âAttack wins games, defence wins titles,â ujar manajer legendaris asal Skotlandia yang meraih banyak kesuksesan bersama Manchester United, Sir Alexander Chapman Ferguson. Lewat ucapannya tersebut, manajer yang akrab disapa Fergie tersebut secara tersirat menyebut bahwa pertahanan memiliki arti yang lebih penting ketimbang serangan. Dalam sepakbola, ini masih dapat diperdebatkan; dalam futsal, nampaknya tidak.
Banyak orang meyakini bahwa serangan, katanya, adalah pertahanan terbaik. Hal ini masuk akal, mengingat dalam olahraga permainan seperti sepakbola, menyerang berarti menghabiskan waktu dengan bola di daerah permainan lawan. Dengan begitu, bola berada jauh dari gawang kita dan yang artinya kecil kemungkinan gawang kita akan terancam.
Namun dasar serangan yang mematikan, bagaimanapun, adalah pertahanan yang kokoh. Ini pun masuk akal, karena tanpa pertahanan yang baik, sebuah kesebelasan hanya akan terus kebobolan tanpa berhasil mencetak gol. Bolehlah diambil jalan tengah seperti ini: sebuah kesebelasan harus menguasai kemampuan bertahan dan menyerang sama baiknya. Namun jika sebuah kesebelasan hanya dapat memiliki salah satunya, mana yang harus didahulukan?
Biarkan debat terus berlangsung di dunia sepakbola karena dalam futsal, pertahanan yang baik adalah dasar permainan yang wajib dikuasai. Sebuah tim futsal akan baik-baik saja walaupun mereka hanya menguasai seni bertahan tanpa benar-benar memiliki serangan yang terstruktur dan menyulitkan tim lawan.
Beberapa juru taktik sepakbola menerapkan garis pertahanan tinggi dengan tujuan merebut bola dari penguasaan lawan sedekat mungkin dari gawang yang mereka tuju. Dalam futsal, hal ini tidak selalu perlu dilakukan karena ukuran lapangan yang kecil membuat bola, pada dasarnya, selalu berada dekat dengan gawang lawan. Jika dalam sepakbola bola dapat berada dekat dengan gawang lawan, dekat dengan gawang sendiri, atau di daerah yang jauh dari keduanya, dalam futsal bola hanya dapat berada lebih dekat ke gawang lawan atau lebih dekat ke gawang sendiri.
Pendekatan tanpa bola yang menerapkan garis pertahanan tinggi dan permainan menekan sebenarnya adalah cara bertahan yang baik. Dengan cara yang juga boleh disebut man-to-man marking ini, lawan tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan permainan sehingga peluang mereka untuk mencetak gol pun menjadi lebih kecil. Di saat yang bersamaan, tim yang menekan memiliki peluang besar untuk mencetak gol karena saat bola berhasil mereka rebut, mereka sudah dekat dengan gawang lawan.
Hanya saja, ada hal-hal yang wajib diperhatikan jika sebuah tim ingin menerapkan gaya bertahan seperti ini. Untuk memainkan gaya bertahan seperti ini, sebuah tim harus berisikan para pemain yang memiliki ketahanan fisik yang baik. Seberapa baik? Setidaknya lebih baik dari lawan. Semakin jauh melebihi kualitas ketahanan fisik lawan, semakin baik.
Sebelum memainkan gaya bertahan seperti ini, sebuah tim juga harus melihat kualitas individu setiap pemain lawan. Tim yang ditekan biasanya akan mencari jalan keluar dengan menghadapi lawan mereka satu lawan satu â seperti yang diinginkan oleh tim penekan â dan menggiring bola melewati lawan. Jika pemain yang menguasai bola berhasil melewati penekannya, maka tim yang menekan berada dalam bahaya.
Pendekatan tanpa bola yang menerapkan garis pertahanan tinggi dan permainan menekan adalah cara yang baik digunakan untuk menghadapi tim yang para pemainnya tidak memiliki kemampuan menggiring bola yang baik, tim yang ketahanan fisik para pemainnya lebih buruk dari tim penekan, atau kebanyakan tim lemah: tim yang para pemainnya mulai panik dan melakukan kesalahan dasar ketika ditekan.
Jika lawan yang dihadapi bukanlah lawan seperti itu, sebaiknya menerapkan gaya bertahan yang lebih bijak: zonal marking.
Komentar