Ivan Saponjic memang bisa disebut pahlawan timnas Serbia U-20. Golnya ke gawang Mali U-20 pada menit ke-101 babak perpanjangan waktu berhasil membawa negaranya melenggang ke partai final Piala Dunia U-20 2015 yang digelar di Selandia Baru. Serbia kala itu unggul 2-1 atas Mali. Serbia akan menghadapi Brasil di laga puncak yang akan digelar esok hari (20 Juni 2015).
Tapi sebelum gol Saponjic, mesti diingat bahwa Andrija Zivkovic sudah lebih dulu mencetak gol cepat di menit keempat. Bahkan di laga sebelumnya, ketika Serbia mengalahkan Meksiko dengan skor 2-0, Zivkovic juga turut menyumbang satu gol.
Nama gelandang serang Si Elang Muda (The Young Eagles), julukan Serbia U-20, yang kerap beroperasi atau melebar ke sayap itu, memang sudah lama disebut sebagai pemain muda potensial yang sudah mulai disebut dalam bursa transfer musim panas 2015. Dikabarkan jika Chelsea dan Valencia tengah mengintai pemain berusia 18 tahun tersebut.
Bukan tanpa alasan, tentu saja. Zivkovic digadang-gadang sebagai pemain masa depan Serbia. Pada musim 2013/2014 saja ia sudah mendapatkan gelar pemain muda terbaik Liga Serbia. Saat itu Zivkovic sudah diturunkan oleh FX Partizan, atau masyhur dikenal sebagai Partizan Belgrade, sebanyak 19 kali dan berhasil mencetak lima gol ke gawang lawan.
Gaya mainnya kadang mengingatkan kepada Arjen Robben, penyerang sayap Bayern Munich, karena Zivkovic memiliki kemampuan bergerak yang sangat cepat. Dirinya mengandalkan kaki kirinya untuk menendang bola dengan keras agar bisa mencetak gol ke gawang lawan. Dan dia juga punya kemampuang dribling yang sangat baik, cepat, gesit dan kokoh dalam melindungi bola dengan kaki kirinya.
Bahkan media-media di Serbia dan Eropa menilai jika pemain FK Partizan Belgrade itu lebih mirip Lionel Messi karena postur tubuhnya kecil (sekitar 170 cm), tidak berbeda jauh dengan postur pesepakbola asal Argentina yang bermain untuk Barcelona tersebut.
Berbekal kemampuan itulah ia menjelma menjadi gelandang serang yang cukup tajam. Dalam usia yang masih terbilang muda, ia sudah berhasil mencetak 10 gol bersama Partizan dalam dua musim terakhir. Selain itu ia pun mumpuni melepaskan umpan silang. Kaki kirinya memang akurat dalam mengeksekusi bola, itu terlihat dalam gol yang dicetaknya ke gawang Meksiko di Piala Dunia U-20 beberapa hari lalu: melalui tendangan bebas yang sangat indah.
Jangan heran jika dia pun dengan mudah saja menembus skuat seniot tim nasional Serbia. Dia adalah pemain termuda dalam sejarah tim nasional Serbi. Pada usia 17 tahun, Zivkovic sudah bermain untuk timnas Serbia senior kala menghadapi Jepang pada 11 Oktober 2013.
Dalam sejarah Partizan, ia pun sudah mencatatkan sejarahnya sendiri. Pada 4 Maret 2014, Zivkovic sempat menjadi kapten Partizan. Kala itu ia baru berusia 17 tahun, 7 bulan, 18 hari. Catatan itu membuatnya menjadi kapten termuda dalam sejarah Partizan. Ia memecahkan rekor Nikola Ninkovic yang sebelumnya menjadi kapten termuda Partizan kala berusia 17 tahun, 10 bulan dan 12 hari.
Di Balik Siasat Penjualan Partizan
Partizan bisa dibilang sebagai pabrik terbesar pesepakbola berbakat di Serbia. Pemain-pemain seperti Matija Nastasic (Schalke 04), Stevan Jovetic (Manchester City), Adem Ljajic (AS Roma), Miralem Sulejmani (Benifca), Stefan Savic (Fiorentina), Milos Jojic (Borussia Dortmund), sampai pemain Aleksandar Mitrovic (Anderlecht) yang sedang naik daun diincar kesebelasan-kesebelasan besar Eropa merupakan jebolan akademi Partizan.
Sementara mengenai Zivkovic, sebagai pemain masa depan Partizan nampaknya ia akan menjadi tambang uang berikutnya bagi kesebelasan tersebut. Dirinya kemungkinan besar akan dijual jika Chelsea dan Valencia atau kesebelasan Eropa lain yang mengintai bakatnya memang serius memboyongnya.
Pasalnya para pesepakbola yang disebutkan pada beberapa paragraf di atas sudah menjadi bukti bagaimana Partizan mengandalkan penjualan pemain sebagai salah satu pemasukan utama.
Tidak cuma Zivkovic, tersiar kabar jika rekannya, Danilo Pantic, pemain tengah 18 tahun, bahkan sudah sepakat bergabung duluan dengan Chelsea musim depan. Pantic dikabarkan sepakat bergabung dengan The Blues, julukan Chelsea, dengan harga sekitar 1,25 juta poundsterling. Sedangkan harga Zivkovic diperkirakan mencapai angka 3,5 juta poundsterling.
Wajar jika Partizan berhasil mencetak banyak pemain berkualitas. Akademinya sendiri terdiri dari 10 kelompok usia yang berbeda-beda dengan pemain asuhan berjumlah 300 pemain. Tekanan dalam pelatihan yang tegas untuk pembentukan mental membuat persaingan menjadi begitu ketat untuk promosi di level-level usia akademi Partizan. Hanya pesepakbola dengan bakat dan mental yang baik saja yang bisa terus promosi sampai di level skuat senior.
"Moderenisasi di Serbia membuat akademi Partizan lebih penting ketimbang sebelumnya. Dalam dekade terakhir, satu atau dua pemain telah berkembang ke skuat senior di setiap tahunnya. Tetapi mereka tidak tinggal lama di sana. Mereka pergi ke luar negeri dan kemudian siklus dimulai lagi. Jadi kami harus selalu membuat pemain baru. Kami praktis dipaksa membuat setidaknya satu pemain jadi setiap tahun karena selalu ada eksodus pemain," jelas Momcilo Vukotic, salah satu pelatih akademi junior Partizan, kepada ESPN FC.
Sebetulnya Streamroller, julukan Partizan, jarang menjual pemain di bawah 20 tahun, karena para pemain biasanya ditempa hingga berusia di atas 20-an. Namun masalah finansial yang serius yang dialami Partizan akhir-akhir ini membuat strategi penjualan pemain muda harus disesuaikan dan diubah.
Sebelumnya, eksodus pemain-pemain yang masih muda cukup membuat frustasi Partizan. Penelitian Football Obeservatory's menerangkan jika hanya tujuh dari 66 didikan akademi Partizan yang masih bertahan di kesebelasan tersebut. Angka tersebut menjadi yang terendah.
"Ya kami terpaksa menjual pemain, tetapi ketika anda melihat mereka membuat karir yang besar, itu adalah hadiah bagi klub dan kita semua. Mereka memperlihatkan suatu generasi baru yang dapat dicapai dengan motivasi besar," ungkap Vukotic lebih lanjut.
Tidak cuma Partizan, Feyenoord juga mengatasi krisis finansialnya dengan memanfaatkan pengembangan akademinya sendiri.Sementara itu Manchester City juga membangun akademi sepakbola untuk investasi masa depan. Begitu juga dengan Cina membangun akademi terbesar di dunia demi ambisi tampil di Piala Dunia.
Bahkan akibat krisis keuangan yang melanda Partizan membuat para pemain Streamroller sempat mogok latihan selama satu hari pada awal musim 2014/2015 lalu karena belum digaji selama beberapa bulan.
Persoalan keuangan Partizan kian semerawut karena Dragan Djuric, Presiden Partizan, memiliki masalah hukum dengan bisnis pribadinya. Duric bahkan sempat dua kali ditangkap kepolisian. Maka dari itu para suporter menginginkan Djuric agar mundur dari kursi kepresidenan Streamroller. Tapi supporter bisa sedikit bernafas lega karena kesebelasan pujaannya berhasil mengakhiri musim dengan menjadi juara Liga Super Serbia 2014/2015. Tentunya, Partizan berhasil menjadi jaura Liga Super Serbia 2014/2015 tidak lepas dari kontribusi para pemain muda terutama Zivkovic.
Setelah Piala Dunia U-20 berakhir, apa pun hasil akhir laga final antara Servia vs Brasil, barulah Zivkovic akan memutuskan masa depannya, bergabung dengan Chelsea, Valencia, atau kesebelasan lain. Tentu Zivkovic harus berhati-hati mengambil pilihan dan Partizan jelas akan mempertimbangkan tawaran terbaik dan tertinggi.
Sebelum berspekulasi tentang kepindahannya, alangkah lebih baik melihat dulu apa yang akan Zivkovic tunjukan pada laga final Piala Dunia U-20 Selandia baru melawan Brasil U-20 pada Sabtu (20/6) mendatang.
Komentar