Oleh: Pradhana Adimukti
Juventus dan Andrea Pirlo, layaknya sebuah cerita sepasang kekasih yang sama-sama melalui masa berat sebelum memulai hubungan. Sebelum bertemu Juventus, Pirlo adalah seseorang yang baru saja disia-siakan oleh kekasihnya. Setelah 10 tahun menjalin hubungan, sang kekasih menyia-nyiakan Pirlo dan pergi begitu saja. Sedangkan Juventus, selama 6 tahun sebelum bertemu Pirlo, Juventus ibarat jomblo yang sedang dalam keadaan terpuruk. Kehidupannya berantakan sehingga tidak ada orang yang tertarik dengannya.
Pada tahun 2011 Pirlo tidak mendapat perpanjangan kontrak dari AC Milan. Setelah membela AC Milan dari tahun 2001 dan memberikan berbagai gelar bagi AC Milan, Pirlo dianggap tidak lagi mampu berkontribusi bagi AC Milan. Ketika itu Pirlo sudah memasuki usia 32 tahun dianggap sudah tidah berguna oleh pelatih AC Milan saat itu, Massimo Allegri.
Di sisi lain, pada tahun 2006, Juventus terjerat kasus calciopoli sehingga mereka harus turun ke Serie B. Meski kemudian mereka mampu kembali ke Serie A di musim berikutnya, namun Juventus terus kesulitan untuk kembali meraih gelar juara. Hingga 6 musim berlalu, Juventus masih belum bisa menambah koleksi gelar juaranya.
Dan berjumpalah Andrea Pirlo dengan Juventus di tahun 2011. Pirlo yang baru dicampakan oleh âmantanâ-nya terpikat dengan kebaikan hati Juventus. Tidak peduli meski telah menjomblo selama 6 tahun (baca: tidak meraih gelar) dan tengah terpuruk, Pirlo tetap mau menerima pinangan Juventus. Dan ternyata, dimulailah kisah cinta di antara mereka yang sangat indah.
Bersama Juventus, Andrea Prlo, yang dianggap telah habis oleh AC Milan, menemukan lagi masa-masa kebahagiaannya. Pirlo memberikan umpan untuk gol Claudio Marchisio pada pertandingan pertama melawan Parma, di musim 2011-2012. Musim itu sekaligus menjadi salah satu musim terindah pada romansa Juventus-Andrea Pirlo, karena di musim itu mereka memenangkan scudetto tanpa terkalahkan.
Hubungan mesra Juventus-Pirlo berlanjut di musim kedua dimana mereka memenangi scudetto keduapuluh delapan bagi Juventus. Di musim ketiga mereka memenangkan hattrick scudetto dengan raihan seratus dua poin lebih di akhir musim.
Memasuki musim keempat, hubungan Juventus-Pirlo sedikit menghadapi masalah. Antonio Conte meninggalkan kursi pelatih Juventus dan digantikan oleh Massimiliano Allegri. Timbul gosip musim 2014/2015 tentang hubungan Pirlo dengan Juve terancam kandas. Pasalnya, Allegri disinyalir menjadi penyebab awal berakhirnya hubungan Pirlo dan AC Milan di tahun 2011. Allegri tidak banyak memberikan kepercayaan kepada Pirlo dan lebih banyak membangku cadangkannya. Sehingga muncul dugaan bahwa Pirlo akan kembali dicadangkan Allegri di Juventus.
Namun ternyata, gosip yang beredar tersebut sama sekali tidak tepat. Musim 2014/2015 justru menjadi musim yang paling indah bagi dalam hubungan Juventus-Pirlo. Juventus berhasil menjadi juara Serie A dan Coppa Italia. Mereka juga berhasil melaju hingga ke babak Final Liga Champions, meski harus kalah dari Barcelona dengan skor 1-3.
Kemesraan Juventus dan Pirlo sebenarnya akan sempurna jika saja gelar Liga Champions musim itu berhasil mereka raih. Juve akan menyamai gengsi Inter Milan sebagai klub Serie A yang sukses meraih treble. Namun apa daya gol Ivan Rakitic, Luis Suarez, dan Neymar menodai keindahan musim Juve bersama Pirlo. Dan yang lebih menyedihkan, ternyata sekaligus menjadi musim terakhir Pirlo bersama Juve.
Andrea Pirlo memilih putus dari Juventus dan pergi ke klub MLS New York City FC di Amerika. Pada pertandingan Suppercoppa Italia tanggal 8 Agustus 2015 lalu di Shanghai, tanpa kehadiran Pirlo, Juve tampak baik-baik saja. Mereka menang 2-0 dari Lazio lewat gol dua debutan, Mario Mandzukic dan Paolo Dybala.
Tapi pada pertandingan pertama Serie A, melawan Udinese, terlihat bahwa Juve memang kehilangan Pirlo. Selama hampir 70 menit, Juve menyerang pertahanan Udinese, menguasai pertandingan dengan penguasaan bola 66%, namun gagal menciptakan gol. Juve akhirnya kalah 0-1 di kandang mereka sendiri. Mereka terlihat butuh kreator permainan, pengumpan handal, seperti mantan mereka, Andrea Pirlo.
Juve bukannya tidak berusaha mencari pengganti Pirlo. Beppe Marotta sibuk pedekate sama Julian Drexler, gebetan utama mereka. Tapi sejauh ini masih belum berhasil. Tawaran Juve masih ditolak terus oleh âbapakâ yang membesarkan Drexler sejak kecil, Schalke 04. Padahal Draxler sudah memberi sinyal positif kepada Juventus.
Juventus memang sudah mendapatkan pemain-pemain seperti Mario Mandukic, Paolo Dybala, Juan Cuadrado, dan Kheidira. Tapi mereka hanyalah âteman-temanâ dan bukanlah pacar pengganti yang sepadan dengan Pirlo. Mandzukic, Dybala, Khedira, dan Cuadrado bukan tipikal pemain kreatif berteknik tinggi yang mampu mengatur tempo permainan dan memberi umpan-umpan cantik tak terduga seperti Pirlo.
Usaha Juventus buat mencari gebetan alternatif kalau lamarannya pada Julian Drexler ditolak sang âbapak mertuaâ Schalke 04 pun masih belum kelihatan hasilnya. Axel Witsel, Henrikh Mkhitaryan, Ilkay Gundongan, Franco Vasquez, Christian Eriksen, hingga Erik Lamela kabarnya dipedekatein Juve sebagai alternatif kalau akhirnya Juve ditolak Draxler atau Schalke.
Lantas apakah setelah kepergian Andrea Pirlo nasib Juve akan jadi jomblo ngenes yang tiap hari meratapi masa lalu bersama mantan. Seperti karakter Florentino Arizza setelah ditinggal kawin Fermina Dazza dengan Dr Juvenal Urbino pada bagian-bagian awal novel Love In The Time of Cholera karangan Gabriel Garcia Marquez?
Tenang dulu, Juventus punya sejarah move on dari mantan. Di pertengahan sampai akhir dekade 1990an, Juventus pernah punya kekasih cantik yang anggun seperti Andrea Pirlo, Zinedine Yazid Zidane namanya. Pirlo dan Zidane adalah tipe pemain yang mengingatkan kita pada perempuan cantik nan anggun serupa Amal Alamuddin atau Jacqueline Bouvier pada sebuah pesta dansa dan makan malam bangsawan. Zidane dan Pirlo sama-sama tipikal pemain kreatif berteknik tinggi yang mampu mendikte permainan, mengalirkan bola serta memberi umpan-umpan yang mengejutkan tanpa perlu kontak fisik atau ditackle keras pemain lawan.
Setelah memberikan 2 gelar scudetto (musim 1996-1997 dan musim 1997-1998) serta beberapa gelar lain seperti Supercoppa Italia, UEFA Supercup, Zidane pergi berpaling pada pacar baru yang lebih kaya, Real Madrid. Zidane bahkan memecahkan rekor transfer saat itu pada tahun 2001. Zidane pergi setelah melewati 3 musim terakhirnya tanpa gelar bersama Juventus.
Apakah setelah ditinggalkan Zidane, Juve menjadi limbung, galau dan menangis di kamar mandi? Nggak tuh. Juve langsung mendapatkan kekasih baru yang sama baiknya, Pavel Nedved. Pavel Nedved memang bukanlah Zinedine Zidane yang cantik dan anggun, Pavel Nedved adalah kekasih yang eksplosif, ngotot, dan kesemuanya itu telah diberikannya di lapangan untuk Juventus. Selain itu, Pavel Nedved juga kekasih setia yang rela mengikuti Juventus terdegradasi ke Serie B setelah skandal Calciopoli. Pokoknya swargo nunut neroko katut dalam pepatah Jawa dan tetap bersama Juventus hingga kini sebagai salah satu direktur klub.
Bersama Nedved, Juventus meraih 2 (dua) scudetto, 2 supercoppa Italia, mencapai final Liga Champions musim 2002-2003 setelah mengalahkan Real Madrid yang diperkuat mantannya Juve, Zinedine Zidane. Ditambah lagi Juve juga berhasil 2 kali runner up Coppa Italia. Pencapaian yang tidak lebih buruk dibanding saat Juventus masih jadian sama Zidane.
Dengan menceritakan kisah move on-nya Juve dari Zidane 14 tahun yang lalu memang bukan berarti Juve otomatis bisa move on setelah ditinggal Pirlo musim ini, tapi setidaknya cerita itu bisa memberi sugesti kepada para Juventini, âkamu kuat kok, kamu kan dulu pernah bisa move on dari mantan yang berlaluâ. Mereka harus bisa menyambut lembaran baru tanpa kehadiran si cantik nan anggun, Andrea Pirlo. Akhirnya, semoga saja sebelum bursa transfer musim panas ini ditutup, Juve bisa mendapatkan gandengan baru yang cocok sebagai pengganti Pirlo buat dibawa ke âkondanganâ Serie A musim 2015-2016.
Penulis adalah pembaca buku-buku sejarah, agama, politik, sastra, sepakbola dan komentator rutin sepakbola pada akun @Pradhana_Adi
Komentar