Karier Perisic Terus Menanjak Setelah Menyelamatkan Peternakan Ayam Sang Ayah

Cerita

by Randy Aprialdi 43918

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Karier Perisic Terus Menanjak Setelah Menyelamatkan Peternakan Ayam Sang Ayah

Pada suatu masa, ada surat kabar yang menulis tentang pelatih Hadjuk Split bernama Zoran Vulic yang terkesan kepada seorang anak muda berambut keriting yang bermain untuk akademinya. Kala itu Vulic sedang berdiskusi dengan staf pelatihnya, apakah akan mencadangkan Niko Krancjar saat latihan pra musim di Slovenia atau mempersiapkan anak keriting bernama Ivan Perisic itu yang baru promosi ke skuat utama. Sebab kasusnya cukup serius karena Perisic justru digoda untuk bergabung dengan Sochaux di Liga Prancis. Padahal kontrak profesional sedang disiapkan untuk Perisic yang waktu itu masih berusia 17 tahun.

Di Kroasia memang mayoritas pemain muda lebih cepat diorbitkan ke klub-klub lain. Lihat saja apa yang terjadi dengan Alen Halilovic atau Mateo Kovacic karena sudah hengkang ke kesebelasan luar Kroasia dalam usia belasan tahun. Begitu pun apa yang terjadi kepada Perisic pada musim panas 2006 saat itu.

Pada akhirnya, Perisic tetap pergi ketika jet pribadi Sochaux menjemputnya. Dan sejak itulah drama terjadi untuk pria yang asli lahir di Kota Split tersebut. Ia menolak menandatangani kontrak profesional pertamanya di Hadjuk Split dan pergi ke Sochaux bersama ibu dan adiknya. Penolakan Perisic bukan tanpa alasan. Dengan kontrak barunya di Sochaux, Perisic hendak menyelamatkan usaha ternak ayam ayahnya yang diambang kebangkrutan.

"Meninggalkan saya ke Sochaux adalah yang terbaik untuk keluargaku saat itu," ungkap ayahnya yang bernama Ante Perisic itu seperti dikutip dari The Guardian. "Saya ingin mereka menjauh dari saya dan penderitaan saya,"

Karena usaha ayahnya itulah Perisic dipanggil Koka (bahasa Kroasia: ayam) karena ia sering membantu ayahnya mengantarkan ayam ke kota-kota lain di Kroasia. Namun pemain kelahiran 2 Februari 1989 itu tidak peduli dengan julukannya tersebut. Karena sekarang ia adalah salah satu pemain yang mengalami tren baru dalam sepakbola. Perisic telah berhasil menunjukkan karakternya di dalam sepakbola dan itu tidak pernah mudah. Hal itu karena bukanlah hal yang mudah untuk musim-musim pertamanya bersama Sochaux. Perisic jarang dimainkan kesebelasan asal Montbeliard Prancis tersebut.

Selama tiga musim ia justru bermain untuk Sochaux B dan sempat dipinjamkan ke Roeselare di Liga Belgia sejak Januari 2009. Kemudian setelah Liga Belgia berakhir, Perisic dibeli Club Brugge dan menemukan awal titik cerah kariernya. Perisic menjadi pencetak gol terbanyak Belgian First Division A (Jupiler Pro League) 2010/2011. Ia mencetak 22 gol dari 37 pertandingan sekaligus membantunya meraih gelar pemain terbaik untuk liga dan musim yang sama. Ketika memperkuat Brugge jugalah Perisic menjalani debut pertamanya di Tim Nasional (timnas) Kroasia yang kala itu dibesut Slaven Bilic pada 26 Maret 2011 melawan Georgia.

"Jika perlu, saya akan mengumpulkan bola liar selama sesi latihan hanya untuk mendapatkan kesempatan bermain dengan orang-orang seperti Luka Modric dan Niko Kranjcar," kata Perisic.

Setelah menjalani musim yang indah bersama Brugge, destinasi berikutnya adalah pindah ke Borussia Dortmund pada bursa transfer musim panas 2011. Dan ia melanjutkan musimnya yang mengesankan di sana, salah satunya mencetak gol ketika menjalani laga-laga besar, seperti ketika mencetak gol melalui tendangan voli jarak jauh ke gawang Arsenal pada pertandingan Liga Champions 2011/2012. Tapi sejak konsistensi Marco Reus pada musim berikutnya membuat Perisic tersingkir secara perlahan. Ia cuma diberikan kesempatan tampil 14 kali yang lebih sedikit dibandingkan 28 penampilan di musim sebelumnya.

Situasi pun semakin memanas karena Perisic mengeluh ke media. Perisic memang tidak pernah suka jika dicadangkan. "Ketika saya duduk di bangku cadangan, saya sekarat," kata yang pernah Perisic lontarkan. Juergen Klopp, manajer Dortmund saat itu, akhirnya kehabisan kesabaran kepada Perisic sehingga pemain sayapnya itu dilepas ke VfL Wolfsburg pada bursa musim panas 2012.

"Merengek ke publik itu seperti anak TK, bukanlah dunia orang dewasa. Jika ia tidak bermain, seorang pesepakbola profesional harus menutup mulutnya. Bekerja keraslah dan membuat pelatih memilihnya. Bukan mengeluh hal itu kepada wartawan," ujar Klopp.

Tidak dimainkan selalu dirasakan Perisic seperti mendapatkan hukuman. Namun ia belajar bagaimana menjadi seorang profesional dengan cara yang keras dan harus matang secara mental menjadi pemain seperti sekarang. Keputusan Dortmund untuk menjualnya pun dibenarkan karena tidak ada keluhan yang didengar lagi dari Perisic sejak memperkuat Wolfsburg. Tapi Perisic tetap tidak melupakan apa yang diperbuat Klopp sewaktu memperkuat Dortmund. "Kami tidak saling berhubungan. Tapi dia adalah salah satu pelatih Jerman terbaik saat ini, nomor satu," ujar Perisic seperti dikutip dari Daily Mail.

Detak Jantung Internazionale Milan

Penampilan gemilang Perisic saat Piala Dunia 2014 di Brasil semakin melambungkan namanya. Apalagi setelah mencetak gol ke gawang Kamerun dan Meksiko pada fase grup. Sejak Piala Dunia 2014, ia telah menjadi pemain yang diandalkan Kroasia dan kontribusinya sangat penting.

Padahal sebelumnya ia sempat dikritik karena kurangnya agresi dan kinerja ketika membantu pertahanan kesebelasannya. Barulah dua musim selanjutnya ia meninggalkan Wolfsburg. Dan ia menjadi bagian dari keras kepalanya Roberto Mancini dalam hal standar dan selera pemainnya untuk Inter pada bursa transfer musim panas 2015.

Perisic pun langsung menjadi salah satu andalan serangan Inter. Ia tidak hanya membuat para pendukung Inter kagum, tapi juga dirasakan oleh rekan-rekan di kesebelasannya. Salah satu yang membuat kagum adalah kekuatan kedua kakinya yang sama bagusnya.

Sejak kedatangannya pada musim panas 2015, ia mencetak tujuh gol dan enam asis dari 34 penampilan musim perdananya. Maka bukan tanpa alasan jika Perisic masih sangat diandalkan Kroasia untuk Piala Eropa 2016 di Prancis. Setelah 10 tahun meninggalkan peternakan ayam, ia kembali ke Prancis. Di sanalah tempatnya memulai sepakbola profesionalnya walau tidak mendapatkan kenangan yang menyenangkan.

Tapi ia bukanlah lagi anak ingusan berambut keriting yang turun dari jet pribadi. Kini Perisic adalah sesuatu yang lebih serius dan jauh mematikan. Perisic muncul sebagai salah satu pemain yang luar biasa di Euro 2016 Prancis. Ia menjadi salah satu pendorong negaranya yang tergabung ke dalam grup D dan membuat Spanyol tercengang. Masih ingat bagaimana Perisic membuat Gerard Pique tak berkutik menghadapinya. Gaya permainannya waktu itu seolah mengingatkan Arjen Robben sewaktu muda, yaitu mengandalkan kecepatannya ketika menyerang. Di usianya 27 tahun saat itu ia memang sedang menunjukkan puncak kekuasaannya di lapangan sepakbola.

Kemudian Perisic kembali ke tempat latihan pasca Euro 2016. Kedatangannya menjadi kabar baik sekaligus buruk untuk kesebelasannya. Sebab kembalinya ke tempat latihan datang membawa bumbu-bumbu rumor transfer. Namun pemain bernomor punggung 44 itu memilih bertahan. Kemudian Perisic sudah mencetak tujuh gol dan tiga asis dari 24 penampilannya musim ini. Jumlah golnya itu di musim ini sudah menyamai total golnya pada musim lalu. Dan pada musim ini, Inter tidak pernah kalah jika Perisic menceploskan bola ke gawang lawannya.

Musim ini Perisic menunjukkan perkembangan dari adaptasi musim pertamanya. Perisic mulai menjadi lebih tenang dengan bola dan mencari celah lebih cerdas untuk memposisikan diri di dalam kotak penalti. Hal itu yang membuat hubungan dan komunikasinya dengan Mauro Icardi, andalan Inter di lini depan, sangat baik di lapangan. Kecepatannya seperti menjadi mesin di dalam tubuhnya untuk melakukan transisi bertahan maupun menyerang. Kecepatan dan staminanya menjadi pujian sehingga menjadi pelari yang kuat. Maka dari itu ia jarang meninggalkan tugas bertahannya. Rataan 1,8 tekel bersih dan 1,8 intersepsi per laga terbilang cukup rajin bagi seorang penyerang sayap dalam membantu pertahanan.

Dikabarkan bahwa sejak bursa musim panas 2016 sampai musim dingin 2017 sudah ada sekitar 12 klub yang mengincarnya, termasuk Arsenal dan Manchester City yang paling gencar memantaunya. Bahkan Dario Simic yang merupakan mantan pemain Kroasia menganggap bahwa Perisic sudah seharusnya pergi ke kesebelasan Eropa yang lebih besar dari Inter. "Saya berharap Perisic pergi ke salah satu klub besar Eropa di jendela transfer terakhir," ujarnya.

Tapi saati ini, ia adalah detak jantung Inter. Perannya sangat vital di kesebelasan berjuluk La Beneamata tersebut. Betul keputusan Piero (ralat) Ausilio, Direktur Olahraga Inter, untuk tidak menjualnya, karena Perisic adalah proyek yang besar. Sulit membayangkan kesebelasan berjuluk I Nerrazzuri itu tanpa adanya Perisic. Sekarang ia telah tumbuh di dalam keyakinannya untuk menjadi bagian integral pelatihnya saat ini, Stefano Pioli. Dan Perisic memiliki potensi untuk menjadi lebih baik lagi. Ia pun akan terus berkembang, dari hanya anak peternak ayam hingga menjadi salah satu pemain sayap kelas dunia.

Sumber: ESPN FC, Football-Italia, Daily Mail, The Guardian

Komentar