Lanjutan dari halaman sebelumnya...
Kemudian kawan-kawan Andie yang berada di sana berteriak dan para pengeroyok itu pun meninggalkan lokasi kejadian dengan cepat. "Ya mereka mungkin pikirannya ketika satu pimpinan dilukai, pergerakan Bonek membela Persebaya itu meredup. Tapi justru tidak. Setelah pengeroyokan itu dilakukan, kekuatan temen-temen semakin membesar," ujar Andie.
Membesarnya kekuatan Bonek diikuti dengan tantangan yang berada di depannya. Aksi-aksi demonstrasi terus dilakukan terutama setiap jelang kongres PSSI agar status Persebaya dibahas dan dipulihkan sehingga bisa kembali berlaga lagi di kompetisi resmi. Para manajemen Persebaya pun tidak luput dari aksi-aksi protes mereka. Bonek terus mendorong manajemen agar legalitas hak merek, nama dan logo Persebaya terus diproses.
Upaya tersebut pada akhirnya membuahkan hasil setelah pengadilan menolak gugatan PT MMIB tentang logo dan nama Persebaya pada 30 Juni lalu. Hasil persidangan itu membuat merek dan logo Persebaya resmi dimiliki PT Persebaya Indonesia. Mereka juga mengirim surat kepada Joko Widodo, Presiden Indonesia, untuk menyampaikan aspirasinya.
Hasil persidangan itu jugalah yang membuat Bonek berbondong-bondong menuju Jakarta Utara untuk mengawal KLB PSSI pada 10 November 2016, tepat dengan hari pahlawan yang identik dengan Surabaya. Tapi ribuan Bonek yang datang ke sana harus dibuat kecewa karena pada KLB tersebut, PSSI tidak membahas status Persebaya. Bahkan Mochamad Choesnoel Faried, perwakilan Persebaya 1927, diusir dari kongres karena mempertanyakan status Bhayangkara FC yang sebelumnya merupakan Persebaya kepengelolaan PT MMIB. KLB pun selesai dan akan dilanjutkan di Bandung pada 8 Januari 2017. Persebaya 1927 dan Bonek harus pulang ke Surabaya dengan kecewa.
Namun dukungan dari berbagai kalangan untuk mereka semakin besar. Sebagian besar suporter-suporter klub Indonesia mengkampanyekan dukungannya kepada Persebaya 1927 dan para pendukungnya. Beberapa suporter lain pun melakukan aksi boikot menonton pertandingan klubnya masing-masing atas rasa solidaritas kepada Bonek. Dan di sisi lain, Bonek yakin dan mulai mempersiapkan aksi geruduk di kongres selanjutnya.
Memasuki tahun 2017, niatan Bonek yang berambisi datang ke kongres di Bandung menghadapi hambatan. Mereka mendapatkan ultimatum dari Ketua Umum PSSI yang baru, Edy Rahmayadi. Ia menghimbau agar Bonek tidak datang ke Bandung saat kongres nanti. Jika Bonek datang, PSSI tidak akan segan mencoret status Persebaya 1927 dari PSSI.
Peringatan itu membuat pergejolakan batin di dalam Bonek. Sebagian Bonek berpikir bahwa lebih baik tetap berada di Surabaya mengikuti peringatan dari Edy ketimbang kesebelasannya harus dicoret dari kongres selanjutnya. Pencoretan itu bisa membuat perjuangan Bonek semakin panjang lagi. Namun setelah berunding, akhirnya Bonek kembali ke pada tujuan awal mereka, yaitu geruduk Bandung, yang menjadi lokasi kongres berikutnya.
"Akhirnya kita konsolidasi mengadakan rapat bersama. Kita merumuskan satu kesepakatan bersama, yaitu apapun yang terjadi nanti risiko di Bandung akan ditanggung secara bersama. Akhirnya temen-temen datang ke Bandung mengindahkan himbauan atau ultimatum dari Ketum PSSI," jelas Andie. "Tapi temen-temen yakin bahwa Persebaya akan kembali. Hanya soal waktu saja."
Demi Waktu, Kemerdekaan pun Didapatkan
Sejak Jumat (6/1) siang, beberapa kelompok estafet Bonek sudah terlihat di titik-titik kota Bandung. Andie menginjak Bandung pada malam harinya di Stasiun Kereta Api Kiaracondong. Kereta Parahyangan itu pun tiba. Satu per satu Bonek turun dari kereta. Mereka terlihat lelah setelah menempuh perjalanan sekitar 15 jam Surabaya-Bandung. Andie berada paling belakang dari rombongan. Ia terlihat baru bangun dari tidurnya di kereta.
Tapi sambutan dari Bonek yang sudah berada di Bandung dan Bobotoh, pendukung Persib Bandung, membuat mereka semangat lagi setelah lelah dimakan balok-balok rel kereta. Rombongan yang datang pada waktu itu sekitar 200 orang. Jumlah itu belum termasuk dengan rombongan estafet dan jalur lain yang menyusul pada keesokan harinya. Andie mengisyaratkan jika Bonek akan hadir sekitar 3000 orang. Dan betul saja, mereka yang ditempatkan di GOR Padjajaran membuat lautan hijau.
Kendati sudah sampai di tempat perkumpulan, kelelahan tetap melanda para Bonek. Wajar, mereka harus tidur di atas kerasnya aspal dan lantai GOR Padjajaran. Ditambah lagi dengan angin dan suhu Bandung yang dikenal dingin. Belum lagi Andie terpaksa terjaga sampai subuh karena terus kedatangan tamu, entah itu dari kerabatnya di Bandung maupun wartawan. Total, ia cuma tidur dua jam, pukul lima sampai tujuh pagi.
Di sisi lain, ada hal lain yang dipikirkannya. Tentu saja tentang nasib Persebaya pada Kongres 8 Januari tersebut. Tidak hanya Andie, Bonek yang lainnya pun hampir mengalami hal yang sama. Doa bersama dilakukan pada Sabtu (7/1) malam di area parkiran GOR Padjajaran. Kemudian disambung dengan orasi-orasi yang dipimpin oleh Andie. Setelahnya, doa dari masing-masing Bonek terus mengalir deras. Istirahat pun semakin tidak tenang pada malam itu karena kongres dimulai tinggal beberapa jam lagi.
Sampai pada pada Minggu (8/1) siang itu, doa masih dilakukan, para Bonek dikumpulkan di area parkiran. Sebelum Dzuhur, Andie melakukan orasi sekitar empat menit, kemudian mengumumkan pemulihan status Persebaya pada Kongres PSSI yang berlangsung di Hotel Arya Duta, Bandung.
"Persebaya haknya dipulihkan dan kembali lagi!" teriak Andie. Gemetar suaranya disambut dengan keriuhan tepuk tangan dan teriakan arek-arek Bonek. Perayaan sederhana itu berlanjut dengan lagu-lagu khas mereka. Semua orang di sana berjingkrak-jingkrak, menari-nari, mengibarkan bendera-bendera raksasa dan diterangi suar yang menyala memerah. Bonek mendapatkan kabar gembira di tempat yang tepat. Yaitu kota yang dianggap rumah kedua bagi mereka. Ketika Andie menginjakkan kakinya di Bandung, ia berkata bahwa Bandung adalah rumah kedua bagi Bonek.
Pernyataan itu memang tidak lepas dari hubungan akrab antara Bonek dengan Bobotoh selama bertahun-tahun. Dan mereka merayakan kemerdekaannya itu di rumah keduanya. Walau di sisi lain di Surabaya pun menggelar acara syukuran dengan doa bersama. Di mana pun Bonek berada, mereka menikmati kemerdekaannya setelah Persebaya vakum selama tiga tahun. Sungguh waktu yang panjang bagi perjuangan mereka untuk mengembalikan Persebaya ke rumahnya.
Perjalanan mereka pulang dari Bandung ke Surabaya pun cukup panjang. Bagi Bonek yang menggunakan kereta, kembali akan memakan waktu sekitar 15 jam lagi untuk sampai di Surabaya. Mungkin akan lebih lama bagi mereka yang pulang memakai cara estafet. Tapi yang jelas, istirahat mereka dalam perjalanan pulang akan disertai dengan senyuman walau memakan waktu dan jarak yang panjang. Sebab mereka tahu bahwa perjalanan mereka tidak sepanjang waktu memulangkan kesebelasan kesayangannya untuk pulang.
A long way from home, Persebaya.
Komentar