Strategi transfer Fiorentina mampu mengubah watak kepelatihan Paulo Sousa. Satu musim ke belakang ia lebih terbuka dan jujur dibanding dengan sewaktu masih melatih kesebelasan-kesebelasan sebelumnya. Sekarang Sousa berpikir lebih tenang dan menyalahkan orang lain di kala tandusnya bursa transfer klubnya. Itu adalah salah satu cara untuk tetap menjaga situasi di ruang ganti kesebelasannya.
Sousa pun hampir kehilangan Nikola Kalinic ketika datang tawaran besar dari Tianjin Quanjian pada bursa transfer Januari 2017 lalu. Tapi Sousa bisa lega karena Kalinic menolak tawaran tersebut karena khawatir istrinya tidak akan betah tinggal di Tiongkok. Padahal, para pendukung Fiorentina sudah bersiap-siap melepas Kalinic ke Liga Tiongkok. Namun pada akhirnya mereka bisa lega karena Kalinic setidaknya akan bertahan sampai akhir musim ini. Memang, hampir semua pemain bintang Fiorentina selalu dikaitkan dengan uang yang banyak. Sudah tidak terhitung pemain-pemain terbaik Fiorentina yang sudah mencapai kesepakatan terbaiknya dengan klub lain.
Para pendukung Fiorentina seolah sudah terbiasa dengan situasi-situasi seperti itu. Padahal Fiorentina berada di kota yang penuh dengan cinta, Firenze. Seharusnya para pemain belajar bagaimana untuk tetap hidup bermain sepakbola di sana. Jika bertahan di sana, bukan tidak mungkin seperti Giancarlo Antognini yang menemukan cinta abadi. Ia tidak pernah pergi sebelum merasa kekuatannya telah habis di Fiorentina. Gabriel Batistuta pun tetap menjadi pahlawan karena ia pergi dalam upaya membantu Fiorentina keluar dari kesulitan keuangan. Bahkan Angelo Di Livio pun menjadi legenda karena rela gaji besarnya harus turun karena membela Fiorentina di Serie C2.
Kalinic pun baru menjalani musim keduanya bersama Fiorentina, tapi ia sudah cukup mendapatkan tempat di hati para pendukungnya atas penolakan tawaran besar dari Tianjin. Memang terkadang pasar transfer tidak berjalan sesuai dengan skrip yang diprediksi. Tapi dari cerita Kalinic, keputusannya adalah sesuatu yang harus membuat para pendukung Fiorentina bersyukur. Sebab ketiadaan Kalinic begitu kentara ketika dikalahkan AS Roma saat beberapa hari kemarin di Stadion Olimpico, Rabu (8/2). Pada laga itu Kalinic tidak bisa bermain karena cedera. Kemudian posisinya di lini depan ditempati Khouma Babacar.
Nyatanya permainan Babacar tak seperti yang diharapkan Sousa. Babacar seolah tidak dilayani dengan baik oleh rekan-rekan kesebelasannya di lapangan. Ia cuma mendapatkan tiga kali kesempatan menembak bola. Sementara Fiorentina secara keseluruhan hanya mampu dua kali menendang bola ke arah gawang (on target). Pada pertandingan itu juga Federico Chiesa, wing-back kanan Fiorentina, tidak bisa berkutik di hadapan Emerson Palmieri. Chiesa pun baru digantikan Sebastian Cristoforo ketika laga sudah berjalan 78 menit.
Kritik pun kembali deras menghujani Sousa. Namun Antognini, legenda sekaligus Direktur Fiorentina, menganggap jika kritik kepada Sousa terlalu berlebihan.
"Kita bagus dalam 25 menit sampai gol membuat kita gelap. Kritik kepada pelatih terlihat berlebihan bagi saya karena selama lebih dari satu tahun setengah, dia menyelesaikannya dengan baik. Para pendukung butuh kesabaran karena jika ketakutan menaungi mereka, pemain bermain kurang baik. Kita masih tetap kompetitif," ujarnya seperti dikutip dari Football-Italia.
Empat bahkan lima pertandingan yang bagus dari Fiorentina kembali membuat Sousa tercecer karena kekalahan dari Roma. Publik Fiorentina memang mesti bersabar karena kekalahan dari Roma membuktikan skuat kesebelasan itu masih kurang kompetitif ketika melawan pesaing untuk merangkak ke papan atas. Setidaknya tunggulah setengah musim lagi. Kemudian kebijakan transfer Fiorentina memang perlu diperbaiki. Jangan sampai kritik dilontarkan terlalu cepat dalam situasi Sousa yang sudah baik sejauh ini, walau dengan skuat pas-pasan. Dan itu bisa membuat ia dan Kalinic tidak nyaman dan dirumorkan pergi lagi dari Artemio Franchi.
Sumber: Football-Italia.
Komentar