Sepakbola bukan lagi sekadar satu-satunya hal yang melekat pada diri seorang pesepakbola. Kini, pesepakbola bak seorang model yang memamerkan semua gaya terbaru; termasuk gaya rambut.
Gaya rambut gondrong yang biasa kita lihat pada akhir 1990-an, kini tak tampak lagi. Para pesepakbola memotong pendek rambutnya, serta sebagian lainnya menumbuhkan berewok.
Para pesepakbola yang identik dengan rambut panjang seperti Francesco Totti, Sergio Ramos, Mesut Oezil, hingga Falcao, kini sudah mengikuti zaman. Mereka memangkas rambut panjangnya dengan gaya yang lebih rapi, yang lebih menyejukkan mata saat tertangkap kamera.
Rambut pendek memiliki perawatan yang tidak lebih sulit ketimbang rambut panjang. Sayangnya, rambut pendek memiliki kelemahan karena mudah diterpa angin. Ini yang membuat pesepakbola berambut pendek seperti memiliki jambul di bagian depannya saat bertanding. Lain halnya dengan rambut panjang yang bisa diikat dengan gaya kuncir macam Andy Carroll, maupun cukup ditahan pada bagian depan macam Sergio Ramos dan Falcao.
Gaya rambut pendek yang menjadi tren saat ini, seperti âpompadourâ, âclasic undercutâ, "layered undercut", âslick backâ, hingga "side swept undercut" (macam Fernando Torres), membutuhkan perlakuan ekstra bagi pesepakbola. Masalahnya adalah gaya rambut seperti itu mudah sekali rusak akibat benturan rambut dengan bola, hingga akibat angin karena pesepakbola yang berlari kencang.
Lalu, pomade pun muncul sebagai pahlawan. Pomade, berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan (daring/online) berarti minyak rambut yang kental, berbau harum. Pada praktiknya, pomade dibedakan tergantung pada fungsinya. Untuk jenis kerekatan terhadap rambut ada tipe heavy hold medium hold, dan light hold. Pun dari jenis pantulan rambut terhadap cahaya, mulai dari low shine hingga high shine.
Apabila dibedakan dari pembentuknya, pomade secara umum terbagi menjadi dua: oil based dan water based. Secara umum perbedaan keduanya terletak pada bahan pembentuk dan pengaruhnya terhadap air. Selain itu ada pengaruh pula terhadap daya penataan rambut.
Seperti halnya dua barang yang selalu bersaing macam casio vs g-shock, android vs ios, pc vs console game, mie goreng vs mie kuah, bubur diaduk vs bubur tidak diaduk, Â atau lipstik 50 ribu vs lipsik 500 ribu, pomade pun ada fan-boyÂ-nya. Padahal, penggunaan pomade baik yang oil based maupun water based tergantung dari kenyamanan sang pengguna, dan semestinya tidak ada yang boleh memaksakan keyakinan untuk berpindah jenis pomade!
Dengan kecepatan lari dan angin yang menerpa, agaknya para pesepakbola memerlukan pomade dengan daya rekat paling kuat. Jenis yang digunakan lebih dianjurkan untuk menggunakan oil based yang tidak mengeras saat terkena angin sehingga mudah untuk ditata ulang.
Dari gambar di atas, terlihat perubahan gaya rambut Jack Grealish. Pada gambar sebelah kiri, rambut Grealish terkesan acak-acakan karena terpaan angin. Beruntung Grealish memiliki rambut lurus yang menahan gaya rambut tersebut lebih kuat ketimbang pemilik rambut ikal.
Permasalahannya adalah saat rambut Grealish terlampau panjang, yang membuat rambut tersebut lebih berat hingga akhirnya tak mampu lagi berdiri. Rambut tersebut nantinya bisa saja menghalangi mata atau mengusik telinga Grealish.
Grealish melakukan pilihan yang tepat dengan memotong kedua sisi rambutnya lebih pendek, dan membiarkan rambut bagian tengahnya lebih panjang. Agar tak terganggu, Grealish dipastikan menggunakan minyak rambut, karena rambutnya yang terlihat lebih berkilau dengan kesan basah, dan daya rekat rambutnya tetap terjaga.
âManfaatâ pomade juga dirasakan penyerang berkebangsaan Spanyol, Ayoze Perez. Berbeda dengan Grealish, Perez memiliki rambut ikal meski tidak sampai tergelung. Dari gambar di atas, sebelah kiri, terlihat Perez masih berkostum Tenerife dengan gaya rambut yang tidak begitu tertata.
Setelah pindah ke Newcastle United, terlihat perubahan gaya rambut Perez dengan potongan undercut yang dibubuhi pomade. Dari gambar tersebut, dipastikan Perez menggunakan minyak rambut berdaya rekat kuat, karena rambut pemain kelahiran 1993 tersebut terlihat lurus.
Benar, pomade untuk beberapa waktu bisa membuat rambut terlihat lurus, dan mau menuruti kemauan sang pemakai. Tapi sekali lagi penulis ingatkan, kalau pomade bukanlah pelurus rambut. Kalau rambut sudah ikal tak perlu dilurus-lurus lah, Josh Groban, dan sejumlah pria ganteng asal Spanyol saja tetap percaya diri walau rambutnya ikal.
Pemain yang baru-baru ini menggunakan minyak rambut adalah Diego Costa. Seperti kita tahu, Costa memiliki gaya rambut ikal bergelung. Kita pun tahu kalau Costa tampaknya tak peduli-peduli amat dengan gaya rambutnya tersebut, karena ia tidak mengurusnya.
Namun, memasuki musim 2015/2016, Costa memotong rambutnya lebih pendek, dan tentu saja menggunakan pomade. Hasilnyaâlagi-lagiârambut Costa terlihat lebih lurus dan yang lebih penting lebih rapi serta lebih segar saat dipotret kamera.
Rambut menjadi salah satu pembeda bagi pesepakbola. Kita dengan mudah mengenali mana David Luiz mana Fabian Barthez hanya melihat dari rambutnya di kejauhan. Di sisi lain, gaya rambut terkadang menghambat rasa percaya diri para pemain berambut ikal dan sulit diatur. Saat tengah beraksi, kamera tidak memotret mereka dalam momen yang maksimal, yang membuat kepercayaan diri pemain bisa saja turun.
Pomade dan potongan gaya rambut membuat rambut pemain terlihat lebih rapi dan berkelas. Anda tentu ingat bagaimana berkelasnya Gareth Bale saat diperkenalkan di Madrid. Ia lebih terlihat seperti seorang model yang menggunakan kostum sepakbola.
Pada akhirnya pomade akan menjadi salah satu akesori wajib yang mesti dimiliki pesepakbola yang peduli terhadap gaya rambutnya, bahkan yang berambut ikal sekalipun. Permasalahan yang muncul kemudian adalah Anda pakai pomade jenis apa? Oil based atau water based?
foto: sublellos.com
Komentar