Crystal Palace mendapatkan dua hal yang bisa membuat para suporternya tersenyum: mengalahkan tuan rumah Watford pada pertandingan pekan ke-7 dan Yannick Bolasie, pemain andalan kesebelasan tersebut, baru memperpanjang kontrak selama tiga tahun.
Untuk kemenangan 1-0 Eagles, julkan Palace, atas Watford, memang ditentukan oleh gol semata wayang yang dicetak Yohan Cabaye pada menit ke-71 melalui titik putih. Akan tetapi gol tersebut nyatanya tidak lepas dari andil besar Wilfried Zaha.
Pemain bernomor punggung 11 itu datang dari bangku cadangan mengganti Bakary Sako pada menit ke-61 sebagai gelandang serang sayap kiri. Zaha mampu membuat perbedaan dan mencairkan kebuntuan bagi Palace yang kesulitan mencetak gol selama 70 menit.
Pemain kelahiran 10 November 1992 itu kerap membuat sisi kanan pertahanan Watford kelabakan. Zaha pun berhasil melakukan tiga dribel sukes sejak diturunkan ke lapangan dengan mengecoh Nyom, Almen Abdi dan Etienne Capoue. Selain itu ia juga melepaskan umpan kunci pada menit ke-90.
Tapi yang paling krusial adalah andil besarnya pada gol semata wayang pertandingan tersebut dari penalti Cabaye. Angka itu tidak akan terjadi jika bukan karena aksi individu Zaha harus sampai dijegal Nyom di kotak terlarang pada menit ke-70.
Alan Pardew, Manajer Palace, pun mengakui jika permainan kesebelasan besutannya ini berubah menjadi lebih baik sejak Zaha bermain di rumput Vicarage Road saat itu, "Dia (Zaha) bereaksi dengan caranya yang terbaik. Dia tidak bisa membiarkan perannya tergeser oleh Yannick Bolasie dan Bakary Sako, persaingannya sengit dan berada di bawah tekanan," ujar Pardew.
Baca juga : Kisah Gayle yang Meroket Bersama Pardew
Ya, pada pertandingan Liga Primer Inggris sebelumnya, menghadapi Tottenham, Zaha yang bermain sejak pertandingan dimulai justru tampil mengecewakan. Tidak ada dribel sukses, umpan silang, percobaan tendangan ke gawang yang dilakukannya, ia hanya membuat sebuah umpan kunci.
Sumbangsih permainnnya itu kalah dari Sako dengan dua tendangan ke arah gawang, dua umpan silang dan empat dribel sukses. Akhirnya Zaha cuma dimainkan selama 45 menit digantikan Fraizer Campbell. Kesebelasannya pun dikalahkan Tottenham melalui gol semata wayang Son Heung-Min.
Pardew kemudian mengkritik Zaha karena dinilai kurang konsentrasi selama mengemban tugasnya di lapangan hijau. Hukuman dari mantan manajer Newcastle kepada anak asuhnya itu tentu saja cuma mengganti dirinya pada setengah babak dan menyimpannya di bangku cadangan ketika menghadapi Watford. Tapi hasilnya Zaha menjadi pemain penting ketika mengalahkan kesebelasan yang belum pernah kalah di kandang sendiri itu sejak Liga Primer Inggris dimulai.
Pelajaran Zaha tidak cuma dipetik dari Pardew, tapi tentu pengalaman berharga soal karirnya yang sempat meredup di United harus menjadi lecutan bagi dirinya agar meroket kembali. Maka dari itu Pardew seolah menyalahkan United sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas merosotnya kemampuan mantan pilar Inggris U-19 dan U-21 ini. Pemain 22 tahun itu merupakan pemain penting ketika Eagles promosi ke Liga Primer Inggris 2013/2014 dan perjalanan bersama Palace selama Liga Championship 2012/2013 menembuskan namanya ke skuat senior Inggris.
Kontribusinya itu membuat The Red Devils, julukan United, resmi merekrutnya di awal era David Moyes. Tapi jasanya cuma terpakai dua kali bersama United dan akhirnya dipinjamkan ke Cardiff City pada bursa transfer Januari 2014. Akhirnya ia pun kembali ke Palace pada awal musim 2014/2015.
Pardew pun berjanji akan terus memoles bakat Zaha sampai kembali ke bentuk permainannya yang terbaik. Komitmen Pardew itu bisa dibilang wajar karena ia merupakan mantan pemain Palace yang selalu dielu-elukan para suporternya bahkan ketika menjadi manajer saat ini. Bisa dibilang ia adalah Guardiola di Sellhurs Park.
Tidak cuma kepada United, Pardew juga menyesalkan para pemain muda Inggris lainnya yang memperkuat kesebelasan besar kompetisi domestik saat ini seperti Manchester City dan Chelsea yang justru lebih sering meminjamkan para pemain masa depan negaranya sendiri. Menurutnya, merekrut pemain belia Inggris cuma menjadi kepentingan sesaat saja bagi kesebelasan-kesebelasan besar Liga Primer.
"Kadang-kadang saya berpikir klub besar mengambil pemain (Inggris) terlalu dini dan mereka benar-benar mengambil bakat tanpa benar-benar mempertimbangkan bagaimana hal itu akan bekerja dalam tim," kata Pardew. "Anda bisa melihat sejumlah pemain Manchester City, orang-orang seperti Scott Sinclair dan Jack Rodwell, itu sangat sulit untuk mendapatkannya kembali. Anda telah mengambil waktu yang sangat penting dari karir seseorang," ungkapnya lebih lanjut.
Baca juga : Pemain Inggris itu Seperti Junk Foodnya Sepakbola
Kini manajer yang pernah menangani West Ham United tersebut tengah menikmati sedikit keberhasilan. Selain itu kini Pardew pun tengah menikmati posisi kesebelasannya bertengger di peringkat tujuh klasemen sementara Liga Primer Inggris. Pertandingan selanjutnya mereka akan menghadapi West Bromwich Albion yang masih berkutat di peringkat 15.
Laga itu pun akan menjadi batu ujian bagi Pardew: apakah Pardew pantas lebih baik ketimbang Tony Pulis, manajer West Brom sekaligus mantan Manajer Palace. Serta pembuktian bagi Zaha jika ia layak kembali ke susunan pemain awal Eagles di bawah Pardew.
Komentar