Liverpool harus kembali menjalani musim yang buruk pada tahun 2015 ini. Menunjukan performa luar biasa pada musim 2013/2014 lalu, musim ini Liverpool harus kembali terpuruk dan terlempar dari posisi 4 besar Liga Primer Inggris.
Keraguan pun kembali muncul soal kelayakan sang manajer asal Irlandia Utara, Brendan Rodgers, di Liverpool. Rodgers kembali gagal mendatangkan prestasi bagi Liverpool di musim ketiganya menangani klub merseyside ini. Beberapa pihak berpendapat bahwa sudah saat Liverpool mengganti Rodgers dengan pelatih yang lebih berkualitas.
Menanggapi hal ini, Rodgers terlihat pasrah dengan keputusan pemilik klub. âJika memang pemilik menginginkanku untuk pergi, aku akan pergi. Sesederhana itu,â katanya.
Lalu, apakah memang sudah saatnya Liverpool mengganti Rodgers dengan pelatih baru?
Jika melihat dari segi prestasi, sepertinya memang tidak ada alasan bagi Liverpool untuk mempertahankan Rodgers. Rodgers menjadi satu-satunya pelatih yang gagal memberikan satupun gelar bagi Liverpool setelah 3 tahun melatih. Rodgers pun hingga kini masih gagal untuk mengembalikan kualitas Liverpool menjadi klub tangguh di Eropa. Meski sempat berhasil membawa Liverpool lolos ke Liga Champions, Liverpool gagal berbuat banyak dan langsung tersingkir di fase grup.
Namun memang selalu jadi pertanyaan soal apa yang sebenarnya terjadi pada Rodgers pada awal musim ini. Dia berhasil membawa Liverpool yang biasa-biasa saja di musim 2012/2013 menjadi tim dengan permainan atraktif yang tidak terbendung di musim 2013/2014. Rodgers pun dicap sebagai ahli taktik jenius akibat prestasinya di musim tersebut. Namun kemudian, anehnya pada musim 2013/2014 Liverpool kembali menjadi tim biasa-biasa saja.
Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah prestasi di musim 2013/2014 hanya kebetulan semata? Apakah memang sebenarnya Rodgers bukan pelatih jenius, hanya tidak sengaja memiliki tim yang tepat sehingga dapat membangun permainan luar biasa di musim 2013/2014 tersebut?
Jika kita menarik mundur perjalanan karir Rodgers di Liverpool, pada musim pertama Rodgers hanya mampu membawa Liverpool hingga peringkat 7 Liga Primer Inggris. Rodgers bahkan memulai musim dengan sangat buruk. Ia kalah 0-3 pada pertandingan pertama melawan WBA dan baru meraih kemenangan pertama di liga pada pekan ketujuh. Namun musim tersebut Rodgers tidak dianggap gagal karena memang tugasnya di Liverpool saat itu adalah membangun filosofi permainan yang dia inginkan.
Jika anda masih ingat pada salah satu pertandingan Liverpool di awal musim 2012/2013, Liverpool dalam kondisi tertinggal di menit-menit akhir, tapi dari pinggir lapangan Rodgers justru berteriak, âretain position!â. Hal ini tentu sangat tidak lazim karena tim yang sedang dalam keadaan tertinggal di menit akhir sewajarnya akan keluar menyerang untuk segera menekan lawan, bukan mempertahan posisi dan membuang-buang waktu.
Namun hal ini jadi menunjukan dengan jelas bahwa ketika itu memang Rodgers sedang menanamkan filosofi permainannya yang sangat mementingkan penguasaan bola. Hasil belum menjadi hal yang penting selama pemain-pemain Liverpool dapat dibuat beradaptasi dengan permainannya. Dan hal itu sepertinya mendapatkan izin dari sang pemilik klub.
Dan hasilnya, kesabaran Rodgers dan pemilik klub Liverpool memang berbuah manis di musim kedua. Prestasi Liverpool meningkat drastis bahkan permainan Liverpool menjadi salah satu yang paling ditakuti di Inggris. Rodgers membawa Liverpool berada di peringkat kedua Liga Primer Inggris dan menadapatkan tiket Liga Champions musim 2014/2015.
Namun apa yang terjadi pada musim panas 2014 mungkin menjadi awal bencana bagi karir Rodgers di Liverpool. Berawal dari kepergian Luis Suarez yang menjadi pemain andalannya di musim 2013/2014, Rodgers kemudian mendapatkan pekerjaan rumah untuk mencari pemain baru untuk menggantikan Suarez. Padahal sebelumnya, Rodgers juga sudah memiliki tugas untuk mencari pemain yang mampu menutup beberapa posisi yang menjadi kelemahan Liverpool di musim sebelumnya.
Jadilah kemudian Rodgers harus mendatangkan banyak pemain baru ke Liverpool. Hadirnya pemain baru artinya ada banyak pemain Liverpool yang masih belum mengerti cara bermain Rodgers. Dan artinya Rodgers harus mengajarkan kembali filosofi bermain kepada pemain Liverpool.
Namun kondisinya, musim 2014/2015 berbeda dengan musim pertama Rodgers, 2012/2013. Pada musim ketiganya ini ia tidak bisa dengan leluasa menanamkan filosofinya kepada pemain. Karena tuntutan untuk meraih kemenangan sudah diberikan kepadanya. Ditambah dengan ekspektasi suporter terhadap permainan cemerlang di musim sebelumnya, Rodgers sudah tidak lagi bisa mengalami kekalahan dengan alasan sedang menanamkan filosofi permainan ke pemain-pemainnya.
Jadilah Rodgers dihadapkan pada dua hal yang sangat sulit, Liverpool yang berisikan pemain-pemain baru sama sekali tidak bisa menjalankan permainan yang ada di kepala Rodgers. Namun ia juga tidak memiliki waktu untuk menanamkan filosofinya kepada pemain-pemain baru. Hal inilah yang membuat Liverpool menjadi kembali berantakan pada musim ini.
Maka sepertinya sulit bagi Rodgers untuk bertahan di Liverpool musim depan. Dengan kondisi tim yang sudah tidak terkendali, sepertinya sulit bagi pemilik klub Liverpool untuk memberikan kesempatan pada Rodgers membangun semuanya kembali dari awal. Pemilik klub tentu tidak bisa melupakan investasi besar yang mereka berikan untuk mendatangkan pemain yang diinginkan Rodgers. Melupakan semua investasi tersebut dan menganggap seolah-ola Rodgers baru datang ke Liverpool sepertinya merupakan hal yang mustahil bisa dilakukan oleh pemilik klub Liverpool.
Maka memang sudah saat Liverpool mencari pengganti Rodgers di musim depan. Bukan karena Rodgers merupakan pelatih yang tidak berkualitas. Tidak ada yang meragukan kemampuan Rodgers setelah prestasinya mengangkat Liverpool ke peringkat kedua musim lalu. Namun karena memang kondisi saat ini sudah tidak memungkinkan bagi pemilik Liverpool untuk memberikan kesempatan kedua bagi Rodgers.
Komentar