Andres Iniesta adalah orang yang memasukkan filosofi gravitasi Isaac Newton ke dalam kehidupannya. Ia percaya bahwa akan ada suatu waktu posisi seorang manusia jatuh ke bawah. Walau sampai sekarang ia tidak menduga pencapaiannya sebagai pemain sepakbola sudah berada sampai di sini. Iniesta adalah pria yang diam-diam membuka pintu rumah ketika mayoritas orang sedang tertidur. Pada pukul 04:00 sudah terbangun dan pergi untuk berlari untuk melatih otot kakinya.
Iniesta merupakan tipikal orang yang tidak gampang menyerah. Tapi ia tahu sampai kapan ia harus terus bermain sepakbola, apalagi Iniesta sudah berusia 32 tahun. Untuk saat ini ia tidak akan berhenti sampai di sini, apalagi Iniesta adalah pemain panutan pertama setelah kepergian Xavi Hernandez. Iniesta telah menikmati peran yang belum pernah dirasakannya dalam karier sepakbola. Dalam artian, Iniesta lebih sentral, laiknya Xavi.
Pemain kelahiran 11 Mei 1984 ini sudah terbiasa mendapatkan tekanan sejak usia 12 tahun. Ia harus jauh dari orang tuanya yang pergi ke Albacete ketika baru masuk akademi Barcelona pada usia tersebut. Dari situlah Iniesta dituntut lebih mandiri, "Apa yang saya lakukan di stadion, saya lakukan di halaman sekolah. Apa yang saya lakukan di usia 12 tahun, masih saya lakukan sekarang," tegas Iniesta seperti dikutip dari The Guardian.
Mantan pelatih Barcelona, Luis Menotti, menganggap Iniesta sebagai pemain terbaik di dunia. "Dia pemain yang bisa menggiring bola, memainkannya, menciptakan gol, dan banyak lagi. Dan dia masih belum mendapatkan Ballon d`Or," ujar Menotti dengan heran, seperti dikutip dari ESPN FC.
Kendati sudah menua, Iniesta masih dipercaya untuk memperkuat tim nasional Spanyol saat ini yang dibesut Julen Lopetegui. Justru Juan Manuel Mata dan Francesc Fabregas tidak dipanggil Lopetegui untuk menghadapi Italia dan Albania. Sebelum memperkuat Spanyol, Iniesta harus memperkuat Barcelona dulu yang bertandang ke Celta de Vigo di Stadion de Balaidos, Sening (3/10) dini hari.
Laga itu pun tidaklah sembarangan bagi pemain bernomor punggung delapan tersebut. Sebab lawatannya ke Celta itu merupakan pertandingan ke-600 Iniesta untuk Barcelona, pertandingan terbanyak ke dua setelah Xavi (767 pertandingan bersama Barcelona). Dan selama itu juga Iniesta sudah mengoleksi 29 gelar juara bersama kesebelasan yang dibelanya sejak 1996 itu, saat ia bergabung dengan akademi Barcelona.
"Saya beruntung bermain dengan dia dan sekarang melatihnya. Mengevaluasi permainannya adalah sesuatu yang bisa membuat semua orang bangga dan tidak hanya dari penampilannya. Kita semua hanya bisa menikmatinya. Tidak hanya untuk apa yang telah ia capai, tapi bagaimana mencapai hal itu. Nilai-nilai yang telah ia tunjukkan adalah apa yang mewakili dunia sepakbola," ujar Luis Enrique, Pelatih Barcelona, jelang 600 laga Iniesta bersama Barcelona, seperti dikutip dari Sky Sport.
Tapi sayang, pertandingan ke-600 Iniesta tidak berjalan dan berakhir dengan manis. Pertama, ia tidak diturunkan Enrique sejak menit awal. Iniesta baru dimainkan pada awal babak kedua menggantikan Rafinha. Tapi hal pedih yang paling dirasakannya karena Barcelona kalah dari Celta pada laga tersebut dengan skor 4-3.
Pada laga ini, blunder Marc-Andre Ter Stegen lebih disorot ketimbang laga ke-600 Iniesta. Blunder fatalnya terjadi dua kali, yang mengakibatkan gol pertama dan keempat Celta pada laga tersebut. Apalagi gol keempat menjadi kesalahan paling fatal Ter Stegen karena niatnya mengumpan bola justru mengenai kepala Pablo Hernandez, gelandang serang Celta, dan masuk ke gawangnya sendiri
Alhasil blunder-blunder itu dianggap sangat mencederai laga ke-600 Iniesta. Penyebab kekalahan itu juga semakin menyulitkan Barcelona untuk bersaing memperebutkan gelar juara La Liga 2016/2017. Tapi Iniesta tetap bersikap tenang. Ia tidak menyalahkan kekalahan Barcelona kepada Ter Stegen dan justru melindungi kipernya itu.
"Kesalahan Ter Stegen tidak memengaruhi hasil pertandingan," tegas Iniesta. "Tiga gol di babak pertama yang kami terima benar-benar membuat kita menurun. Ini adalah kekalahan menyakitkan karena kami kehilangan kesempatan untuk mengambil alih posisi teratas. Celta selalu menghukum Anda jika tidak membuat standar yang seperti biasanya," lanjutnya seperti dikutip dari Marca.
Setelah itu, Iniesta hanya mendengarkan keheningan ketika berjalan di koridor. Mungkin keheningan dalam hatinya sampai bisa mendengar air mata yang jatuh karena kekalahan, seperti teori gravitasi yang dipercayainya. Iniesta pun tahu saat ini jika Barcelona tidak harus selalu berada di atas. Begitu juga dengan penampilan krusialnya tidak harus berakhir dengan indah. Tapi orang lain dan pendukungnya tahu jika Iniesta sudah memberikan berbagai keindahan untuk sepakbola sejauh ini, bukan hanya untuk Barcelona dan Spanyol, tetapi juga untuk dunia.
Sumber lain: FOX Sports, RFI.
Komentar