Salah satu pemain andalan Torino FC lolos dari julukan pengkhianat dari suporternya sendiri, tidak seperti yang dialami Angelo Ogbonna karena pindah ke Juventus FC, rival satu kota dari Turin.
Matteo Darmian merupakan pemain Torino yang paling diminati kesebelasan lain pada bursa transfer musim panas ini. FC Barcelona dikabarkan berminat, namun akhirnya mereka lebih memilih melabuhkan Aleix Vidal dan memperpanjang kontrak Daniel Alves. Selain itu, ada juga Real Madrid CF, FC Bayern Munich, SSC Napoli, dan AS Roma yang juga mengincar jasa pemain 25 tahun tersebut.
Tapi di antara yang lain, nampaknya Manchester United yang berani melayangkan tawaran resmi. Angka 15 juta euro merupakan tahap pertama namun ditolak karena Torino menginginkan harga sampai 20 juta euro.
Pada akhirnya, Setan Merah dilaporkan rela menggelontorkan dana 18 juta euro plus biaya tambahan 2 juta euro untuk empat musim setelah dua proposalnya sempat ditolak Torino.
Kepastian kepindahan Darmian ke United pun dikonfirmasi Giampiero Ventura, Pelatih Torino. Dirinya mengatakan jika memperkuat Setan Merah dan berlaga di Liga Champions merupakan mimpi Darmian selama karirnya.
"Matteo (Darmian) layak berada di tim top dan selalu bermimpi bermain di Liga Champions. Jadi, sekarang mimpi itu akan terwujud," ujar Ventura. "Kami bekerja dengan Darmian selama bertahun-tahun dan ia harus diberikan kesempatan untuk membuat mimpinya di Liga Champions menjadi kenyataan," sambungnya.
Atas kepastian langsung dari pelatihnya di Torino tersebut, maka sekaligus memastikan Darmian yang akan terbang ke Inggris dalam waktu dekat untuk tes medis. Setelah itu ia akan ikut rombongan Wayne Rooney dkk pergi ke Amerika Utara pada Senin pekan depan untuk menjalani tur pra-musim.
Sementara itu, masih banyak pertanyaan tentang rekurtan anyar ke dua United pada musim ini setelah Memphis Depay dari PSV Eindhoven. Lantas, siapakah Darmian? Seistimewa apakah pemain beposisi wing-back tersebut?
Pasalnya, dirinyalah yang membuat Van Gaal sengaja meminggirkan incaran sebelumnya, Nathan Clyne dari Southampton, atau juga dugaan nama-nama full-back kanan lain sepert Gregory van der Wiel (Paris Saint-Germain), Seamus Coleman (Everton), dan Fabinho (AS Monaco).
Jejak Karir Darmian
Darmian lahir dari keluarga Armenia. Ia dibesarkan di Lombardy, dekat Kota Legnano yang berjarak 19Â kilometer dari Kota Milan. Dirinya sehari-hari mengasah keterampilan bermain sepakbola dengan teman-temannya di kawasan alun-alun Rescaldina, tempat ayahnya juga melatih kesebelasan lokal. Dari tempat itulah Darmian ditemukan Beniamino Abate, Pencari Bakat AC Milan sekaligus ayah dari Ignazio Abate, full-back kanan Milan.
Kemudian pemain kelahiran 2 Desember 1989 itu menjadi salah satu cetakan akademi junior Milan sejak 2001. Darmian menembus kesebelasan senior sekaligus mendapatkan debutnya pada 28 November 2006 melawan Brescia dalam ajang Coppa Italia ketika usianya masih 16 tahun.
Tapi karirnya bersama Milan cuma bertahan sampai 2009, setelah itu ia dipinjamkan ke Padova dan di sana ia menjalani 20 pertandingan serta mencetak satu gol. Lalu Darmian dibeli US Città di Palermo pada musim 2010 dengan harga 800 ribu euro. Darmian melakukan debut bersama Palermo ketika menggantikan Javier Pastore pada pertandingan melawan Juventus yang berakhir dengan kemenangan 3-1 untuk Rosanero.
Bersama Palermo, ia hanya bertahan satu musim karena terkendala cedera sehingga terbuang ke Torino pada 2011 yang kala itu berkiprah di Serie B. Tapi, berada di Kota Turin terbukti telah meningkatkan karirnya dari waktu ke waktu terutama pada Serie-A 2013/2014.
Pada musim tersebut, ia bermain 37 laga Serie-A serta membawa Torino berakhir di peringkat tujuh dan berhak melaju ke babak kualifikasi Liga Europa UEFAÂ 2014/2015 sebagai hadiah dari ketidaksanggupan Parma soal dana.
Kemampuan Darmian bisa dilihat orang banyak setelah ajang Piala Dunia 2014 lalu. Kemudian juga pada Europa League, penampilannya bisa dikatakan cemerlang ditambah dengan koleksi tiga golnya termasuk ketika menang secara menakjubkan dari Atletich Bilbao dengan skor 3-2 pada 27 Februari lalu.
Namun, nama pemain bernomor punggung 36 seragam Torino tersebut sebetulnya baru berhasil mencuri perhatian saat ajang Piala Dunia 2014 di Brasil. Darmian saat itu bermain sejak menit pertama ketika mengalahkan Inggris 2-1 dan dianggap tampil cukup gemilang.
Ketika menghadapi Inggris ia mampu meredam aksi Danny Wellbeck yang bergerak di sektor kanan pertahanan Italia. Selain Wellbeck, Leighton Baines, full-back kiri Inggris, pun berhasil diantispasi sekaligus sesekali diberikan tekanan oleh Darmian.
Bahkan gol kemenangan penting yang dicetak Mario Balotelli pun berasal dari daerahnya di sektor kanan saat itu. Darmian berlaga sebagai full-back kanan karena Cesare Prandelli, Pelatih Italia saat itu, menggunakan formasi pertahanan dengan empat bek.
Menariknya Darmian berhasil menggusur tempat yang biasa dipercayakan kepada Abate, yang merupakan anak dari pemandu bakat yang membuka pintunya dalam karir sepakbolanya. Sementara ketika melakoni pertandingan bersama Torino, ia diplot sebagai wing-back kanan pada formasi 3-5-2 ala Ventura, skema yang sama juga diterapkan Antonio Conte pada Kesebelasan Negara Italia.
Tentu pola 3-5-2 juga tidak asing bagi Louis Van Gaal, Manajer United, sebagai salah satu formasi andalannya musim lalu walau pada putaran ke dua Liga Primer Inggris 2014/2015 ia mulai mematenkan pola pertahanan dengan empat bek. Pria asal Belanda tersebut amat membutuhkan pemain yang benar-benar ahli memerankan wing-back pada formasi 3-5-2Â atau full-back pada formasi 4-4-2Â berlian (diamond) andalannya tersebut. Maka Darmian adalah salah satu jawaban yang tepat.
Persaingan Darmian dengan Valencia dan Rafael
Darmian merupakan pemain yang bisa mengimbangi kualitas bertahan maupun serangan kesebelasannya berdasarkan kontribusi pertahanannya sebagai keunggulannya. Dirinya tidak pernah sekalipun membuat kesalahan bertahan (error leading to shot dan error leading to goal) yang merugikan pertahanan kesebelasannya sampai kebobolan ketika bersama Torino musim lalu.
Pemain 25 tahun itu juga dilengkapi dengan kemampuan merebut bola yang baik dari lawan-lawannya. Pada musim 2013/2014 saja Darmian sanggup melancarkan 5,3 tekel per laga dari 26 pertandingan mengalahkan Arturo Vidal, gelandang Juventus, dengan 5,1 tekel setiap pertandingannya.Tapi pada musim 2014/2015 tekel per laganya menurun menjadi rataan 2,6 setiap pertandingannya.
Tentu kedisiplinan dalam bertahan tersebut menjadi salah satu modal Darmian untuk menggeser Luis Antonio Valencia pada posisi pertahanan sektor kanan United. Selama musim lalu Sang Meneer lebih mempercayai wing/full-back kanan kepada Valencia ketimbang Rafael da Silva.
Valencia sendiri pada dasarnya dipaksa bermain pada posisi pertahanan tersebut karena sejatinya dia merupakan pemain sayap kanan. Pasalnya, pemain asal Ekuador itu justru dianggap memiliki keseimbangan bertahan dan menyerang lebih baik ketimbang Rafael.
Tekel Valencia per laga pada musim lalu memiliki rataan 2,9 mengalahkan 2,1 dari rataan tekel setiap pertandingan Rafael. Selain itu Rafael sering melakukan pelanggaran di daerah sendiri yang tidak disukai Van Gaal sebagai permainan berisiko.
Maka dari itu, pertahanan sisi kanan Setan Merah acapkali menjadi sasaran empuk lawan sejak pensiunnya Gary Neville, dan Sang Meneer belum menemukan pemain yang tepat untuk mendapatkan solusi pada filosofi sepakbola kesebelasan yang bermarkas di stadion Old Trafford ini.
Dipastikan pada musim depan bakal menjadi ajang persaingan antara Darmian dengan Valencia jika United tidak mendatangkan pemain baru lagi dalam posisi yang sama. Sementara itu, Rafael diperkirakan bakal tertendang dari skuat jangka panjang manajer asal Belanda tersebut.
Rafael juga tidak memiliki postur tinggi seperti pemain bertahan yang sedang dibutuhkan Van Gaal Saat ini. Dua pesaingnya sekarang yakni Darmian memiliki tinggi 182 cm dan Valencia dengan 181 cm dipastikan memenangi tinggi 173 cm Rafael.
Van Gaal memang sedang membutuhkan pemain bertahan dengan postur tinggi yang bisa mengantisipasi bola-bola udara. Pasalnya lemahnya antisipasi bola udara dari tendangan bebas atau pojok menjadi salah satu kelemahan United ketika bertahan.
âSaat bola mati, sangat sulit karena rata-rata tinggi badan pemain di tim ini [menyulitkan kami memenangkan duel bola udara], mungkin Anda dapat menyarankan saya untuk membeli pemain berpostur tinggi,â beber Van Gaal.
Lantas, setelah Rafael tersingkir, maka siapa yang lebih layak di antara Darmian dengan Valencia? Pada dasarnya Valencia masih layak dipercaya pada area tersebut namun tidak selamanya bisa dipaksakan. Alangkah lebih bijak posisi ini diberikan kepada pemain dengan posisi aslinya seperti Darmian.
Akan tetapi, peluang masih bisa didapatkan Valencia mengingat Darmian bisa dimainkan baik di sisi kanan maupun kiri, bahkan bek tengah, sesuai dengan kriteria pemain kesukaan Van Gaal yang bisa bermain di berbagai posisi. Apalagi jika berkaca pada musim lalu rentetan cedera selalu menghantui para pemain belakang mereka.
Sumber : BBC, Daily Mail, Football Italia, Manchester Evening News, Sky Sports, Squawka, The Guardian, Tutto Sports, Who Scored.
Komentar