Menjadi pemain termahal Liga Primer Inggris, bermain di Manchester United, dan dilatih oleh Van Gaal membuat beban Di Maria menjadi berat musim ini.
Perpindahannya dari Real Madrid bernilai sekitar 60 juta pounds, melampaui rekor sebelumnya milik Fernando Torres. Harapan dari penggemar MU tentu pencapaian rekor tadi tidak sejalan dengan pemilik rekor sebelumnya yang justru gagal bersinar. Rekor transfer sajalah yang dipecahkan sedangkan nasibnya jangan. Begitulah mungkin kira-kira bunyi harapannya.
Di Maria secara tidak langsung juga dituntut untuk membawa Setan Merah kembali berjaya. Setelah menjalani musim buruk sebelumnya di bawah kendali David Moyes. Target yang harus dicapai minimal adalah mengamankan posisi zona Liga Champions di akhir kompetisi. Berat memang karena persaingan Liga Inggris semakin ketat di perebutan peringkat 3-4 tersebut.
Ditambah dengan pemberitaan dari media Inggris yang semakin kencang menimpa Van Gaal dan berimbas pada seluruh elemen kesebelasan. Mulai dari penggunaan formasi, posisi Rooney, kritik umpan panjang, dan terbaru adalah tuduhan perseteruan dengan Giggs.
Lalu benarkah  karena alasan di atas, performa Di Maria menjadi menurun akhir-akhir ini? Berpengaruh mungkin iya tapi sepertinya tidak terlalu besar. Pada dua laga terakhir yang dijalani, ia tidak pernah bermain penuh selama 90 menit. Situasinya sama yaitu ketika Manchester United sedang kesulitan mencetak gol.
Jika melihat performanya selama di Real Madrid, harga yang dikeluarkan oleh Manchester United terlihat pantas sebenarnya. Ia adalah salah satu kunci El Real berhasil meraih La Decima atau gelar kesepuluh Liga Champions musim lalu. Bahkan menjadi pemain terbaik di partai final saat mengandaskan Atletico.
Di Maria adalah salah satu kunci Ancelotti  menerapkan taktik serangan balik mematikan. Melalui kecepatannya transisi dari bertahan ke menyerang El Real menjadi begitu cepat. Hal ini didukung oleh para pelari yang dimiliki Madrid di sektor depan.
Cara kerja serangan balik Real Madrid musim lalu pernah kami bahas di tulisan ini
Di situlah letak permasalahan Di Maria belakangan. Van Gaal lebih memilih menggunakan taktik penguasaan bola ketimbang langsung menyerang. Tempo yang jauh lebih lambat dari Real Madrid musim lalu. Bayangkan saja, MU adalah tim dengan backpass (umpan ke kiper) paling banyak di Liga Primer dengan total 442 kali.
Grafis Umpan Sepertiga Akhir MU saat melawan Newcastle. Lebih banyak melakukan delay permainan.
Hasilnya Setan Merah memang memimpin dalam presentase penguasaan bola dan akurasi umpan, tetapi apa gunanya jika sulit mencetak gol. Setiap Di Maria sedang memegang bola, ia dipaksa agar melakukan umpan pendek ke rekannya ketimbang melakukan akselerasi. Padahal bermain demikian bukanlah keunggulannya. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, keunggulan dia adalah bermain cepat dengan berlari sembari menggiring atau tanpa bola.
Ibaratnya bagaimana anda bisa melihat performa mobil Ferrari jika menggunakannya di jalanan macet Jakarta sepulang jam kerja. Hasil yang didapat mungkin hanya kekaguman semata karena mengendarai mobil mewah, atau justru cacian karena digunakan di saat tidak tepat?
Baca juga:Cerita Lucu Titik Tonggak Awal Transfer Angel Di Maria
Komentar