Jangan katakan kepada Julian Weigl bahwa ia pada awalnya bukan pilihan utama Thomas Tuchel. Jangan. Tidak perlu. Toh sekarang ia sudah menjadi pemain yang tidak tergantikan. Yang lalu biarlah berlalu.
Thomas Tuchel tahu apa yang ia butuhkan untuk memperbaiki Dortmund. Roman Bürki ia datangkan untuk menggantikan Roman Weidenfeller yang sudah tua. Kedalaman skuat di posisi bek sayap ia atasi dengan membawa serta Jo0-Ho Park dari kesebelasan lamanya, FSV Mainz 05, dan mengubah Matthias Ginter, seorang gelandang, menjadi bek sayap kanan. Sebastian Kehl pensiun dan Sven Bender tidak cukup baik untuk menjadi pasangan ?lkay Gündo?an? Tak masalah. Johannes Geis juga siap mengikuti Tuchel ke Dortmund seperti Park... setidaknya begitu adanya dalam pikiran Tuchel.
Nyatanya tidak. Geis menolak peluang kembali bermain di bawah arahan Tuchel seperti semasa keduanya bekerja sama di Mainz. Geis menolak kepastian menjadi pemain utama di Dortmund dan lebih memilih tantangan baru di Gelsenkirchen bersama kesebelasan saingan Dortmund, Schalke 04. Tuchel pun mendekati pilihan keduanya, Julian Weigl dari TSV 1860 München.
Dari seorang pemain utama Bundesliga 1 yang memiliki keahlian dalam eksekusi bola mati, Tuchel mengalihkan target kepada seorang pemuda yang kesebelasannya mengakhiri Bundesliga 2 di zona degradasi. Seorang pemuda yang tidak memiliki keistimewaan selain rajin menjelajah. Entah tidak tahu atau tidak peduli terhadap keadaan yang membawanya ke Dortmund, Weigl langsung tampil gemilang di kesebelasan barunya.
Tuchel mengubah Dortmund, yang semasa dilatih oleh Jürgen Klopp hanya tahu cara bertahan dan mengandalkan insting ketika menyerang, menjadi kesebelasan yang memahami positioning dan ball possession. Selain kedua bek sayap yang memainkan peran penting ketika menyerang, daya jelajah Gündo?an dan Weigl penting dalam penguasaan bola Dortmund. Keduanya tak boleh berhenti berlari untuk selalu menemukan posisi terbaik sebagai penghubung pemain yang satu dengan pemain lainnya.
Xabi Alonso, gelandang Bayern Müchen berkebangsaan Spanyol yang menguasai dengan baik seni menerima dan mengumpan bola, memecahkan rekor Bundesliga ketika menyentuh bola sebanyak 172 kali dalam pertandingan melawan Hertha BSC â yang sedang bagus-bagusnya musim ini â pada pekan ke-15 Bundesliga musim ini. Rekor Alonso tidak bertahan lama. Di pekan ke-16 Weigl mematahkan rekor Alonso dengan 189 sentuhan sepanjang pertandingan melawan Eintracht Frankfurt.
âSemua berjalan jauh lebih cepat dari yang aku bayangkan atau impikan,â ujar Weigl dalam sebuah wawancara yang dimuat di situs resmi Bundesliga. âBergabung pada musim panas dari kesebelasan Bundesliga 2 dengan kesebelasan yang berisi pemain-pemain hebat, aku harus realistis. Aku hanya ingin beradaptasi dan sebanyak mungkin menonton dan belajar. Nyatanya aku malah mendapat banyak kesempatan bermain, dan itu membuatku senang. Kini aku mematok target baru: aku ingin mempertahankan performa dan menjaga posisi di kesebelasan.â
Seperti Weigl, banyak orang terkejut melihat apa yang ia dapatkan saat ini. Namun jika ada beberapa orang yang tidak heran melihat di mana Weigl berdiri sekarang, salah satunya bisa jadi adalah Friedhelm Funkel, yang pernah melatihnya di TSV Müchen. Funkel merasa Weigl memiliki ketenangan ketika menguasai bola.
Tenang saja jelas tidak akan cukup. Keberuntungan yang memainkan peran juga tidak akan berarti apa-apa tanpa kerja keras. Mendapat kesempatan bermain adalah satu hal, dan terus tampil baik untuk menjaga peluang bermain tetap tinggi adalah hal lain. Weigl mempertahankan posisinya di kesebelasan utama sejauh ini dengan cara sederhana. Tuchel memberinya perintah menjelajah lapangan, dan Weigl melakukannya. Pada pertandingan debutnya â melawan Borussia Mönchengladbach di pekan pembuka Bundesliga musim ini â Weigl berlari sejauh 11,7 km; lebih jauh dari pemain Dortmund mana pun.
Dalam pertandingan yang sama ia melepas 84 umpan dan hanya empat di antaranya yang tidak tepat sasaran. Bukan hanya dalam satu pertandingan saja Weigl menorehkan persentase ketepatan umpang yang sangat tinggi. Sepanjang musim ini Weigl telah tampil dalam 16 pertandingan dengan 'jam terbang' selama 1.280 menit. Selama itu ia menyentuh bola sebanyak 1.452 kali dan melepas 1.271 umpan dengan persentase keberhasilan sebesar 91,9%.
Yang lebih mencengangkan lagi, Weigl mengalami peningkatan yang pesat. Salah satu kelemahan Weigl ketika masih bermain di TSV Müchen adalah duel udara. Ia mengakuinya dan berkata sedang rajin mengonsumsi putih telur demi memperbaiki kekurangannya.
Hasilnya langsung terlihat: sepanjang Hinrunde (putaran pertama), Weigl menorehkan keberhasilan sebesar 56,8% dari 280 tekel yang ia lakukan. Weigl terlibat dalam 230 situasi perebutan bola dan ia memenangi 56,5% di antaranya. Dan dalam 50 kali duel udara, Weigl keluar sebagai pemenang sebanyak 29 kali. Perkembangannya jelas pesat.
Pilihan pertama atau bukan, Weigl tampaknya tidak peduli. Yang ia tahu Tuchel memberinya banyak kesempatan bermain, dan Weigl tidak membayar kepercayaan tersebut dengan bermain sebaik mungkin. Dan faktanya, ia telah menjadi bagian dari impresifnya Dortmund pada musim ini.
Komentar