Cinta dan Penyesalan Alvaro Morata

Cerita

by Randy Aprialdi 34163

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Cinta dan Penyesalan Alvaro Morata

Ketika salah satu dari trio BBC (Bale-Benzema-Cristiano) absen, Madrid tidak perlu khawatir karena memiliki Alvaro Morata yang siap menambal kekosongan itu. Tapi justru di situlah derita Morata. Awalnya, kembalinya ke Real Madrid akan membuatnya lebih dihargai sebagai talenta lokal yang mendewasa, dan layak dihormati lebih, di kota kelahirannya sendiri, klub yang mendidiknya sebagai pemain sepakbola sejak akademi.

Morata wajar layak mendapatkan perlakuan yang lebih dihormati, seperti bintang-bintang Real Madrid lainnya, karena ia baru melewati dua musim yang megah bersama Juventus dari 2014 sampai 2016. Kurun waktu itu yang membuatnya dipanggil tim nasional Spanyol pada Piala Eropa 2016. Pada kompetisi itu juga Morata menunjukkan taringnya hasil dari perkembangan bersama Juventus selama dua musim. Bagi Morata, Juventus adalah persinggahan yang indah nan emosional.

Pada awalnya Morata harus dipaksa keluar dari Madrid untuk dijual ke Juventus pada bursa transfer musim panas 2014. Tentu agak dipertanyakan Morata yang waktu itu digadang-gadang sebagai titisan Raul Gonzales dan bergaya main seperti Fernando Morientes harus didepak. Tapi namanya juga Real Madrid, yang tidak segan membuang hasil akademinya ke kesebelasan lain demi pemain bintang berharga puluhan juta.

Juventus pun menjadi persinggahan Morata dengan harga 20 juta euro pada 19 Juli 2014. Tapi Madrid seperti tahu apa yang akan terjadi kepada Morata di masa mendatang. Madrid menjual Morata ke Juventus dengan klausul pembelian kembali di masa depan.

Ia pun mendapatkan debutnya di Juventus pada 13 September ketika menggantikan Fernando Llorente saat menghadapi Udinese. Dua pekan selanjutnya, Morata mencetak gol pertama untuk Juventus ketika melawan Atalanta melalui sundulannya dan memenangkan laga dengan skor 3-0.

Musim perdana Morata juga cukup kontroversial atas terjadinya insiden ketika melawan AS Roma pada 5 Oktober. Saat itu Morata yang baru masuk ke lapangan, harus mendapat kartu merah karena pelanggaran kepada Kostas Manolas, hingga kedua pemain tersebut bersitegang. Morata juga mendapatkan kartu merah lagi pada 28 Januari 2015. Tapi hukuman itu didapatkannya ketika melawan Fiorentina pada pertandingan semifinal Coppa Italia karena melanggar Alessandro Diamanti. Hasilnya Morata harus menonton pertandingan final di tribun penonton.

Kendati cukup kontroversial pada musim perdananya, Morata sudah membuktikan potensinya dengan mencetak 15 gol dari 46 laga seluruh ajang yang diikutinya. Gol-golnya itu membantu Juventus meraih double 2014/2015, yaitu scudetto Serie-A dan Coppa Italia, sekaligus runner-up Liga Champions. Pada perjalanan menuju final itulah Morata seolah membuktikan diri bahwa ia juga merupakan pemain bintang yang bisa berkontribusi besar bagi tim ketika ia berhasil membawa Juventus mempermalukan Madrid.

Juventus harus bertemu dengan juara bertahan Madrid setelah menyingkirkan AS Monaco. Jauh hari sebelumnya, Morata sempat buka suara kepada agennya tentang peluangnya dibeli kembali oleh Madrid. "Untuk kesekian kalinya bahwa saya tidak punya niat untuk kembali ke Real Madrid. Saya bahagia di JUventus, mereka keluarga saya dan saya bahagia berada di antara pemain yang berkualitas dan bermental juara," ujarnya pada April 2015, seperti dikutip dari Tuttosport.

Kemudian hari menghadapi mantan kesebelasannya itu tiba. Pertandingan baru berjalan delapan menit, Morata langsung mengagetkan Madrid melalui gol yang dicetaknya. Tentu tidak ada perayaan yang dilakukannya setelah mencetak gol pada waktu itu. Upayanya tersebut membantu Juventus memenangkan pertandingan dengan skor 2-1. Tapi penampilannya lebih berkesan pada leg kedua di Stadion Santiago Bernabeu.

Pada saat itu Madrid yang menjadi tuan rumah sudah percaya diri lolos ke final melalui gol penalti Cristiano Ronaldo pada menit 23. Madrid bisa lolos asal tidak kebobolan, walau cuma dengan skor 1-0. Tapi pada menit 57, gol Morata menjadi malapetaka bagi Madrid. Final El Clasico melawan Barcelona pada Liga Champions 2014/2015 pun batal. Morata juga mencetak gol kembali pada laga final yang menjadi satu-satunya dari Juventus pada waktu itu. Walau begitu Juventus gagal menjuarai Liga Champions karena kalah dengan skor 3-1.

Kendati demikian, Morata semakin menjadi sorotan di dunia sepakbola. Ia pun masuk ke dalam nominasi sepakbola muda terbaik 2015 versi UEFA. Dan Juventus yang sudah dianggap sebagai keluarganya sendiri, dibuktikan Morata dengan memperpanjang kontraknya sampai 2020 saat penandatanganan kontrak pada 10 Desember 2015. Tapi di sisi lain, Madrid justru memulai strateginya untuk merebut kembali Morata.

"Kami bisa membawanya kembali. Pada perkembangan ini, dan akhir musim ini, kami bisa membayarnya 10 juta euro lebih banyak daripada ketika kami menjual dia (20 plus bonus 2 juta)," ungkap Presiden Madrid bernama Florentino Perez seperti dikutip dari Bleacher Report.

Dan rencana Madrid itu benar-benar dilancarkan setelah musim 2015/2016 berakhir. Morata pun dihadapkan dengan persinggungan rasa cintanya kepada Madrid dan balas budi kepada Juventus. Madrid pun semakin gencar mendekati Morata setelah pemain bersangkutan bermain gemilang selama Piala Eropa 2016. Ia mencetak tiga gol dari empat pertandingannya. Morata pun kemudian diumumkan kembali bergabung dengan Real Madrid.

Namun pada ajang Piala Eropa 2016 tersebut, Morata bertemu dengan Italia di babak 16 besar. Pertandingan pun berlangsung tiga hari setelah ia menuliskan surat perpisahannya dengan Juventus. Dan pada pertandingan itu juga mungkin Morata sekalian berpamitan dengan rekan-rekan Juventus yang memperkuat Italia seperti Andrea Barzagli, Gianluigi Buffon, Leonardo Bonucci, Simone Zaza dan Stefano Sturaro.

Pada dini hari nanti pun Morata akan kembali bertemu dengan mantan-mantan rekannya itu (kecuali Zaza) di laga final melawan Juventus pada Liga Champions 2016/2017 di Stadion Nasional Cardiff, Minggu (4/6) dini hari WIB. Pertemuannya nanti itu akan kembali membuatnya berada di persimpangan antara Madrid dengan Juventus, tapi kali ini dengan rasa penyesalan. Sebab penyerang 24 tahun itu kembali ke Madrid hanya untuk menjadi pemain cadangan.

Penyesalan Morata akan semakin lengkap jika Juventus mengalahkan Madrid dan menjuarai Liga Champions musim ini. Sebab Juventus yang menjuarai Liga Champions, adalah sesuatu yang tidak bisa dilakukan Morata bersama mereka pada dua tahun lalu. Mungkin rasa dilematis inilah yang membuat Morata memilih jalur netral pada bursa transfer musim panas ini, yaitu dengan lebih dekat pindah ke AC Milan.

Sumber lain: ESPN FC, Marca.

Komentar