Keputusan cepat diambil Erick Thohir, Presiden Inter Milan, ketka memutuskan Roberto Mancini untuk menukangi kesebelasan miliknya menggantikan Walter Mazzarri yang dipecat pada November 2014. Thohir dan pendukung Inter memiliki harapan yang sama yaitu minimal mampu mengembalikan kejayaan kesebelasan berjuluk Nerazzurri tersebut di Liga Italia.
Mancini memang meninggalkan kesan yang baik di Inter Milan. Pelatih asli Italia itu sempat meninggalkan kenangan manis di Stadion Giuseppe Meazza dengan gelar tiga scudetto berturut-turut (2005/2006, 2006/2007 dan 2007/2008) dan dua Copa Italia (2004/2005 dan 2005/2006) serta dua Piala Super Italia (2005 dan 2006).
Visi misi itu pun dimulai Mancini pada debutnya melawan AC Milan dalam laga Derby della Madonnina 23 November tahun lalu. Hasilnya tidak terlalu buruk. Dengan skuat seadanya ia berhasil menahan imbang 1-1 rival sekotanya tersebut yang memiliki persiapan lebih matang dengan pelatihnya saat itu, Filippo Inzaghi.
Ya, Mancini datang dengan mewarisi skuat peninggalan Mazzarri yang menerapkan disiplin keras kepada para pemainnya. Sayangnya mantan pelatih Napoli tersebut gagal mengadopsi kegemaran taktik 3-5-2 andalannya itu ketika menukangi Inter di beberapa pertandingan Serie-A musim 2014-2015.
Taktik ala Mazzarri itu pun diubah Mancini begitu kembali ke Inter yakni menggunakan 4-3-1-2 atau 4-3-3. Namun skema permainan Mazzarri yang sudah melekat di kepala para pemain membuat mereka sulit beradaptasi dengan arahan Mancini. Memang Mancini tidak anti dengan 3-5-2. Beberapa kali ia menerapkannya kembali, hanya saja itu terjadi saat sedang mempertahankan keunggulan seperti ketika mengalahkan Carpi 2-1 pada pertandingan Minggu (23/8) lalu.
Usai musim 2014/2015, Mancini mulai tancap gas dengan melakukan perombakan pemain. Mantan pelatih Manhester City dan Galatasaray ini memang memiliki selera tinggi dan cukup keras kepala ketika menjalani proses transfer dan menentukan susunan awal pemain.
Dimulai dari bursa transfer Januari 2015, beberapa pemain andalan era Mazzarri pun satu per satu mulai didepak seperti Yann M'Villa dan Pablo Osvaldo harus angkat kaki lebih dahulu dengan hanya berseragam Inter selama setengah musim. Pemain-pemain tersisa era Mazzari pun mulai disingkirkan dari susunan pemain awal. Dodo, Hugo Campagnaro, Nemenja Vidic, mulai dicadangkan.
Sederet nama-nama terakhir tersebut merupakan pemain belakang bukan? Ya, Mancini agaknya memang sangat memperhatikan lini pertahanan. Ia sejak lama dikenal sebagai pelatih yang tidak segan bermain bertahan. Ia percaya benar dengan kalkulasi bahwa jika kesebelasannya tidak kebobolan maka peluang kemenangan mereka sebesar 90% walau cuma menang dengan skor tipis 1-0. Kendati banyak dikritik ketika melatih Manchester City, namun ia tidak memperdulikan suara sumbang itu.
Baca juga : Plus-Minus Stevan Jovetic Bagi Internazionale Milan
Di Inter, beberapa kali Mancini mengotak-atik jantung pertahanan Nerazzurri apalagi mengingat kesebelasannya yang diasuhnya ini pernah kalah memalukan 1-4 oleh Cagilari.
Perombakan di tubuh Inter sudah dimulai sejak bursa transfer Januari 2015. Selain melepas Yann M'Villa dan Pablo Osvado, ia juga merekrut beberapa pemain sesuai seleranya. Lini depan sempat diperkuat oleh Lukas Podolski yang didatangkan dari Arsenal dan Xherdan Shaqiri dari Bayern Munich, ditambah Marcelo Brozovic (Dinamo Zagreb) untuk memperkuat lini tengah serta Davide Santon (Newcastle United) untuk menambal sektor full-back.
Hasilnya? Lagi-lagi selera dan ekspektasi pelatih kelahiran 27 November 1964 itu begitu tinggi kepada para pemainnya. Podolski dan Shaqiri tidak cocok pada strategi arahannya yang mengandalkan sosok trequartista. Peran itu justru lebih sering dipercayakan kepada Hernanes ketimbang dua pemain barunya itu. Alhasil tidak memerlukan waktu lama bagi Mancini untuk melepas keduanya pada bursa transfer musim panas kali ini.
Transfer âKeras Kepalaâ Mancini yang Sesuai dengan Kebutuhannya
Mancini membuktikan kekeraskepalaanya dalam hal standar dan selera pemain. Contohnya saat ia menginginkan Ivan Perisic. Ia sudah ingin mendatangkan Perisic sejak bursa transfer Januari 2015 namun gagal direalisasikan. Akhirnya kedatangan mantan pemain Wolfsburg itu berhasil diwujudkan pada tenggat transfer musim panas kali ini.
Jauh sebelum Perisic, pelatih yang pernah sukses mengantar Manchester City juara Liga Primer Inggris ini pun sudah duluan memperbaharui lini belakang untuk menopang pragmatisme permainan bertahannya.
Ivan Perisic
Bek tengah sekaligus kapten Inter musim lalu, Andrea Ranocchia, perlahan mulai gelisah dengan keberadaan Jeison Murillo (yang didatangkan dari Granada) dan Joao Miranda (Atletico Madrid) di jantung pertahanan baru era Mancini. Keduanya tampak lebih diberi kepercayaan ketimbang mantan pemain Bari tersebut.
Selain Perisic, yang patut diacungi jempol adalah transfer Alex Telles, full-back kiri, dan Felipe Melo (Galatasaray) serta Adem Ljajic (AS Roma), gelandang serang sayap.
Telles adalah kebutuhan mendasar bagi Mancini sejak musim lalu karena pada posisi full-back kiri ia selalu memaksakan Juan Jesus yang sejatinya pemain bek tengah. Itu ia lakukan karena stok lain Nerazzurri, Dodo dan Yuto Nagatomo, dianggapnya lebih mahir bermain dalam pola 3-5-2. Maka dari itu, pada bursa transfer musim panas kali ini nama Nagatomo sempat diisukan akan dijual.
Telles sendiri sempat diasuh Mancini di Galatasarat. Begitu juga Melo yang sempat diasuhnya selama 2014 di kesebelasan dari Turki tersebut. Diyakini jika Melo, gelandang asal Brasil itu, semakin bisa menguatkan lini tengah Inter bersama Geoffrey Kondogbia (AS Monaco) sebagai tandemnya.
Sementara kedatangan Ljajic membuat pelatih berusia 50 tahun tersebut lebih leluasa mengubah formasi dari 4-3-1-2 menjadi 4-3-3 atau sebaliknya. Bukan tidak mungkin jika Ljajic akan kembali menjadi duo menakutkan bersama Stevan Jovetic, sebagaimana pernah diperlihatkan keduanya ketika masih sama-sama berseragam Fiorentina dari musim 2010 sampai 2013.
Kendati mendatangkan 11 pemain baru pada bursa transfer musim panas ini, termasuk Martin Montoya (Barcelona), Jonathan Biabiany (Parma) dan Rey Manaj (Cremonese), namun salah satu pekerjaan rumah penting Mancini yaitu menyatukan visi taktikal skuatnya. Bukan tidak mungkin muka-muka lama seperti Ranocchia, Davide Santon, Fredy Guarin, Rodrigo Palacio dan lainnya berlomba-lomba menarik perhatian sang pelatih sehingga membuat Mancini pusing pala barbie.
Di sisi lain, terealisasinya transfer pemain yang sesuai dengan keinginan Inter, membuat skuat Inter lebih dalam. Jika bisa diramu dengan tepat, bukan tidak mungkin Inter bisa mengganggu dominasi Juventus, AS Roma, Napoli, Lazio, dan Fiorentina di papan atas Serie-A kali ini. Di atas kertas, sih, begitu. Setidaknya di atas kertas.
Sumber :Â Football Italia, SB Nation, Transfermarkt
Komentar