Masih ingat dengan artikel âKutukan Pemain Brasil itu Bernama Juventusâ? Sejauh ini, mitos tersebut bisa jadi ada benarnya. Neto masih belum bisa menyaingi Gianluigi Buffon, Alex Sandro masih harus menyingkirkan Patrice Evra untuk pos bek kiri, sementara Hernanes gagal tampil sesuai ekspektasi.
Nama terakhir adalah pemain yang akan saya soroti pada artikel ini. Bukan hanya karena ia baru saja melakukan tindakan bodoh yang membuat Juventus harus bermain dengan 10 pemain saat menghadapi Borussia Moenchengladbach pada matchday ke-4 Liga Champions, melainkan karena gaya bermain Hernanes rasanya memang tak sesuai dengan skema bermain Juventus.
Hernanes didatangkan Juventus pada bursa transfer musim panas 2015. Gelandang asal Brasil ini dibeli dari Internazionale Milan karena Juve gagal memboyong target utama mereka pada pos gelandang serang.
Sebelum pencarian Juve berakhir pada Hernanes, Si Nyonya Tua sempat dikaitkan dengan nama-nama seperti Julian Draxler, Mario Goetze, dan Isco Alarcon. Namun nilai transfer yang terlalu tinggi ketiga pemain ini pada akhirnya membuat Juve hanya mampu membeli Hernanes yang di Inter sudah direncanakan untuk dilepas dengan harga sekitar 11 juta euro pada penutupan bursa transfer musim panas 2015. Panic buying.
Secara posisi, Hernanes bermain sebagai gelandang serang seperti Draxler, Goetze, ataupun Isco. Namun secara fungsi, Hernanes nyatanya sangat berbeda dari ketiga pemain tersebut. Hal ini yang membuat eks gelandang Sao Paulo dan Lazio ini bermain tak sesuai harapan.
Kebutuhan Juventus akan pemain gelandang serang sebenarnya untuk mengatasi hengkangnya Andrea Pirlo. Kepergian Pirlo diharapkan bisa digantikan oleh pemain gelandang serang yang kreatif, memiliki visi yang mumpuni, dan tentunya bisa melayani para penyerang Juventus yang kualitasnya musim ini bisa dibilang di atas rata-rata.
Hernanes tak bermain seperti itu. Ia tak bisa menjadi pengatur serangan Juventus. Para penyerang Juventus yang dihuni Alvaro Morata, Mario Mandzukic, Paulo Dybala, atau Simone Zaza secara bergantian kurang mendapatkan dampak langsung dari kehadiran Hernanes. Lebih dari itu, Hernanes lebih sering memilih untuk melepaskan tendangan langsung dari luar kotak penalti.
Menurut data yang dikumpulkan whoscored, selama berseragam Juventus di Serie A, Hernanes telah melepaskan 12 tembakan yang 11 di antaranya berasal dari luar kotak penalti. Jumlah ini merupakan yang terbanyak ke-7 dalam skuat Juventus dan bahkan lebih banyak dari Mandzukic (10 kali) yang merupakan seorang penyerang.
Sialnya, tak ada satupun gol yang lahir dari kakinya. Selain nihil gol, Hernanes pun nihil assist. Padahal secara posisi, ia sering ditempatkan di belakang dua penyerang jika Juve bermain dengan formasi 4-3-1-2. Bermain lebih ke dalam dalam formasi 3-5-2 pun tak ada bedanya bagi Hernanes.
Pemain berusia 30 tahun ini diproyeksikan sebagai trequartista dalam skuat Juventus. Trequartista, sebagaimana secara harfiah memiliki arti "tiga perempat lapangan", merujuk pada posisi tempat ia bermain. Selain harus menciptakan peluang bagi dirinya sendiri dengan kemampuan individunya, tugas utamanya adalah menjadi otak serangan. Hal ini yang tampaknya tak bisa diperankan oleh Hernanes. Untuk lebih jelas, mari kita bandingkan statistik (dari Squawka) Hernanes dengan pemain gelandang serang lain.
[table id=16 /]
Di antara keempat pemain di atas, terlihat bahwa Draxler paling unggul. Paling kentara adalah operan yang menjadi peluangnya (chance created) mencapai 20 kali dengan assist sebanyak tiga kali. 75% akurasi tembakan pun ia raih, unggul jauh dengan Hernanes yang sama-sama gemar melepaskan tembakan.
Bahkan sebelum dibandingkan dengan Draxler, Hernanes masih kalah jika dibandingkan dengan rekan setimnya, Roberto Pereyra. Meski gelandang asal Argentina ini bermain lebih sedikit, tapi chance created-nya lebih banyak dan menyamai Draxler. Jumlah melewati pemain lawannya pun dua kali lipat lebih banyak dari Hernanes.
Pereyra, Draxler, dan juga Goetze, seperti yang disebutkan data di atas, menunjukkan bahwa ketiga pemain ini merupakan gelandang serang pengatur serangan. Mereka bisa menciptakan banyak operan-operan penting yang bisa menjadi gol. Dan hal ini merupakan tugas utama dari seorang gelandang.
Karenanya saya berani mengatakan bahwa Juve patut menyesal gagal mendapatkan Draxler karena ternyata Hernanes tak cocok dengan skema permainan Juventus. Hernanes belum bisa menjawab ekspektasi Juventus sebagai gelandang serang yang benar-benar mereka inginkan. Tak heran Juve belum tampil maksimal pada musim ini.
Pereyra layak mendapatkan lebih banyak menit bermain dengan penampilan Hernanes yang seperti sekarang ini. Sayangnya ia harus menepi karena cedera pada akhir Oktober lalu yang membuatnya harus absen hingga akhir November nanti.
Cederanya Pereyra (dan juga Sami Khedira) ini pula yang membuat Hernanes menjadi pilihan utama pada pertemuan kedua Juventus menghadapi Gladbach. Beruntung kartu merah yang Hernanes dapat karena tekel dua kakinya itu tak membuat Juve harus pulang dengan tangan hampa meski Juve terus-menerus mendapatkan tekanan hingga akhir pertandingan.
Foto: newsunited.com
Komentar