Lanjutan dari halaman sebelumnya
Kita pernah melawan Kamerun yang sebenarnya merupakan sebuah kemajuan besar untuk sepakbola Indonesia. Meskipun pada akhirnya kalah dan tidak berhasil mendapatkan satu pun poin, hal ini harus sering dilakukan.
Tepatnya, kita bisa memilih lawan, untuk status pertandingan persahabatan yang nilainya 1, dengan banyak pertimbangan. Secara berurutan, menurut kami adalah sebagai berikut:
- Pilih lawan dari peringkat FIFA yang lebih tinggi dari Indonesia, kalau bisa yang peringkatnya tidak lebih dari 150. Karena semakin tinggi peringkatnya, akan semakin besar pula nilai faktor pengalinya.
- Pilih lawan dari Amerika Selatan (CONMEBOL) atau Eropa (UEFA), alih-alih Asia (AFC), Oseania (OFC), ataupun Amerika Utara dan Tengah (CONCACAF). Karena nilai faktor pengali kedua konfederasi tersebut lebih besar, CONMEBOL 1,00 dan UEFA 0,99.
- Pastikan bertanding sebaik-baiknya, agar bisa menang dan mendapatkan nilai faktor pengali 3; atau setidaknya imbang (dapat nilai faktor pengali 1).
- Jika kalah, tidak akan mendapatkan satu pun poin, anggap saja untuk menambah pengalaman dan evaluasi timnas.
Jika melihat rekomendasi dari kami sambil melihat peringkat FIFA, kita bisa mendapatkan lawan-lawan yang potensial. Misalnya, jika diurutkan, adalah Venezuela (peringkat 59) atau Bolivia (peringkat 95) dari CONMEBOL, serta juga beberapa negara dari UEFA seperti Belarusia (74), Kepulauan Faroe (83), Armenia (86), Azerbaijan (90), Kazakhstan (98), Lithuania (105), Latvia (111), Siprus (115), Estonia (116), Georgia (118), sampai Luksemburg (130).
Namun sayangnya, mengajak sebuah negara untuk melakukan pertandingan persahabatan tidak semudah itu. Negara lain belum tentu menganggur. Mereka mungkin ketika diajak, malah sedang mempersiapkan diri di babak kualifikasi Piala Dunia atau kompetisi lainnya. Kemudian juga ada ongkos, akomodasi, dan banyak hal lainnya yang harus juga dipertimbangkan.
Kalaupun ingin memilih lawan terdekat dengan pertimbangan utama adalah biaya perjalanan, dengan asumsi semakin dekat akan semakin murah (dalam hal ini adalah tidak lebih dari 8000 km), kita bisa tetap memilih beberapa negara di AFC atau OFC.
Dengan hitung-hitungan yang sudah saya lakukan, perkiraan yang paling menguntungkan adalah jika kita bisa bertandingan melawan negara AFC atau OFC dengan peringkat FIFA di atas 142, seperti Selandia Baru (109), Filipina (120), Oman (121), Kyrgyztan (122), Tajikistan (129), India (135), Hong Kong (139), dan Turkmenistan (142).
Kedua konfederasi tersebut, yaitu AFC dan OFC, sama-sama memiliki koefisien kekuatan konfederasi sebesar 0,85.
Grafis lawan-lawan yang dapat dipertimbangkan oleh Indonesia untuk memperbaiki peringkat FIFA (Oleh: Mayda Ersa Pratama)
Satu hal, kita harus mengingat bahwa Indonesia baru saja beranjak dari titik terendahnya pada ranking FIFA di peringkat 179 pada tahun 2015. Tapi kita juga harus ingat pada tahun 1998 dan 2001, kita pernah sampai ke ranking 87 yang merupakan peringkat tertinggi Indonesia.
Namun memang, semua pertandingan yang bisa kita mainkan tahun ini adalah pertandingan persahabatan, artinya memiliki faktor pengali I sebanyak 1 saja. Oleh karena itu, PSSI harus pandai-pandai memilih, jangan sampai memilih lawan yang semuanya berada di atas tingkat permainan Indonesia.
Sebagai contoh jika sama-sama pada pertandingan persahabatan, menang melawan Timor Leste (peringkat 191 dari AFC) akan tetap menghasilkan poin yang lebih banyak daripada menahan imbang Belarusia (peringkat 74 dari UEFA), yaitu tepatnya memiliki nilai 127,5 (menang melawan Timor Leste) berbanding 124,74 (menahan imbang Belarusia).
PSSI sendiri memang belum menentukan siapa saja lawan uji tandingnya. Mereka baru akan menentukan setelah penunjukkan pelatih. Perkiraannya, perencanaan lawan uji tanding persahabatan baru akan dilakukan paling cepat pada pertengahan Februari.
Hal ini akan kembali berujung pada perencanaan, termasuk penjadwalan. Perencanaan berarti Indonesia harus bisa merencanakan untuk memanfaatkan dan memaksimalkan pertandingan persahabatan dengan memilih lawan-lawan yang tepat, seperti apapun regulasi pemain timnas seniornya dan siapapun pelatihnya.
Sedangkan penjadwalan berarti dalam pelaksanaan Liga Indonesia nantinya, semoga PSSI dan pihak liga bisa membuat jadwal yang tidak mengganggu agenda tim nasional, tidak seperti ISC dan Piala AFF 2016 yang sudah berlalu.
*Seluruh data peringkat FIFA dan format perhitungan menggunakan data yang tersedia pada tanggal 10 Januari 2017
Komentar