Di dunia yang sudah serba mudah dan serba digital ini, bermain game sudah menjadi keseharian kita. Tak jarang dari mulai yang paling remeh di HP dan gadget kita, sampai yang lebih `niat` di komputer atau console. Tiada hari tanpa video game.
Lebih seringnya, motivasi seseorang dalam bermain game adalah untuk kesenangan. Tapi celakanya, sekarang ini bermain game dalam bentuk eSport sudah dianggap sebagai bagian dari olahraga, sesuai dengan namanya: olahraga elektronik.
Apakah eSport tergolong sebagai olahraga?
Tidak seperti balapan Formula 1 yang sudah dianggap sebagai olahraga, pada akhirnya perdebatan mengenai eSport sebagai olahraga atau bukan, tidaklah menjadi poin penting. Sejarah mengatakan bahwa game populer di dunia tergolong memiliki jangka hidup atau lifespan yang pendek.
Menurut sebuah artikel di The Guardian berjudul "You`d be surprised just how big `e-sports` is getting", banyak pengembang game seperti Valve dan Riot yang merasa tertantang dengan pernyataan di atas.
Tapi kembali ke soal eSport sebagai olahraga, Prof. Dr. Ingo Froböse, kepala dari Center for Health through Sport and Movement di German Sport University Cologne memberikan pemikirannya terkait olahraga yang bukan hanya sekadar aktivitas fisik.
Pada wawancaranya dengan Competitive Gaming Conference (CGC) Europe, ia mengatakan bahwa: "Olahraga adalah lebih daripada gerakan-gerakan yang kita lihat di atas lapangan. Nyatanya, ini adalah salah satu komponen dari puzzle besar yang mendeskripsikan istilah `olahraga`Ãâ. Kemampuan mental, strategi, atau latihan adalah contoh komponen lain yang mempengaruhi performa olahraga. Semua komponen di atas bisa kita temukan pada competitive gaming."
Selain dari pemikiran profesor di atas, kesamaan eSport dengan olahraga sudah semakin marak karena dari segi struktur, model bisnis, hadiah uang, dan level kompetisi yang tergolong tingkat atas, eSport sudah sejajar dengan olahraga.
Seperti yang kita tahu, selalin Dota 2 dan League of Legends (LoL) yang sudah terkenal dan tergolong multiplayer online battle arena, ada banyak tipe game yang sudah disejajarkan dengan eSport.
Ada permainan berkelahi (fighting game) seperti Street Fighter, Super Smash Bros.; ada permainan tembak-tembakan first-person shooter (FPS) seperti Battlefield, serial Counter-Strike, dan Call of Duty; permainan strategi (RTS atau real-time strategy) seperti StarCraft dan WarCraft; sampai permainan olahraga (sports games) yang benar-benar berkaitan langsung dengan olahraga.
Permainan olahraga yang terkenal di dunia dan memiliki kompetisi eSport-nya adalah FIFA (dari Electronic Arts Sports, bukan FIFA-nya Sepp Blatter) dan NASCAR. Game-game tersebut memiliki kompetisi yang sudah terkenal juga, antara lain Electronic Sports World Cup dan Electronic Sports League.
Belum lagi jika kita sudah keluar konteks melihat game olahraga secara umum, kita bisa menemukan Pro Evolution Soccer, serial NBA 2K, Football Manager, dan lain sebagainya.
Hiburan sebagai tujuan olahraga dan bermain game
Kembali ke dasar, kata dasar `Ãâsport` berasal dari `Ãâdis-ports` dari Bahasa Perancis Kuno, yang berarti `Ãâuntuk menghibur diri` atau `Ãâuntuk menyenangkan diri`Ãâ. Ini juga yang merupakan konsep utama olahraga, yaitu untuk bermain. Berdasarkan pengertian di atas, bermain game bisa saja digolongkan menjadi olahraga.
Tapi jika kita lihat pengertian `Ãâsport` dari kamus Webster, kata itu memiliki pengertian `Ãâsebuah permainan, kompetisi, atau aktivitas yang memerlukan usaha fisik dan kemampuan yang dimainkan berdasarkan aturan, untuk kesenangan dan/atau pekerjaan`Ãâ atau juga ÃÃÃâsegala tipe aktivitas fisik yang orang lakukan untuk tetap sehat atau untuk kesenanganÃÃÃâ.
Selanjutnya jika kita melihat Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kita bisa menemukan pengertian olahraga sebagai Ãâgerak badan untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh (seperti sepak bola, berenang, lempar lembing)Ãâ.
Dari beberapa pengertian di atas, memang untuk eSport tidak jelas batasan antara olahraga atau bukan-olahraga. Satu hal yang jelas kita tahu, bertambahnya jumlah pemain game terutama dari anak-anak akan menurunkan tingkat kesehatan masyarakat sambil menambah kemungkinan seorang anak terkena obesitas.
Bagaimanapun anak harus aktif bergerak, karena bergerak adalah bagian paling sederhana dari olahraga.
Baca juga:
Bagaimana Seharusnya Negara dalam Mengurusi Olahraga?
Saat eSport dan Sepakbola Bercermin Satu Sama Lain
Kebiasaan Bermain Sepakbola Sangat Baik untuk Anak
Sejumlah penelitian juga menunjukkan bahwa para pemain game yang terlalu banyak bermain dinilai memiliki hubungan sosial yang kurang, tingkat depresi, stres, dan kecemasan yang tinggi, membuat mereka jauh dari pendidikan, dan bisa mempengaruhi perilaku anak terkait dengan kekerasan, seperti yang mereka dapatkan dari game Grand Theft Auto atau serial Call of Duty.
Sialnya, sekarang ini penggunaan gadget semakin marak, banyak anak, remaja, dan orang dewasa yang lebih sering menghabiskan waktu mereka di depan gadget daripada beraktivitas dan berolahraga bersama, atau hanya sekadar mengobrol dan bersosialisasi secara langsung.
Sekarang timbul kekhawatiran dan pertanyaan mengenai bagaimana bermain game juga bisa meningkatkan aktivitas fisik. Jawabannya mungkin akan muncul pada generasi yang akan datang (baca di halaman berikutnya).
Generasi video game adalah generasi masa depan
Cara terbaik untuk menghindari kecanduan bermain game adalah dengan seluruh keluarga yang bermain game bersama-sama. Menurut saya pribadi, cara ini bisa terbukti akurat atau tidak, tapi cenderung akurat, dalam beberapa tahun ke depan.
Generasi sebelum orang tua saya sampai mereka yang lahir sebelum tahun 1980-an tidak tumbuh dengan bermain game, sehingga generasi mereka tidak pernah atau jarang yang bermain game bersama kita yang lahir setelah tahun 1980-an.
Berseberangan dengan itu, karena saya sudah bermain game sejak kecil, saya bisa mengerti bagaimana menariknya bermain game bagi anak kecil, dan saya kemungkinan besar akan bermain game bersama anak saya kelak sambil memonitor permainan mereka.
Hal ini akan saya, dan mungkin kita, lakukan sambil juga membangun hubungan yang lebih erat dengan generasi selanjutnya, yaitu generasi video game, generasi eSport. Karena bermain untuk menghibur diri adalah salah satu unsur penting dari olahraga, dan kita bisa membangun pemahaman yang baik dengan generasi setelah kita yang bermain game, maka akan lebih mudah memasukkan unsur olahraga lainnya ke dalam video game, yaitu aktivitas fisik.
Belum lagi jika kita memasukkan jenis game yang memang menuntut aktivitas fisik seperti beberapa game di Nintendo Wii. Kemudian semakin maraknya game dan semakin sedikitnya lahan terbuka untuk bermain pastinya akan menimbulkan solusi tersendiri bagi perkembangan game dan olahraga di masa depan.
Pendapat mengenai bermain game yang bisa juga menjadi olahraga mungkin belum akan terjawab sekarang, tapi jika kita sebagai generasi sekarang bisa melaluinya dengan benar bersama generasi setelah kita, akan lebih mudah menemukan solusi atas tantangan di atas.
Yang jelas untuk sekarang ini, jika video game disejajarkan dengan olahraga, disejajarkan dengan bermain sepakbola atau futsal, atas dasar apapun, maka kita juga bisa memasukkan, misalnya shalat, jalan-jalan di mall, menjadi "kuli" di lokasi kontruksi bangunan, dan bahkan masturbasi sebagai olahraga juga. Sehingga untuk saat ini, sebaiknya jangan samakan bermain game dengan olahraga.
Sumber: The Guardian, Wired, Gamespot
Referensi jurnal:
Chee, F., Smith, R. 2005. "Online gamers and the ambiguity of community: Korean definitions of togetherness for a new generation." Internet Research Annual, volume 4. New York: Peter Lang.
Wagner, M. 2005. "On the scientific relevance of esports." Department for Interactive Media and Educational Technology, Danube University Krems, Austria.
Adamus, T. 2012. "Playing computer games as electronic sport: In search of a theoretical framing for a new research field." Computer Games and New Media Cultures: A Handbook of Digital Game Studies, J. Fromme & Unger, A. (Eds.),pp. 477-490, Berlin: Springer.
Komentar