Anggapan bahwa Internazionale Milan kerap menyia-nyiakan pemain bertalenta tampaknya akan semakin berhembus kencang. Karena setelah gagal memaksimalkan kemampuan Xherdan Shaqiri dan Philippe Coutinho di masa lalu, Mateo Kovacic menjadi pemain bertalenta berikutnya yang (akan) angkat kaki dari Giuseppe Meazza.
Kesampingkan sejenak tentang Financial Fair Play yang membuat Kovacic (dan Shaqiri) terpaksa dijual. Karena pada faktanya, karir Kovacic bersama kesebelasan berjuluk La Benemata itu memang tak terlalu membanggakan baik bagi Inter secara keseluruhan ataupun bagi Kovacic sendiri.
Sejak bergabung dengan Inter pada bursa transfer Januari 2013, tak ada satupun gelar yang berhasil diraih oleh Inter ataupun Kovacic secara individu. Lebih dari itu, karir pemain kelahiran Austria ini sempat tersendat, di mana lebih sering tampil dari bangku cadangan, saat Inter ditangani oleh Walter Mazzarri pada musim 2013-2014.
Tak seperti Andrea Stramaccioni, pelatih Inter sebelum Mazzarri, yang langsung mempercayakan tempat utama dalam skuat Inter menggantikan peran Wesley Sneijder, Mazzarri hanya memasang Kovacic sejak menit pertama dalam 14 pertandingan dari total 32 pertandingan yang dijalaninya pada musim itu. Hal ini tentunya menjadi sebuah kemunduran bagi pemain yang sudah menjadi penghuni skuat utama Dinamo Zagreb sejak usia 17 tahun tersebut.
Dalam formasi 3-5-2, Kovacic mendapatkan peran yang sama seperti Marek Hamsik saat Mazzarri menangani Napoli. Namun karena performanya kurang memuaskan Mazzarri, Kovacic pun kalah saing oleh Ricardo Alvarez ataupun Freddy Guarin, yang lebih rajin memberikan assist bagi Rodrigo Palacio atau Mauro Icardi.
Hubungan Mazzarri dan Kovacic semakin retak pasca Inter dikalahkan oleh Juventus dengan skor 3-1 (musim 2013-2014). Saat itu, pemain yang hijrah ke Zagreb pada usia 13 tahun ini dituding sebagai biang kekalahan Inter karena bermain tak sesuai harapan. Pada pertandingan itu, Kovacic sendiri bermain sejak menit pertama dan digantikan Ruben Botta pada menit ke-66.
âIa [Kovacic] tak mampu untuk mengikuti apa yang saya instruksikan,â ujar Mazzarri seperti yang ditulis sport360.
Mendengar pernyataan tersebut, awalnya Kovacic enggan berkomentar. Namun lama kelamaan, pemain yang menjalani debut senior pada usia 16 tahun ini pun semakin gerah dengan lebih seringnya sang pemain duduk di bangku cadangan. Ia berdalih, skema Mazzarri yang terlalu defensif menjadi salah satu faktor ia tak bermain maksimal.
âMungkin alasannya karena taktikal. Ia [Mazzarri] lebih banyak bermain dengan sepakbola defensif, tipe permainan yang sangat tidak sesuai dengan saya,â papar Kovacic.
Melihat ketegangan ini, sejumlah kesebelasan pun berusaha mendapatkan tenaga pemain yang ditransfer Inter dari Dinamo Zagreb dengan 11 juta euro ini. Namun tawaran yang mencapai lebih dari 25 juta euro dari Real Madrid, Shakhtar Donetsk, Liverpool, dan Manchester United, seperti yang disebutkan Marca, ditolak karena presiden Inter, Erick Thohir, menyebut bahwa Kovacic masuk dalam daftar pemain yang tidak dijual.
Hal ini memang wajar karena secara kemampuan individu, Kovacic merupakan pemain yang berpotensi menjadi pemain kelas dunia. Pujian datang dari segala penjuru, termasuk dari salah satu legenda Kroasia yang pernah membela AC Milan, Zvonimir Boban, âIa bisa menjadi pemain yang lebih hebat dari saya.â
Pada musim ketiganya bersama Inter, atau tepatnya pada musim lalu, sekali lagi Mazzarri mencoba menggunakan bakatnya demi hasil positif Inter. Namun Mazzarri gagal, di mana kemudian ia dipecat dan digantikan oleh Roberto Mancini pasca hasil imbang melawan Hellas Verona, hanya meraih empat kemenangan dari 11 kali pertandingan Serie A.
Harapan muncul dengan filosofi bermain Mancini yang lebih menyerang, seperti yang ia tunjukkan bersama Manchester City. Harapan bagi Kovacic untuk membuktikan diri sebagai pemain kelas dunia kini berada di tangan pelatih yang memberikan tiga trofi Serie A bagi Inter tersebut.
Mancini pun percaya bahwa Kovacic memang tak layak untuk menjadi penghuni bangku cadangan. Namun sayangnya, pemain bertinggi 181 cm itu tak mampu menjawab kepercayaan Mancini dengan memberikan hasil-hasil positif bagi Inter. Inter pun lantas mengakhiri musim 2014/2015 di peringkat ke-8.
Mancini sebenarnya tak patah arang pada kemampuan yang dimiliki Kovacic. Kualitas skuat Inter untuk mengarungi musim yang baru pun didatangkan dengan membeli sejumlah pemain anyar dengan kualitas di atas rata-rata. Kovacic pun masih menjadi bagian dari skema Mancini untuk musim depan.
Namun sialnya, Inter yang pada Mei lalu sudah diwanti-wanti UEFA terkait Financial Fair Play, harus segera menyeimbangkan neraca keuangannya setelah pembelian-pembelian mahal tersebut. Lebih sialnya lagi, penjualan Shaqiri ke Stoke City pun masih belum membuat keuangan mereka aman karena tambahan anggaran belanja Stevan Jovetic, meminjam dari Manchester City dengan tambahan biaya transfer mendekati tiga juta euro.
Sebenarnya, Inter hanya diharuskan membayar denda enam juta euro pada musim ini dari total denda 20 juta euro. Namun dengan Mancini yang masih membutuhkan sejumlah pemain baru untuk meningkatkan kualitas skuatnya, Inter pun diwajibkan menjual pemainnya agar tetap bisa aktif di bursa transfer.
Kovacic, dengan segala talenta yang dimilikinya, langsung mendapatkan tawaran dari sejumlah kesebelasan besar Eropa. Liverpool berani menawar sekitar 27 juta euro, namun ditolak. Kovacic lebih mendekat ke Real Madrid, yang memang sudah lama mengincarnya, karena dikabarkan berani mengeluarkan 35 juta euro untuk menebus Kovacic.
âApakah saya kecewa dengan [kepergian] Kovacic? Ini memalukan. Meskipun begitu, kami memiliki peraturan yang harus dipatuhi,â papar Mancini seperti yang ditulis Dailymail, seolah mengonfirmasi hengkangnya Kovacic. âSaya tidak berpikir ada dari kami [manajemen] yang tak menginginkannya di sini. Tapi untuk menghormati Financial Fair Play, kami memang perlu melakukan sesuatu.â
Pernyataan Mancini di atas mungkin akan membuat kesimpulan bahwa sebenarnya Kovacic dijual karena regulasi Financial Fair Play. Tapi bagaimanapun, dengan kiprahnya bersama Inter yang tak terlalu mentereng bisa jadi salah satu alasan Inter rela melepasnya meski mereka tengah membangun skuat yang lebih kuat pada kompetisi mendatang.
Jangan lupakan pula dengan ketidak cocokkan Kovacic bermain dalam sepakbola defensif. Sepakbola Italia yang identik dengan sepakbola defensif bisa jadi salah satu faktor mengapa Kovacic gagal bersinar di Inter. Dan mengingat Real Madrid yang bermain dengan sepakbola menyerang, tak mengherankan jika pada akhirnya Kovacic merajut asa menjadi pemain yang lebih hebat dari Boban bersama raksasa Spanyol tersebut pada musim mendatang.
foto:Â shacakabmedia.com
Komentar