Siapakah yang mampu menggeser dominasi Juventus? Pertanyaan ini selalu menghiasi Serie A sejak Juve menjuarai Serie A 2011/2012. Sejak musim itu, yang ada hanyalah ancaman-ancaman sementara dari kesebelasan lainnya. Walau AS Roma dan Napoli sempat menjuarai paruh musim Serie-A, Juventus tetap mampu mengakhiri kompetisi sebagai juara hingga musim 2015/2016.
Pada musim ini pun Juventus mengatasi paruh musim dengan baik. Sampai libur Natal, Juventus masih memuncaki klasemen sementara Serie-A 2016/2017 dengan raihan 42 poin. Angka tersebut berjarak empat poin dengan Roma yang berada di peringkat kedua, dengan catatan Juventus belum memainkan satu pertandingan.
Juventus baru bermain 17 kali, bersama AC Milan, Bologna dan Crotone. Semmentara kesebelasan lainnya sudah melakoni 18 laga Serie-A 2016/2017. Musim ini lagi-lagi Serie-A hanya ramai karena jarak poin yang ditinggalkan Juventus kepada para kompetitornya. Keramaian yang terjadi di Serie-A di beberapa musim terakhir bisa dibilang hanya peringkat dua ke bawah, ketika bagaimana rival-rival Juventus saling sikut memperebutkan jatah tiket liga Champions dan Liga Eropa.
Bahkan untuk bersikut-sikutan agar lolos dari zona degradasi sekalipun selalu ramai di kompetisi tertinggi di Italia tersebut. Dari pertarungan-pertarungan itulah yang menjadi kejutan di Serie-A. Siapapun bisa dikalahkan dan siapapun bisa menang secara mengejutkan, seperti Genoa yang mampu menaklukkan Juventus.
Kesebelasan Kejutan: Atalanta
Biasanya, Atalanta selalu bertengger di papan bawah klasemen akhir Serie-A. Musim lalu pun mereka cuma sanggup mengakhiri Serie-A 2016/2017 di peringkat 13. Tapi itu adalah Atalanta yang masih ditukangi Edoardo Reja. Atalanta mulai berbeda ketika dilatih Gian Piero Gasperini sejak Juni lalu. Kejutan pertama Atalanta ketika mereka sanggup mengalahkan Napoli. Kemudian Internazionale Milan dan Roma pun mendapatkan kejutan berikutnya dari Atalanta. Bahkan Milan dan Fiorentina pun harus ditahan imbang tanpa gol oleh Atalanta di hadapan pendukungnya sendiri.
Rentetan positif Atalanta sejauh itu pun sempat membuat mereka merengsek ke posisi lima. Sekarang, Atalanta berada di peringkat enam dengan raihan 32 poin dari 18 pertandingan. Setidaknya posisi itu berada di atas Inter dan Fiorentina yang notabene kesebelasan besar di Italia.
Pencapaian dan kejutan itu tidak lepas dari peran Gasperini dalam meramu strateginya. Biasanya, Atalanta dikenal dengan kesebelasan yang bertahan secara negatif dan melancarkan serangan balik. Tapi sejak ditangani Gasperini, Atalanta bermain lebih terbuka. Melancarkan pressing dengan tidak membiarkan lawan berlama-lama dengan bola. Walau mereka masih melakukannya dengan garis pertahanan yang rendah.
Atalanta menjadi kesebelasan yang paling tinggi melakukan intersepsi di sejauh Serie-A musim ini. Rata-rata intersepsi mereka mencapai 18,7 per laga. Rataan itu mengalahkan Palermo dan Roma di bawahnya. Atalanta juga bisa terangkat karena para pemain barunya seperti Etrit Berisha, Ervin Zukanovic, Mattia Caldara, Abdoulay Konko, Franck Kessie, Alberto Grassi, Alberto Paloschi dan lainnya. Mereka sangat membantu Atalanta yang sudah memiliki Alejandro Gomez dalam mengangkat penampilan permainan kesebelasannya. Sosok Gomez pun sangat penting di Atalanta atas tiga gol dan empat asis pada musim ini.
Baca juga: Pelajaran dari Bergamo, Jangan Buru-buru Pecat Pelatih
Pelatih Terbaik: Vincenzo Montella
Para pendukung Milan mungkin sudah muak dengan enam pergantian pelatih dalam kurun waktu dua tahun ke belakang. Tapi sekarang, mungkin mereka bisa sedikit lebih berharap kepada pelatih keenam sejak dipecatnya Massimilliano Allegri pada awal tahun 2014.
Pelatih Milan keenam sejak 2014 itu adalah Vincenzo Montella yang sebelumnya menukangi Sampdoria. Harapan kepada Montella semakin kuat karena Milan sempat dibawanya ke peringkat dua klasemen sementara Serie-A 2016/2017. Sekarang, Milan berada di peringkat lima dengan raihan 33 poin dari 17 pertandingan. Tapi hal itu karena Milan baru melakoni 17 pertandingan ketika kesebelasan lain sudah menjalani 18 laga.
Tertunggaknya satu pertandingan karena Milan harus bertanding melawan Juventus pada Supercoppa Italia di Stadion Jassim Bin Hamad, Dubai, Jumat (23/12). Ketertinggalan Milan dari Napoli di peringkat tiga hanya terpaut dua poin. Seandainya Milan memenangkan satu sisa laganya itu, dipastikan Napoli akan digeser oleh skuat besutan Montella tersebut. Lagipula Montella pun meninggalkan Serie-A sementara bukan tanpa hasil. Ia pergi ke Dubai dengan menjuarai Piala Super Italia setelah mengalahkan Juventus melalui adu penalti.
Apa yang ditampilkan Montella, agak berbeda dengan Milan yang sebelumnya dilatih Sinisa Mihajlovic. Keduanya memang memiliki kedisiplinan yang tinggi dan tidak menyukai tipikal pemain yang bengal dan sulit diatur. Tapi instruksi mereka di lapangan berbeda. Mihajlovic menuntut agar para pemainnya terus melancarkan pressing. Tumpuan gol lebih ditekankan kepada penyerang di lini depan. Sementara Montella merupakan pelatih yang menyarankan agar pasukannya lebih sabar merebut bola kemudian melancarkan serangan balik melalui sayap. Kendati mengandalkan serangan balik, Montella tetap menuntut kreativitas lini tengah dan kolektivitas kesebelasannya.
Baca juga: Milan Sudah Tak Lagi Bergantung Pada Bacca
Pemain Terbaik: Andrea Belotti
Tengoklah di antara lima besar pencetak gol Serie-A (seluruh golnya di atas 10), hanya Andrea Belotti sebagai satu-satunya pemain asli Italia. Mauro Icardi, Edin Dzeko, Dries Mertens dan Gonzalo Higuain, merupakan pemain-pemain non-Italia. Dan ini tentunya merupakan kabar baik bagi Italia yang sebelumnya tak memiliki penyerang haus gol.
Sebetulnya ketajaman Belotti sudah terendus sejak masih memperkuat Palermo dengan total 16 gol dari dua musim. Kemudian ia semakin mempertajamnya dengan Torino. Musim lalu pun ia sanggup mencetak 12 gol dari 35 penampilannya. Pada musim ini, ia sudah menjaringkan 13 gol walau baru 16 kali tampil. Selain mencetak gol, Belotti juga menyumbangkan tiga asis untuk Torino.
Penyelesaian pemain 23 tahun itu begitu tajam. Didukung dengan duel udaranya yang kuat walau cuma memiliki tinggi 182 cm. Tapi tubuhnya yang cukup berisi membuatnya cukup kuat untuk beradu badan ketika duel udara dengan lawan. Belotti adalah penyerang terkuat kedua dalam duel udara setelah Edin Dzeko. Total, Belotti memenangkan 1,9 duel udara perlaga. Sementara Dzeko memenangkannya sebanyak 4,1 duel udara di setiap pertandingannya. Apalagi ia disokong oleh Iago Falque yang memiliki kemampuan umpan silang sangat baik.
Baca juga: Andrea Belotti, Si Ayam Jantan Calon Penyerang Masa Depan Italia
Belotti juga merupakan penyerang yang rajin membantu aksi bertahan kesebelasannya. Ia cocok dengan gaya kepelatihan Mihajlovic yang mengutamakan pressing kepada lawan. Belotti pun mengikutinya dengan menjadi pertahanan pertama skuatnya dari lini depan. Total, ia melancarkan 1,1 tekel per laga sejauh musim ini. Maka bukan tanpa alasan karena rajinnya membantu pertahanan itulah ia sudah mengoleksi tiga kartu kuning. Tapi kelebihan lainnya adalah bisa dijadikan berbagai tipe penyerang, entah itu target man, second striker bahkan seorang winger.
Halaman berikutnya: Rekrutan Terbaik dan Best Eleven
Komentar