Pasca menang dari Israel dengan skor 3-1, Belgia tidak hanya mengamankan tempat pertama grup B kualifikasi Euro 2016 dan lolos ke putaran final, tetapi juga menggeser tempat Jerman dan Argentina di daftar peringkat teratas FIFA. Belgia peringkat satu dunia? Ya.
Poin yang didapat oleh Belgia telah melampaui kedua finalis Piala Dunia 2014 tersebut, sehingga pada update 5 November nanti kesebelasan berjuluk Red Devils ini akan berada di urutan pertama. Total poin yang didapat oleh Belgia adalah 1440, sedangkan peringkat kedua Argentina maksimal hanya bisa mendapatkan 1429 poin dengan syarat menang atas Paraguay di laga berikutnya. Sementara Jerman dipastikan mendapat 1388 saja atau di bawah keduanya.
Meski beberapa pihak meragukan peringkat FIFA ini sebagai tolak ukur kekuatan, namun apa yang dicapai oleh Belgia memang pantas mereka dapatkan. Kompany dkk melaju mulus hanya dengan menelan satu kekalahan, mendapatkankan total poin 23, serta surplus 19 gol.
Belgia sendiri sudah cukup lama absen di putaran final Piala Eropa. Terakhir mereka berlaga di ajang ini adalah 15 tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 2000, itupun berkat menyandang status sebagai tuan rumah bersama Belanda. Hasilnya kala itu juga buruk, langsung tersingkir di fase penyisihan grup.
Kegagalan tersebut membuat pihak federasi sepakbola Belgia melakukan perbaikan besar-besaran. Sebuah cetak biru dikeluarkan dengan fokus pada pembinaan pemain muda. Michel Sablon selaku direktur teknik didaulat memimpin program dengan jangka waktu 10 tahun tersebut.
Menurut Stuart James, dalam tulisannya di The Guardian, salah satu metodenya dan kini dikenal luas adalah mematenkan formasi 4-3-3 sebagai gaya main Belgia. Tak tanggung-tanggung, dari mulai kesebelasan sekolah hingga akademi-akademi milik profesional dipaksa memakai pola tersebut. Alasannya adalah pada 4-3-3 pemain muda bisa banyak belajar menggiring bola dan juga visi bermain, sesuatu yang dianggap kurang waktu itu.
Proses pemilihannya juga tak sembarangan, dikaji secara ilmiah dengan riset yang panjang. Tak kurang dari 1500 pertandingan berbagai kelompok umur dipantau oleh Michel Sablon beserta timnya yang terdiri dari pelatih usia muda hingga universitas. Dari situ kemudian diambil kesimpulan bahwa rata-rata para pemain tersebut hanya sedikit berinteraksi dengan bola.
Pelatihan turunannya pun dibentuk, seperti metode latihan 2 vs 2, 5 vs 5, hingga 8 vs 8 yang dianggap cocok untuk pola 4-3-3. Sablon juga mengusulkan untuk menghapus sistem peringkat di sepakbola di bawah usia 8 tahun dan fokus terhadap pengembangan, bukan prestasi dini.
Baca jugaPerang Batin Eden Hazard di Balik Kesempurnaan Belgia
Batshuayi: Pemuda Belgia Pereda Sakit Kepala Bielsa
Menelaah Nasib Kuartet Belgia di Man United
Ada juga aturan lain yang diaplikasikan sebagai tambahan. Di tim junior Anderlecht misalnya, seorang pemain dilarang melakukan tekel jika belum berada di tim U-21 atau lapis kedua. Jadi ketika usia muda pemain tersebut dipaksa untuk merebut bola menggunakan visinya, membaca permainan lawan untuk intersepsi.
Federasi Belgia juga membangun pusat sepakbola baru yang terletak di Tubize, pinggiran Brussels. Selain itu kursus kepelatihan level dasar juga dibuat secara terbuka dengan syarat mudah dan informasi sebaik mungkin. Efeknya dahsyat, pendaftaran untuk menjadi pelatih di Belgia meningkat hingga 10 kali lipat.
Hasilnya bisa terlihat sekarang. Selain timnasnya tampil perkasa, mereka juga mampu mencetak pemain-pemain hebat yang tersebar di liga-liga top Eropa. Itulah hal yang bisa mewajarkan Belgia kini berada di peringkat pertama FIFA.
Skuat Belgia saat bermain di Piala Dunia 2014
Komentar