Partai final Piala Presiden 2015 mempertemukan Persib Bandung dan Sriwijaya FC. Meski Persib diunggulkan karena kualitas pemain yang dimilikinya, namun Persib perlu khawatir mengingat kesebelasan berjuluk Maung Bandung ini akan tampil pincang.
Persib dipastikan tidak akan diperkuat oleh tiga pemain andalannya. Ketiga pemain ini adalah Hariono, Muhammad Ridwan, dan Tantan. Hariono absen karena mendapatkan kartu merah pada leg kedua semi-final menghadapi Mitra Kukar. Sementara Ridwan dan Tantan, absen karena mengalami cedera.
Jika tanpa Hariono Sriwijaya bisa unggul di tengah, lantas apa dampak absennya Tantan dan M. Ridwan bagi Persib pada laga ini? Absennya dua pemain sayap Persib ini, akan berpengaruh pada variasi taktik yang digunakan pelatih Persib, Djajang Nurjaman.
Cedera Ridwan dan Tantan sebenarnya tak terlalu berpengaruh pada kekuatan utama Persib. Toh Persib masih memiliki Zulham Zamrun sebagai penggantinya, di mana ia menjadi kandidat terkuat keluar sebagai pencetak gol terbanyak pada turnamen ini.
Namun tanpa keduanya, Persib mungkin akan terlihat bermain monoton. Karena biasanya, kedua pemain tersebut, khususnya Tantan, memberikan warna baru bagi lini serang Persib saat memasuki pertengahan babak kedua.
Masuknya Tantan pada pertengahan babak kedua memang seolah menjadi pakem dari strategi yang digunakan Djanur dari satu pertandingan ke pertandingan lainnya. Meskipun begitu, strategi ini kerap berhasil khususnya pada dua laga awal Persib di mana Tantan selalu masuk pada babak kedua untuk kemudian mencetak gol.
Tak adanya dua pemain di atas berarti Persib hanya menyisakan Atep dan Zulham sebagai pemain sayap. Variasi strategi yang tampaknya akan digunakan Persib pada pertandingan hanyalah pertukaran posisi di antara keduanya.
Atep yang memulai laga di sisi kiri dan Zulham di kanan, seringkali menempati posisi sebaliknya, Zulham di kiri dan Atep di kanan, pada tengah-tengah laga. Tanpa Tantan, strategi inilah yang mungkin akan lebih terlihat pada pertandingan nanti. Maka situasi akan memburuk jika salah satu dari keduanya cedera di tengah-tengah pertandingan nanti.
Sementara Persib akan kekurangan variasi taktik, kubu lawan justru memiliki berbagai variasi taktik. Hal ini terbukti saat Sriwijaya menahan imbang Arema pada leg pertama dan mengalahkan Arema pada leg kedua di mana itu merupakan hasil perubahan-perubahan taktik yang dilakukan pelatih Sriwijaya, Benny Dollo, di tengah pertandingan.
Pada leg pertama, hasil imbang didapatkan Sriwijaya setelah berhasil memperkuat lini tengah dengan menggeser Syaiful Indra Cahya yang semula bermain sebagai bek kiri ke gelandang bertahan. Perubahan ini dibarengi oleh masuknya Fathul Rahman yang masuk menggantikan Syakir Sulaiman pada menit ke-40.
Pada leg kedua, perubahan strategi Bendol pun kembali efektif. Saat skor imbang 1-1, ia menggantikan tiga pemainnya: Syakir oleh Nur Ichsan, Titus Bonai oleh Anis Nabar, dan Asri Akbar oleh Rizky Dwi Ramadhana. Pergantian ini menghasilkan perubahan formasi dari 4-3-3 menjadi 4-4-2, Anis dan Rizky sebagai pemain sayap sementara Patrich Wanggai dan Talaohu Musafri duet di lini depan.
Pergantian Nur Ichsan untuk Syakir pun menunjukkan maksud dari Bendol untuk memperkuat lini tengah di mana Nur Ichsan bertipikal gelandang perebut bola sementara Syakir bermain sebagai gelandang serang. Perubahan ini menghasilkan gol kedua Sriwijaya di mana Rizky memberikan umpan silang terukur pada Musafri yang berada di tengah, bola disambut dengan tandukan yang membobol gawang Arema yang dijaga Kurnia Meiga.
Secara permainan baku, Sriwijaya memang tidak atau belum menemukan strategi terbaiknya pada turnamen ini, di mana pada laga grup hanya mencetak empat gol dan berhasil melangkah ke semi-final setelah menang WO atas Bonek FC. Tapi di situlah perubahan strategi Bendol begitu krusial di setiap pertandingannya.
Pada babak final ini, kita akan lihat apakah Bendol berhasil memperlihatkan kejeniusannya dalam membaca permainan untuk membawa pulang trofi Piala Presiden? Atau justru Djanur yang akan memenangi pertandingan dengan kualitas para pemain seadanya? Yang jelas, laga final ini akan menjadi pertunjukkan kedua pelatih dalam meracik strategi untuk menentukan siapa yang layak menjadi yang terbaik.
Komentar