Ditulis oleh Budi Windekind
English Premier League atau Liga Premier Inggris pasti bukan nama asing bagi para penggila sepakbola di Indonesia. Karena dalam sepuluh tahun terakhir, Premier League berevolusi jadi liga paling prestisius sejagad raya.
Salah satu penyebabnya adalah ekspansi besar-besaran yang dilakukan FA sebagai induk organisasi sepakbola Inggris untuk membuat liga yang bernaung dibawah payung mereka bisa mendatangkan uang lebih banyak dan lebih memiliki daya tarik.
Sejak musim 1992/1993 hingga kini, total sudah ada 47 kesebelasan di Inggris dan Wales yang mengadu nasib di kompetisi Premier League. Dan hasil penelusuran saya menemukan bahwa Premier League ternyata menjadi kompetisi yang tak ramah bagi kesebelasan semenjana, khususnya bagi mereka yang baru naik kasta alias promosi.
[table id=13 /]
Bagi kesebelasan-kesebelasan promosi, bermain di divisi teratas Liga Inggris adalah kesempatan yang sangat berharga yang tentunya tak boleh disia-siakan. Sebab dengan munculnya mereka di Premier League, maka keuntungan yang mereka dapatkan pun luar biasa banyak jumlahnya.Sepanjang perhelatan Premier League sampai musim 2014/2015, tercatat ada 34 tim yang pernah promosi dari Second Division/First Division/Championship Division. 27 di antaranya (yang dicetak tebal) melakoni debut di Premier League.
Jumlah penonton di stadion yang meningkat, kucuran dana lebih besar dari hak siar televisi, naiknya penjualan merchandise sampai popularitas kesebelasan yang meroket adalah beberapa keuntungan yang ditawarkan oleh Premier League.
Bak singa, Premier League bukanlah binatang yang mudah untuk dijinakkan. Kompetisi ini seringkali menjadi ujian maha dahsyat yang membuat kesebelasan promosi terkubur dengan cepat. Mengerucut pada 27 nama debutan yang pernah mencicipi rasa Premier League, maka terbagilah mereka menjadi dua kategori: yaitu tim âpemenangâ dan tim âpecundangâ.
Ukuran sukses kesebelasan-kesebelasan promosi ini tentu bukan trofi juara Premier League pada keikutsertaan perdana mereka. Kemampuan mereka untuk tetap bertahan dengan status kesebelasan promosi menjadi ukuran sukses bagi mereka.
Nama-nama seperti Ipswich Town, Newcastle United, Fulham, Portsmouth, Stoke City sampai Swansea City adalah kesebelasan-kesebelasan berkategori âpemenangâ. Ya, mereka sanggup bertahan di Premier League kala melakoni musim debutnya paling tidak selama semusim.
Secara keseluruhan, ada 14 kesebelasan debutan yang mampu bertahan di musim pertama mereka berlaga di Premier League. Ipswich dan Blackburn menjadi perintis langkah ini. Dan kubu terakhir yang sanggup mengulangi prestasi itu adalah Swansea.
Sementara itu di sisi lain, berdirilah mereka yang dengan cepat terbawa arus relegasi saat menjalani debut di Premier League. Ya, impian berlaga di Premier League dalam jangka waktu panjang langsung remuk redam hanya dalam satu musim. Kesebelasan-kesebelasan inilah yang masuk dalam klasifikasi âpecundangâ.
KLUB | MUSIM |
Swindon Town | 1993/1994 |
Leicester City | 1994/1995 |
Bolton Wanderers | 1995/1996 |
Sunderland | 1996/1997 |
Barnsley | 1997/1998 |
Charlton Athletic | 1998/1999 |
Watford | 1999/2000 |
West Bromwich Albion | 2002/2003 |
Wolverhampton Wanderers | 2003/2004 |
Burnley | 2009/2010 |
Blackpool | 2010/2011 |
Cardiff City | 2013/2014 |
Bahkan dalam tujuh musim beruntun, Premier League seolah menunjukkan âketidaksukaannyaâ pada kesebelasan-kesebelasan debutan. Mereka menjadi korban ganasnya rimba divisi teratas Liga Inggris. Klub-klub itu gelagapan dan tak mampu bertahan di seleksi alam Premier League yang amat ketat. Kesebelasan debutan terakhir yang menjadi âmangsaâ Premier League adalah Cardiff City yang pada 2013/2014 finish di posisi buncit klasemen dan harus didemosi lagi ke Championship Division.
Musim 2015/2016 Premier League kembali kedatangan debutan ke-28 dalam wujud AFC Bournemouth. Inilah musim perdana bagi kesebelasan asal wilayah selatan Inggris itu untuk berlaga di Premier League dari 125 tahun keikutsertaan mereka di persepakbolaan Inggris. Klub yang dimiliki Maxim Demin ini berhasil menggenggam tiket promosi setelah menjuarai Championship Division musim 2014/2015 lalu. Pencapaian ini membuat anak asuh Eddie Howe memupuk asa besar untuk dapat bersaing di kompetisi terpanas di daratan Inggris.
Untuk itu pula manajemen The Cherries-julukan Bournemouth-melakukan pembenahan yang cukup signifikan, salah satunya dengan merekrut beberapa nama untuk memperkuat tim. Artur Boruc, Sylvain Distin, Joshua King, Max Gradel dan Christian Atsu merupakan barisan pemain baru Bournemouth untuk mengarungi musim perdananya di Premier League.
Dana yang dikeluarkan untuk penggawa baru tersebut mencapai 19 juta poundsterling. Jumlah yang tentu saja tidak sedikit dan ini menjadi sinyal keseriusan manajemen The Cherries dalam menghadapi badai Premier League yang dahsyat.
Perjalanan mereka di tiga pekan awal pun bisa dibilang tidak buruk, terlebih di laga terakhir Boruc dkk. sanggup mempermalukan West Ham United di kandang lawan lewat kedudukan ketat 3-4. Akan tetapi unsur kejutan seperti ini bisa dengan mudah dilupakan di Premier League. Sebab kompetisi masih panjang dan berliku.
Pada ajang balap bernama Formula 1, ada sebuah jargon berbunyi mobil yang cepat bisa memenangi balapan tapi mobil yang punya daya tahan bagus bisa memenangi gelar juara dunia. Ya, untuk dapat terus bersaing di Premier League, ada baiknya Bournemouth jadi mobil berdaya tahan tinggi. Sebab hanya dengan daya tahan yang baiklah Bournemouth bisa terus bersaing sepanjang musim dan tak sekadar cepat alias memenangi satu-dua laga kemudian terpuruk.
Musim ini akan menjadi pertaruhan tersendiri bagi tim yang bermarkas di Stadion Dean Court ini. Apakah mereka sanggup bertahan dan jadi âpemenangâ seperti yang sudah diperlihatkan Newcastle maupun Stoke di masa lalu? Atau mereka justru akan terjerembab jadi âpecundangâ dan kembali turun divisi mengikuti jejak Barnsley dan Blackpool? The Cherries have to choose!
Penulis menggemari sepakbola layaknya gadis-gadis menggemari drama Korea. Merupakan mahasiswa sebuah universitas di Mataram. Beredar dengan akun twitter @Windekind_Budi
Komentar