Tur Internazionale Milan ke Amerika Serikat mungkin tak terlalu impresif karena mereka hanya satu kali menang dari enam laga yang dijalani selama pra musim. Tapi Roberto Mancini sebagai pelatih Inter punya alasan tersendiri. Ia mengeluhkan jadwal padat pramusim yang membuatnya kehilangan empat sampai enam pemain reguler di setiap laganya.
Keluhan Mancini itu seolah menyindir kebijakan klub terkait transfer musim panas kali ini. Ketika Juventus mendapatkan Gonzalo Higuain dari Napoli, Inter menghadapi situasi berbeda. Mereka malah dipusingkan dengan isu hengkangnya penyerang terbaik mereka, Mauro Icardi. Dan komentar-komentar Wanda Nara sebagai agen Icardi justru melukai para pendukung Inter. Padahal Suning Group sebagai korporasi pemilik Inter tahu akan berhadapan dengan pendukung klubnya jika menjual Icardi.
Isu itu memperkeruh para petinggi klub yang sudah dibanjiri rasa ketidakpuasan Mancini terkait kebijakan transfer. Mantan pelatih Fiorentina itu menagih janji soal kucuran dana transfer setelah kepemilikan baru. Mereka memang siap mengeluarkan dana besar, dengan syarat Mancini harus menjelaskan secara detil apa yang harus dibenahi skuatnya.
Para petinggi Inter juga sedang berhati-hati dengan masalah Financial Fair Play (FFP), sehingga membangun klub sekomersil Real Madrid atau Bayern Munich akan sulit. Sementara Mancini terus mendesak agar klubnya mendatangkan Antonio Candreva dan Yaya Toure sementara keduanya urung bergabung. Padahal Yaya Toure adalah target transfer utama Mancini pada musim ini.
"Ini tidak nyaman, saya berbicara dengan CEO Michael Bolingbroke, tapi kami tidak berbicara tentang transfer. Saya tidak tahu apa poin yang saat ini berkaitan dengan pemain yang didapatkan," imbuh Mancini seperti dikutip dari The Sun.
Mancini pun dikabarkan akan pergi dari Inter jika permintaan transfernya tidak dipenuhi. Atas ketegangan ini cukup menjelaskan mengapa Inter ragu memperpanjang kontraknya yang akan berakhir tahun depan. Situasi ini membuat para petinggi klub berjuluk I Nerazzurri itu gerah. Situasi ini mengembalikan Mancini kepada situasi ketika menangani Manchester City dan Galatasaray, yaitu kehilangan keyakinan di ruang ganti kesebelasannya.
Tapi apa yang terjadi dengan Mancini seolah menjadi kesengajaan dari pihak Suning. Mereka memanfaatkan situasi itu supaya bisa menunjuk pelatih baru. Ketika para pendukung Inter menginginkan Diego Simeone, Suning menginginkan Frank De Boer menjadi pelatih baru. Bahkan nama Manuel Pellegrini mencuat belakangan ini.
Ide menunjuk De Boer memang menarik. Hanya saja De Boer belum berpengalaman di Italia. Walau begitu, Mancini pun merasa masa cuek karena masih laris diincar klub lain. Sebelumnya pun ia masuk dalam kandidat sebagai manajer baru Inggris. Mancini juga menjadi alternatif lain Paris Saint-Germain (PSG) jika gagal membujuk Unai Emery.
Roberto Mancini Bukan untuk Jangka Pendek
Jika melepas Mancini, Inter wajib berkaca ketika berpisah dengan Leonardo Araujo. Padahal ia sudah mengantarkan Inter menjuarai Copa Italia 2010/2011 dalam situasi terpuruk sepeninggal Jose Mourinho. Begitu pun dengan Mancini yang telah mengembalikan martabat Inter meski belum kembali memberikan trofi. Mancini berhasil memperbaiki peringkat Inter di klasemen akhir Serie-A dari peringkat ke delapan menjadi ke empat.
"Tidak pernah ada proyek (di sepakbola Italia), yang nyata atau serius satu sama lain. Paling banyak bertahan 3-4 tahun, ketika itu juga klub perlu memulainya kembali," ujar Mancini seperti yang pernah dituliskan di Football-Italia.
Para pendukung Inter tidak suka dengan transfer Mancini yang mendatangkan pemain bintang yang sudah menua. Tapi tidak ada yang bisa menyangkal bahwa strategi transfernya musim lalu sesuai dengan kebutuhan. Salah satu contohnya ketika Andrea Ranocchia dan Juan Jesus sedang berjuang, tapi Mancini bersikeras membawa Joao Miranda dan Jeison Murillo. Pada akhirnya Miranda dan Murillo menjadi salah satu pertahanan terbaik di Serie-A 2015/2016.
Kendati Stevan Jovetic dan Adem Ljajic gagal mencapai konsistensinya, setidaknya itu mengobati para pendukung Inter yang tak puas dengan Ricky Alvarez dan Fredy Guarin. Sementara Geoffrey Kondogbia, Ivan Perisic dan Marcelo Brozovic, lambat laun semakin cepat menemukan bentuk permainannya di bawah bimbingan Mancini. Ia tinggal mengembangkan para pemainnya untuk meningkatkan serangan. Setidaknya kedatangan Eder pada Januari 2016 dan Ever Banega baru-baru ini, harus bisa membuat kemajuan dalam produktivitas gol Inter.
Meskipun Mancini selalu bermain dengan formasi yang berbeda, ia menunjukkan Inter memiliki gameplan yang tidak berkaitan dengan bisnis. Fokus mereka hanya bermain baik selama musim lalu. Inter dan Mancini yang saling membutuhkan adalah jawaban sebenarnya, setidaknya dalam jangka pendek. Untuk hal itu, perbaikan yang cepat harus dilakukan kedua belah pihak. Bukan tidak mungkin justru kerja sama mereka menjadi proyek jangka panjang.
Maka dari itu Inter harus terus bersama Mancini, bersama pelatih yang membawa klub ini kembali ke kompetisi Eropa dan memuncaki Serie-A sampai Natal 2015. Mancini telah membangun Inter sebagai unit yang kuat atas permainan bertahannya. Intinya adalah, Inter tidak boleh puas dengan kinerja Mancini dalam jangka pendek. Apalagi jika melihat ketatnya persaingan zona Liga Champions. Ia masih layak diberikan kesempatan agar Inter kembali ke kompetisi elit Eropa, apalagi untuk mendapatkan sebuah kehormatan.
Sumber lain: ESPN FC, The Guardian.
Komentar