Internazionale Milan adalah salah satu kesebelasan sukses di Italia. Namun dalam beberapa tahun terakhir, kredibilitas Inter sebagai kandidat juara Serie A mulai diragukan. Jangankan menjadi juara, tiket Liga Europa pun kini harus didapatkan dengan susah payah. Musim 2016/2017 pun Inter mengawali musim dengan berbagai permasalahan.
Ironisnya, situasi ini terjadi berselang enam tahun setelah mereka mampu memenangkan treble winners, ketika di bawah kendali Jose Mourinho. Pencapaian tersebut merupakan suatu prestasi yang bahkan belum bisa ditiru Juventus, peraih lima gelar scudetto dalam lima tahun terakhir.
Inter awalnya mempersiapkan musim bersama Roberto Mancini. Namun menjelang musim dimulai, Mancini dilengserkan. Penggantinya Frank De Boer dari Belanda. Mirisnya, De Boer pun tak bertahan lama. Ia dipecat setelah memimpin 14 pertandingan saja. Kekalahan dari Sampdoria, Atalanta dan Cagliari, membuat naluri klub membawa De Boer ke pemecatannya. Persoalan pergantian pelatih ini pun dilengkapi oleh masalah di luar lapangan yang menimpa sang kapten, Mauro Icardi, yang memicu perseteruan dengan ultras Inter lewat otobiografinya.
Pemecatan mantan pelatih Ajax Amsterdam itu pun memunculkan ragam pertanyaan. Mengapa ia dibebaskan dari tugasnya tanpa ada pelatih top yang menunggu untuk mengambil alih posisinya? Atau, mengapa tidak memberikan De Boer kesempatan untuk benar-benar menerapkan idenya, menyelamatkan Inter dari situasi yang buruk?
Jawabannya adalah karena pemilik saham mayoritas Inter, Suning Grup, tidak memiliki kesabaran yang tinggi. Ketika perusahaan asal Tiongok tersebut membayar 280 juta euro untuk mengambil alih, mereka menaruh mimpi yang sangat tinggi dan harus segera terealisasikan, apalagi Inter dihuni oleh banyak pemain berkualitas. Finansial baru diharapkan bisa memberikan keuntungan jangka panjang.
Akhirnya solusi yang dipilih mereka adalah menunjuk Stefano Pioli untuk menakhodai Inter dan memaksimalkan potensi pemain yang ada. Awalnya penunjukan Pioli dianggap tidak bisa mengubah bencana. Ia memang pelatih bagus dengan catatan di atas rata-rata, namun Pioli tidak memiliki pengalaman sebagai pemain maupun pelatih di tingkat tertinggi sepakbola. Ia juga tidak memiliki sejarah keberhasilan yang nyata. Karier mantan Pelatih Lazio itu terbilang biasa-biasa saja. Mungkin rekor kemenangannya hanya cukup untuk level menengah Serie A.
Baca juga: Wonderkid Belanda ini Yakin Bakal Sukses di Wolfsburg.
Para pendukung Inter justru lebih berharap kepada Stefano Vecchi, caretaker Inter yang membawa kesebelasannya mengalahkan Crotone dengan skor 3-0. Atas pemikiran itu, sulit untuk mengatakan tingkat kepercayaan seperti apa yang harus dicapai Pioli agar meyakinkan deretan Suning Group, Erick Thohir dan Massimo Moratti.
Pioli tahu betul bahwa ia menerima posisi bergengsi dan tantangan terbesar dalam kariernya. Penunjukan Pioli pun dianggap tidak akan bertahan lama, setidaknya sampai kedatangan Diego Simeone yang diperkirakan akan melatih Inter pada 2018. Tak hanya itu, Pioli juga datang untuk mencoba menghidupkan segala kelesuan di tubuh Inter. Ia akan menghindari cara yang sama seperti terjadi Rafael Benitez, Leonardo, Gian Piero Gasperini, Claudio Ranieri, Andrea Stramaccioni, Walter Mazzarri, Roberto Mancini dan De Boer kedepannya.
Saat ini Pioli hanya bisa fokus. Ketika derby Della Madonnina lalu, ada alasan mengapa Inter bisa memberikan perlawanan pada AC Milan. Bahkan tampil jauh lebih agresif daripada rival sekotanya itu. Permainan Inter menujukan banyak karakteristik seperti pada awal 2000-an. Meskipun menunjukkan kelemahan di daerah-daerah tertentu, Inter jauh lebih baik dari yang sudah dipertontonkan sejauh musim ini.
Sebelumnya, De Boer memang membuat serangkaian keputusan yang membingungkan ketika memilih skuatnya. Hal itulah yang membuatnya mendapatkan kritik dari media, pendukung dan pemainnya sendiri. Sementara keunggulan Pioli yaitu memiliki keuntungan atas pengalaman dan kelancarannya berbahasa Italia (yang tidak dimiliki De Boer). Faktor-faktor itu membuatnya memiliki sisi untuk mengekspresikan dirinya selama bertugas dan bisa dihargai orang lain.
Mauro Icardi pernah mengatakan bahwa posisi Pioli akan aman. Hal itu juga yang dipandang Pier Ausilio, Direktur Olahraga Inter, karena ia mengenal Pioli sebagai nakhoda kesebelasan yang sedang dalam kesulitan dan mampu mengubah situasinya. Bologna dan Lazio adalah bukti kemampuannya itu. Ia menyelamatkan Bologna dari degradasi dan membawa Lazio ke putaran awal Liga Champions. Pioli-lah yang menjadi tokoh kunci ketika Simone Inzaghi sedang membangun eranya bersama Lazio saat ini. Situasi seperti itu juga mungkin terjadi, jika akhirnya ia terpaksa harus diganti Simeone pada suatu hari nanti.
Tapi sejauh ini Pioli telah menunjukkan kinerja yang menjanjikan. Menahan imbang Milan, mengalahkan Fiorentina dan Lazio. Sejak kedatangan Pioli, satu-satunya yang yang menjadi noda di Serie-A hanya tergelincir ketika melawan Napoli. Tapi setidaknya, Pioli telah menstabilkan situasi di Inter dengan baik sebelum istirahat musim dingin.
Kedatangan pelatih kelahiran Parma itu memang menawarkan stabilitas. Hasil-hasil yang dipersembahkannya bisa menjadi titik awal yang ideal bagi Inter. Beberapa tahun terakhir ini Inter selalu dianggap kuda hitam walau berkali-kali menunjukkan peningkatan permainannya. Salah satu penyebab anggapan itu bisa dilihat pada musim ini. Walau berhasil mengalahkan Juventus, tapi kalah dari Cagliari dan Sampdoria. Stempel itu menjadi sebuah dinding besar yang harus didaki Pioli saat ini.
Memang jika Inter ingin kembali ke kejayaannya, memenangkan scudetto dan kompetisi Eropa adalah jawabannya. Tapi untuk saat ini, menuntut untuk mencapai kualifikasi Liga Champions pun sepertinya cukup sulit bagi Inter. Sebab Pioli tiba dalam situasi yang tidak lebih menguntungkan daripada para pesaingnya.
Ia harus menenangkan kapalnya terlebih dahulu, mengembalikan kepercayaan dan memperkenalkan gaya bermain yang efektif dan menarik, tanpa adanya tekanan karena harus memberikan hasil yang instan. Pioli masih mencari jalur terbaik dan taktik yang benar. Ia berupaya mengenal para pemain sebagai individu, melihat mereka secara berbeda dari pelatihannya dan mencocokannya. Tapi yang ia ketahui adalah benar-benar mempekerjakan taktiknya dengan benar.
Kinerjanya pun semakin terlihat nyata, mengubah skuat Inter menjadi sebuah unit kohesif untuk klub, sejarah dan reputasinya. Itu adalah prestasi besar di dalam dirinya sendiri. Pioli tahu betul apa yang dibutuhkan dan memberikannya sebagai sebuah identitas kesebelasannya. Ia adalah orang yang tepat untuk memenangkan scudetto bersama Inter, setidaknya suatu hari nanti, jika Inter percaya betul pada kemampuannya.
Komentar