Kesalahan Terbesar Alex Ferguson di Hari Ulang Tahunnya

Backpass

by Dex Glenniza 43350

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Kesalahan Terbesar Alex Ferguson di Hari Ulang Tahunnya

Khusus di Inggris, malam Tahun Baru seringnya diisi oleh pertandingan liga. Kebetulan juga setiap tanggal 31 Desember bertepatan dengan hari ulang tahun salah satu legenda dan manajer tersukses di dunia: Sir Alex Ferguson.

Ferguson lahir pada tahun 1941 di Glasgow, Skotlandia. Ia adalah salah satu manajer sepakbola tersukses di dunia karena berhasil mempersembahkan 38 gelar juara untuk Manchester United, 11 gelar juara untuk Aberdeen, dan satu gelar juara untuk Saint Mirren. Semuanya, 50 gelar juara, berhasil ia peroleh dalam jangka waktu dari 1974 sampai 2013, atau dalam 39 tahun karier manajerialnya.

Baca juga: 8 Filosofi Sir Alex Ferguson yang Membuatnya Disebut “The Great Leader”

Namun kali ini kami bukan ingin membahas mengenai pencapaian Ferguson tersebut. Meskipun hari ini bertepatan dengan hari ulang tahunnya, tapi kami akan melihat dari sudut pandang yang lainnya, yaitu tentang sesuatu yang terjadi pada 31 Desember 2011.

Di malam Tahun Baru pada 2011 tersebut (menjelang Tahun Baru 2012), dan di malam ulang tahunnya, Sir Alex ternyata melakukan salah satu kesalahan terbesarnya selama 27 tahun karier manajerialnya di Manchester United.

Park Ji-Sung dan Rafael da Silva berduet di lini tengah Manchester United

Jika membicarakan kesalahan yang pernah Ferguson lakukan, memang ia tetaplah manusia dan secemerlang apapun pencapaiannya, ia tetap tidak sempurna. Beberapa kesalahan yang ia buat kemudian ia akui sendiri, misalnya penjualan Jaap Stam ke SS Lazio pada 2011, insiden sepatu terbang ke pelipis David Beckham, bahkan mungkin sampai kepada penunjukan David Moyes sebagai suksesornya di “Setan Merah”.

Dari beberapa kesalahannya tersebut, ada satu kesalahan yang begitu mencolok, tapi mulai tidak banyak terlalu dibahas saat ini, yaitu pindahnya Paul Pogba ke Juventus pada musim panas 2012.

Pogba saat ini memang adalah pemain Manchester United. Tapi itu terjadi setelah Ferguson dianggap tidak mampu mempertahankan talenta terbesarnya tersebut untuk bertahan di United, sehingga harus meniti karier di Juventus, menjadi pemain andalan di Juventus, menjadi pemain andalan di tim nasional Prancis, dan kemudian boom: ditebus dengan harga 105 juta euro.

Nah, berbicara soal ketidakmampuan Ferguson mempertahankan Pogba tersebut, maka kita harus kembali ke 31 Desember 2011.

Pada malam itu (di Indonesia adalah satu jam sebelum pergantian tahun), United kedatangan tamu dari posisi juru kunci, Blackburn Rovers. Saat itu Blackburn baru memeroleh dua kali kemenangan sepanjang paruh musim 2011/2012. United yang sebelumnya juga menang meyakinkan atas Fulham dan Wigan Athletic di boxing day, menjadikan pertandingan ini sepertinya akan menjadi pertandingan yang mudah bagi “Setan Merah”. Tapi ternyata tidak.

Saat itu United sedang mengalami krisis cedera pemain, terutama pada posisi bek tengah. Tercatat ada empat bek tengah yang cedera, yaitu Nemanja Vidic, Rio Ferdinand, Christopher Smalling, dan Jonathan Evans. Hal ini memaksa Ferguson melakukan banyak perubahan yang menghasilkan susunan sebelas pemain yang aneh.

Sir Alex menurunkan Michael Carrick, seorang gelandang tengah natural, di posisi bek tengah. Saat itu United tidak memiliki banyak pilihan. Dengan cederanya juga Darren Fletcher, ia dipastikan akan menurunkan Park Ji-Sung, seorang winger, sebagai gelandang tengah. Pertanyaannya adalah, siapa yang akan menemani Park?

Dengan bermainnya Carrick sebagai bek tengah, hal ini pastinya membuka jalan bagi Paul Labile Pogba, yang saat itu masih berusia 18 tahun. Bukan ingin berjudi, bermainnya Pogba menjadi alasan yang bisa diterima karena sebelumnya Pogba memang sudah bermain di tiga pertandingan Piala Liga Inggris, serta reputasinya yang sudah sangat tinggi di kalangan pemain reserve dan akademi United.

Tapi yang terjadi malah di luar dugaan. Ferguson menghabiskan malam ulang tahunnya yang ke-70 dengan duet Park dan Rafael da Silva (ya, Rafael yang bek sayap kanan itu!) sebagai gelandang tengah. Sementara Pogba duduk manis di bangku pemain pengganti sampai pertandingan berakhir.

Apakah ada kejutan lainnya? Sejujurnya tidak. Melihat Rafael bermain sebagai gelandang tengah, Carrick sebagai bek tengah, dan Luis Antonio Valencia sebagai full-back kanan (saat itu ia belum bermain sebagai bek kanan sesering sekarang), kekalahan United atas kesebelasan juru kunci dengan skor 3-2 di Old Trafford seharusnya terlihat tidak terlalu mengejutkan. Ya, United kalah oleh tim papan bawah di Old Trafford di hari ulang tahun Fergie.

Pogba atau Ferguson yang belum siap?

Menurut Ferguson, lini tengah menjadi penyebab utama kesebelasannya bisa kalah pada malam hari itu. “Kami kehilangan kreativitas dan pengalaman Michael Carrick di tengah lapangan [karena ia harus bermain sebagai bek tengah],” kata Sir Alex.

“Sehingga gelandang yang kami mainkan hari ini benar-benar sebagai pengganti sementara. Ji-Sung Park bukan pemain gelandang tengah [natural] dan Rafa[el] bukan pemain gelandang tengah,” kata Ferguson setelah pertandingan itu.

Tanpa sedikitpun menyinggung Pogba, ia menambahkan: “Hanya itu yang bisa aku lakukan untuk memberikan kami permainan yang layak.”

What?! Jadi Ferguson “hanya bisa melakukan itu”, yaitu memainkan bek kanannya sebagai gelandang tengah alih-alih memainkan gelandang tengah yang ada? Kalau ini bicara umur, Rafael juga saat itu masih berusia 21 tahun.

Kemudian, apa rasanya jadi Pogba mendengar komentar Ferguson saat itu? “Itu adalah saat yang sangat sulit bagiku karena aku jatuh cinta dengan Manchester [United] dan aku adalah Mancunian,” kata Pogba kepada Canal+ pada 2014.

Ia merasakan bahwa saat itu Ferguson benar-benar belum memercayai kemampuannya. “Pertandingan melawan Blackburn pada Desember 2011 di Old Trafford. Paul Scholes sudah pensiun, Darren Fletcher sedang cedera. Tidak ada lagi yang bisa bermain sebagai gelandang tengah, dan aku berlatih dan aku mulai merasa lebih baik sedikit demi sedikit, dan manajer tidak pernah berhenti berkata kepadaku, ‘Kamu sudah sejauh ini’.”

“Dan aku tidak paham. Sejauh ini dari apa? Dari bermain? Dari mendapatkan waktu bermain? Dari menginjakkan kaki di atas lapangan? Atau dari apa?”

“Kemudian ada Rafael di gelandang tengah dan aku merasa jijik. Aku merasa jijik dan aku juga tidak dimainkan.”

Pogba saat itu sudah merasa siap, dan ia mendapatkan momen langka saat adanya krisis cedera di lini tengah, lawannya juga saat itu “hanya” Blackburn yang menempati posisi juru kunci. Sepertinya saat itu ia sudah ditakdirkan untuk bermain dan menjalani debut di Liga Primer.

Tapi Ferguson ternyata berpikir lain, dan ia menganggap bahwa Pogba belum siap. Bagi Pogba, saat itu, malam itu, di malam tahun baru 2012, adalah sebuah titik balik. Sesungguhnya bukan Pogba yang belum siap, tapi Ferguson-lah yang belum siap.

Kesalahan mahal Sir Alex yang, untungnya, bisa ditebus

Pada buku Ferguson berjudul ‘Leading’, ia kemudian berkata bahwa kehadiran Mino Raiola sebagai agen yang merepresentasikan Pogba adalah faktor utama yang membuat situasi menjadi kompleks setelah itu.

“Ada satu atau dua agen sepakbola yang aku tidak suka, dan Mino Raiola adalah salah satu di antaranya,” kata Ferguson. “Aku tidak memercayainya dari pertama kali aku bertemu dengannya... dan tiba-tiba ia muncul merepresentasikan Pogba, yang saat itu masih berusia 18 tahun.”

“Kami memiliki Paul di bawah kontrak tiga tahun, dan kontrak itu memiliki opsi perpanjangan satu tahun yang akan kami aktifkan. Raiola kemudian muncul dan pertemuan pertama kami menghasilkan kegagalan [pemahaman]. Dia dan aku seperti minyak dan air.”

“Sejak saat itu semua sudah terlambat karena Raiola mampu mengambil hati Paul dan keluarganya, dan pemain itu kemudian menandatangani perjanjian dengan Juventus”

Pogba mengklaim, bahwa meskipun ia ingin bertahan, tapi ia juga ingin membuktikan dirinya dirinya sehingga ia memilih pindah ke Italia.

“Alex Ferguson mengatakan kepadaku: ‘Kamu seorang anak muda dari akademi, kamu belum siap. Kamu harus bersabar... Scholes bisa, Giggs bisa.’ Tapi aku bukan Giggs, aku bukan Scholes. Aku hanya benar-benar ingin bermain.”

Kekesalan Pogba berawal pada malam itu, tapi semakin memuncak pada 8 Januari 2012. Saat itu situasi masih sama, United masih dilanda krisis cedera pemain tengah. Tapi bedanya saat itu Paul Scholes berhasil dibujuk oleh Sir Alex Ferguson untuk kembali dari masa pensiunnya untuk bermain pada sebuah pertandingan Piala FA.

Saat itu Scholes bermain dengan masuk ke lapangan dari bangku cadangan. Hal berbeda memang terjadi di skor akhir, yaitu United yang berhasil menang atas tetangganya, Manchester City, dengan skor 3-2.

Namun hal yang sama tetap berlaku untuk Pogba. Ia masih terpinggirkan, bahkan sampai-sampai Ferguson harus memanggil pemain yang sudah pensiun karena menganggap Pogba belum siap.

Pogba sendiri baru memainkan debutnya di Liga Primer pada 31 Januari 2012 saat melawan Stoke City. Ia tampil selama 18 menit terakhir, menggantikan Javier Hernández.

Tapi di akhir musim, ia kembali ke tim reserve, dan membawa Manchester United reserve menjuarai Manchester Senior Cup pada Mei 2012. Secara keseluruhan, pemain asal Prancis ini hanya bermain pada tiga pertandingan Liga Primer dengan jumlah waktu bermain hanya 68 menit. Ia kemudian pindah secara cuma-cuma ke Juventus di akhir musim 2011/2012 pada usianya yang baru 19 tahun.

Baca selengkapnya: Cerita Pahit Manis Pogba bersama Manchester United

Dan benar saja, ia berhasil membuktikan dirinya di Juventus. Ia berhasil membuktikan bahwa Sir Alex Ferguson telah melakukan kesalahan. Kesalahan yang, untungnya, bisa ditebus dengan mahar 105 juta euro empat setengah tahun kemudian pada masa José Mourinho.

***

Kita semua mungkin sudah lupa dengan cerita ini, karena mungkin tidak berefek apa-apa juga mengingat Pogba sudah kembali menjadi pemain Manchester United dan Sir Alex juga sudah tidak menjabat sebagai manajer lagi di sana.

Tapi kisah Pogba ini adalah sebuah bukti jika Sir Alex bisa melakukan kesalahan yang besar pada saat hari ulang tahunnya, dan kesalahan terbesarnya inipun bisa dibayarkan, meskipun dengan harga yang sangat mahal.

Ingat saja, semuanya berawal pada malam tahun baru 2012 itu. Malam ketika seorang bek sayap kanan dan seorang winger lebih dipilih bermain di posisinya ketimbang dirinya. Kemudian bagaimana hubungan Pogba dengan Ferguson sekarang ini?

Ngomong-ngomong, selamat ulang tahun yang ke-75 untuk Sir Alex Ferguson!

Komentar