturut-turut melawan Arsenal di Liga Primer. Sepertinya Kane tidak butuh motivasi lebih untuk mencetak gol lagi.
Arsenal sendiri sudah kebobolan 40 gol (terbanyak kedua di antara tujuh kesebelasan teratas di liga) sementara Spurs menjadi kesebelasan yang paling solid dengan baru kebobolan 22 gol saja (tersedikit di liga).
Bisa dibilang, pertandingan ini akan menjadi North London Derby terbesar, terpenting, dan tergenting sepanjang sejarah Liga Primer; dan Chelsea memiliki peran penting jika Spurs dan Arsenal sama-sama memakai skema tiga bek. Ironi yang menarik.
Arsenal sedang dalam posisi yang tidak menguntungkan. Masalahnya, jikaketika mereka kalah melawan Spurs di dalam lapangan malam ini, berarti mereka juga kalah di luar lapangan (soal gengsi, sejarah, dan yang terpenting: posisi di klasemen akhir).
Tapi kita harus sadar jika Spurs akan berusaha keras untuk menghapus kosakata ‘Spursy’ dari urban dictionary (Spursy: untuk secara konsisten, dan secara pasti, gagal memenuhi harapan). Untuk pertama kalinya dalam 22 tahun terakhir, ini adalah kesempatan emas bagi Spurs untuk finis di atas Arsenal, dan mereka memiliki privilege di North London Derby malam ini.
Baca juga: Tak Mudah Menentukan Warna Kota London
Komentar