Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Mengikuti adat istiadat masyarakat setempat bukan hanya sebagai bentuk penghormatan semata. Mengikuti acara adat setempat, entah apapun itu bentuknya, juga bisa merupakan cara untuk berbaur dengan masyarakat. Dengan begitu, seseorang dapat lebih paham mengenai tempat yang ia pijak sekarang dan juga lebih tahu tentang seluk-beluk masyarakat setempat secara lebih mendalam. Inilah yang coba dilakukan oleh Carlo Ancelotti.
Siapa yang tidak mengenal Don Carlo? Ia adalah pelatih terkenal dari Italia dengan serentetan gelar prestisius. Liga Champions Eropa, Serie A Italia, Ligue 1, Liga Primer Inggris, adalah sederet trofi-trofi yang sudah pernah diraih oleh pelatih kelahiran Reggiolo ini. Ia adalah jaminan kualitas, sekaligus jaminan gelar bagi sebuah tim.
Dengan bergelimangnya gelar yang sudah pernah ia raih, maka wajar saja jika Bayern München, salah satu klub besar di Jerman, merekrutntya untuk menjadi pelatih pada awal musim 2016/2017. Sepeninggal Pep Guardiola yang pindah ke Manchester City, München tentunya butuh sosok pelatih juara, berkharisma, dan penuh dengan pengalaman. Don Carlo adalah salah satu jawaban yang dibutuhkan oleh klub yang merindukan gelar juara Liga Champions Eropa ini (sesuatu yang tak bisa dihadirkan Pep).
Namun, awal-awal musim 2016/2017, sebuah hadangan mulai menghampiri pelatih yang pernah lama menukangi AC Milan ini. Sempat meraih kemenangan dalam lima laga, München akhirnya menelan kekalahan perdananya melawan Atletico Madrid dalam ajang Liga Champions Eropa. Setelah itu, hasil minor kembali menyertai klub yang bermarkas di Allianz Arena ini usai ditahan imbang 1-1 oleh FC Köln di kandang.
Meski memiliki banyak pengalaman melatih berbagai klub besar Eropa, Ancelotti tampaknya masih perlu belajar dan memahami perihal sepakbola Jerman, sepakbola yang berkarakter dan menganggap bahwa Jerman di atas segalanya. Apalagi ini adalah kali pertamanya ia melatih klub Jerman. Perlu dilakukan sesuatu agar Ancelotti mampu memahami tentang sepakbola dan rakyat Jerman secara menyeluruh.
Maka, tak heran bahwa Don Carlo akhirnya mengikuti salah satu tradisi di Jerman, tepatnya di wilayah Bavaria (Jerman Selatan) yang sudah berlangsung sejak 1810. Tradisi itu bernama Oktoberfest (festival bulan Oktober)
Apa itu Oktoberfest?
Oktoberfest adalah festival tahunan yang diadakan di Jerman, tepatnya di kota München, setiap akhir September sampai pertengahan Oktober (biasanya berlangsung selama 16 sampai 18 hari). Festival ini kerap juga disebut sebagai Wiesn (berasal dari kata bahasa Jerman Theresienwiese, yang artinya pekan raya). Diadakan sejak 1810, festival ini kerap juga diakhiri oleh orang-orang luar Jerman.
Ciri khas dari festival ini, selain permainan-permainan khas pekan raya, adalah gelas-gelas besar bir dan makanan-makanan tradisional yang kerap menjadi sajian utama. Makanan-makanan tradisional seperti Hendl (ayam panggang), Schweinebraten (babi panggang), Würstl (sosis), dan Weisswurst (sosis putih) adalah makanan yang sering disajikan dalam Oktoberfest ini. Jangan lupakan bir, yang bisa mencapai total 1,2 juta liter dikonsumsi tiap tahunnya, sebagai minuman utama Oktoberfest.
Bir, sebagai ciri khas dari Oktoberfest. Sumber: wsj.com
Sekarang ini, banyak juga kota-kota lain yang mengadakan Oktoberfest, berdasarkan Oktoberfest yang diselenggarakan di München. Negara-negara seperti Argentina, Brasil, Rusia, Afrika Selatan, Filipina, Amerika Serikat, bahkan Palestina (sejak 2005) juga ikut menyelenggarakan Oktoberfest ini.
Di Jerman sendiri, sejak 1994 Oktoberfest yang acap diselenggarakan sampai bulan Oktober ini dimodifikasi agar seiring dengan perayaan reunifikasi Jerman. Reunifikasi Jerman sendiri dilakukan pada 3 Oktober 1990, dan Oktoberfest menjadi salah satu cara masyarakat Jerman untuk merayakan reunifikasi tersebut.
Apa yang Dilakukan Carlo Ancelotti di Oktoberfest?
Pada 2016, Ancelotti pertama kali mengikuti Oktoberfest ini. Bersama dengan para pemain Bayern München yang lain, ia larut dalam perayaan Oktoberfest. Menggenggam gelas bir ukuran besar, ia tampak larut dalam kegembiraan bersama dengan para pemainnya, yang tampak hadir bersama dengan pacar ataupun istri mereka.
Carlo Ancelotti yang menikmati Oktoberfest bersama sang istri di sebelahnya. Sumber: @MrAncelotti
Meski baru saja mendapatkan hasil imbang 1-1 melawan Köln, hal tersebut tampak tidak mengganggu perayaan Oktoberfest pada 2016 ini. Bertempat di Lederhosen, para pemain saling berbagi tawa dan keceriaan, melepas kejenuhan sementara bermain sepakbola dengan berpesta dan ikut larut dalam suasana penuh kekeluargaan tersebut. Ditambah dengan hadirnya Carlo Ancelotti, sang pelatih dalam festival kali ini, maka semakin lengkaplah festival tersebut.
Kedekatan antar pemain ini juga diiringi dengan acara bersulang. Dalam sebuah video, terlihat para pemain, berkumpul dalam satu meja, saling bersulang satu sama lain. Suasana kekeluargaan pun langsung terlihat.
https://twitter.com/FCBayern/status/782542091545145344
***
Dengan banyaknya bir yang disajikan ini, meski akan membuat para ahli nutrisi Bayern geleng-geleng kepala karena pengaruh negatifnya, setidaknya akan memberikan pengaruh positif bagi para pemain München. Mereka akan lebih menyatu, dan mereka juga akan lebih memahami satu sama lain sehingga kesepahaman ketika bertanding akan terjalin lebih baik.
Tapi, efek positif dari Oktoberfest ini tidak akan hanya dirasakan oleh para pemain Bayern saja. Lebih jauh, bir-bir yang disajikan dalam Oktoberfest ini, akan membuka mata Don Carlo dan membuat ia paham akan nilai-nilai, kultur, dan karakter sepakbola orang Jerman.
Dengan begini (memahami Jerman lewat Oktoberfest), ia akan mampu menemukan racikan strategi yang cocok dengan orang-orang Jerman yang dikenal pekerja keras. Kalau racikan itu sudah ditemukan, bukan tidak mungkin ia dapat mewujudkan cita-cita yang sudah ia canangkan saat menjejakkan kaki pertama kali di Allianz Arena.
Komentar