Sadar bahwa lini tengah timnya bisa dieksploitasi habis-habisan, Manuel Pellegrini memutuskan tidak lagi menggunakan formasi 4-4-2. Formasi dasar itulah yang belakang disoroti sebagai biang merosotnya penampilan City dalam dua bulan terakhir. Mereka sering ketetaran di lini tengah, kalah jumlah, dalam pertarungan memperebutkan lini vital ini.
Pellegrini memutuskan menempatkan Aguero seorang di lini depan dan membangkucadangkan Edin Dzeko untuk menempatkan lima pemain di lini tengah yaitu Yaya Toure, Fernandinho, Jesus Navas, David Silva dan James Milner.
Peran Milner sangat besar dalam 15 menit pertama, khususnya di 10 menit pertama ketika City berhasil unggul 1-0 lewat gol Aguero. Ditempatkan di belakang Aguero, Milner bisa rajin bergerak ke kanan dan ke kiri guna memberi dukungan kapan pun Navas (kanan) maupun Silva (kiri) menguasai bola.
Inilah yang membuat City sangat berbahaya di menit-menit awal. City terlihat sangat mudah menembus pertahanan United melalui sisi sayap agak ke tengah, menerbos ruang di antara fullback dan center-back, misal ruang antara Valencia dan Smalling atau Blind dan Jones. Hampir semua serangan City yang bisa menembus kotak penalti selalu memanfaatkan celah di situ.
Ruang yang dimanfaatkan City menembus pertahanan United
Gol Aguero pun lahir melalui ruang itu dengan sepenuhnya dibuka oleh Milner yang bergerak ke kiri. Dia mengirimkan umpan terobosan di antara fullback (Valencia) dan center back (Smalling) ke arah Silva yang kemudian mengirimkan umpan ke arah Aguero yang sudah menunggu di depan gawang. Gol!
Mata dan Young agak terlambat merespons cara menyerang City di 15 menit pertama ini. Keduanya beberapa kali terlambat melindungi Valencia atau Blind. Bahkan Mata-lah yang sedikit banyak harus bertanggungjawab terhadap gol Aguero karena gagal/berhenti mengikuti pergerakan Silva sehingga kolega Spanyol-nya itu bisa leluasa menerima umpan terobosan Milner.
Manchester United sendiri di awal laga sangat buruk dalam membangun serangan. Mereka memang tetap seperti biasanya bermain dengan mengandalkan penguasaan bola dan umpan pendek. Pellegrini sepertinya paham hal ini dengan memilih bermain dengan satu striker untuk mengoptimalkan gelandangnya. Pertarungan lini tengah ini membuat permainan Setan Merah sedikit terhambat.
Duet Yaya Toure ÃÃâ Fernandinho bermain dengan area yang cukup tinggi untuk mencegah Carrick maupun Herrera berkreasi. Rooney dkk menjadi kesulitan untuk memasuki sepertiga akhir lawan. Bahkan tercatat paling tidak tiga kali Man United melakukan backpass beresiko akibat pressing ketat lini depan City.
Sebelum gol Young, United bahkan tidak bisa memasuki kotak penalti City. Mereka sangat sulit mengembangkan permainan.
Meski begitu, Setan Merah mampu mencetak dua gol pada babak pertama. Kredit khusus patut diberikan kepada gelandang Fellaini. Gol pertama terjadi karena kemampuan pemain asal Belgia tersebut memenangi duel udara hasil umpan panjang De Gea. Sedangkan gol kedua adalah kecerdikannya dalam membaca ruang sehingga tak terkawal untuk melakukan sundulan.
Kinerja gelandang Man United lainnya juga patut diberikan apresiasi. Terutama kepada Juan Mata dan Ander Herrera yang terus bergerak mencari ruang sehingga memberi beberapa opsi aliran bola melalui umpan pendek. Dengan terus bergerak, membuat dua gelandang bertahan Man City, Toure dan Fernandinho terpecah dan menimbulkan celah.
Ashley Young kemudian lebih berkembang di menit-menit berikutnya, terutama setelah berhasil mencetak gol. Dia lebih percaya diri dan praktis menjadi salah satu pemain terbaik United di babak pertama dengan mencatatkan namanya sebagai pencetak 1 gol, 1 asist, 1 key-passes, dan 4 kali berhasil melewati lawan.
Babak Kedua
Pellegrini melakukan pergantian pasca turun minum dengan mengganti Kompany dengan Mangala. Permainan buruk sang kapten Man City tersebut yang menjadi penyebabnya. Wajar saja mengingat pada sesi jumpa pers, Pellegrini sudah berbicara bahwa Kompany diragukan tampil karena tidak sepenuhnya fit.
Sedangkan dari kubu tuan rumah, secara taktik tidak tampak perbedaan yang signifikan pada babak kedua. Hanya posisi Fellaini dalam menyerang yang terdapat sedikit perbedaan. Ia menjadi lebih bebas berdiri di sekitar area sepertiga akhir karena para gelandang bertahan City mulai terbuka untuk melakukan serangan.
Secara khusus Fellaini membentuk pola segitiga dengan Young dan Blind di sisi kiri. Area inilah yang kemudian banyak dieksploitasi oleh ketiga pemain tadi. Kondisi diperparah dengan gelandang bertahan City yang tidak lagi konsentrasi ke pertahanan. Sehingga para pemain tersebut langsung berhadapan dengan bek The Citizens.
Gol Juan Mata menjadi bukti pernyataan di atas. Fellaini yang menerima bola di area yang jauh dari kotak penalti harus dikawal Demichelis yang berposisi sebagai bek tengah. Sehingga meninggalkan ruang kosong yang dimanfaatkan oleh Juan Mata untuk membawa bola bebas tanpa kawalan dan tinggal berhadapan dengan Joe Hart. Situasinya adalah dua center back menjaga dua lawan. 2 vs 2. Mata masuk sebagai orang ketiga menjadi 2 vs 3.
Sementara itu beberapa pergantian yang dilakukan Pellegrini kemudian tidak memberi banyak perubahan. Seolah hanya memberi penyegaran di lini tengah dengan memasukan Nasri dan Frank Lampard, menarik Millner dan Jesus Navas. Hal ini karena Van Gaal menginstruksikan Herrera untuk sejajar dengan Carrick menjadi poros ganda dengan tujuan memperkuat pertahanan. Memberi pelapis bagi bek Manchester United yang tampil angin-anginan pada babak pertama.
Digesernya Milner ke kanan, dan tidak lagi berposisi di belakang Aguero, membuat Silva terisolir sendirian di sisi kiri. Tidak ada lagi pergerakan berbahaya dari Silva. Ia harus menghadapi Valencia-Carrick dan kadang Herrera atau Mata. Dari menit 45 hingga Milner ditarik keluar di menit 60an, Silva tak secemerlang seperti 15 menit pertama babak I.
Sialnya lagi, digesernya Milner ke kanan juga tak berdampak apa-apa dalam memperkuat daya serang City dari sisi kanan. Padahal di sisi kanan itu juga sudah ada Jesus Navas.
Inilah yang membuat City sulit betul menembus pertahanan United. Aguero terisolasi sedemikian rupa, tanpa pasokan bola yang cukup. Aguero akhirnya memang bisa mencetak gol menit-menit akhir, memanfaatkan asist Zabaleta. Hanya saja itu sudah sangat terlambat dan tidak cukup waktu untuk mengejar ketertinggalan.
Gol Aguero tersebut juga terjadi akibat keluarnya Carrick karena mengalami cedera. Jatah pergantian pemain Man United sendiri sudah habis sehingga terpaksa bermain dengan 10 orang. Sementara posisi Carrick sangat sentral sepanjang pertandingan, ia bekerja sendirian memberi perlindungan ke barisan bek Setan Merah saat bertahan.
Carrick juga menjadi pengampu serangan United, menjadi penghubung antara lini belakang dengan tengah. Pemain yang baru memperpanjang kontraknya ini mencatatkan umpan nyaris sempurna sepanjang babak kedua, hanya melakukan satu kesalahan dengan persentase 96%.
Baca juga kisah Manchester Derby lainnya:
Kebangkitan �"The Unholy Trinity�" Manchester United
Laga-laga Tak Terlupakan Derby Manchester
Deritamu, Bahagiaku
Kisah Para Penyeberang yang Menggoreskan Luka
Cara Agar Man United Bisa Mengalahkan Man City
Komentar