Taktik Tanpa Formasi ala Bielsa di Le Classique

Analisis

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Taktik Tanpa Formasi ala Bielsa di Le Classique

Marcelo Bielsa memiliki taktik yang sama untuk setiap pertandingan: menekan dan menyerang. Untuk urusan formasi, ceritanya berbeda. Ahli strategi berjuluk Si Gila tersebut seringkali menyesuaikan formasi kesebelasannya berdasarkan formasi kesebelasan lawan. Melawan Paris Saint-Germain, Bielsa mengingatkan dunia mengapa ia dipanggil Si Gila: Olympique de Marseille dibuatnya bermain tanpa formasi.

Susunan pemain dalam formasi 3-3-3-1 yang diserahkan kepada panitia penyelenggara pertandingan bukanlah tipuan. Marseille awalnya memang bermain dalam formasi tersebut. Namun setelah pertandingan berjalan, formasi awal ditinggalkan. Bielsa memberi instruksi man-to-man marking yang ekstrem sehingga penempatan posisi pemain Marseille tak lagi berdasarkan formasi awal, melainkan keberadaan lawan mereka masing-masing.

Tiga pemain belakang – Jeremy Morel, Rod Fanni, dan Alaixys Romao – bertanggung jawab mengawal pergerakan Zlatan Ibrahimovic, Edinson Cavani, dan Javier Pastore. Ketiganya harus mengikuti pergerakan lawan mereka masing-masing ke manapun mereka bergerak.

Heatmap Lemina dan Verratti
Heatmap Lemina dan Verratti

Sama seperti para pemain belakang, para pemain tengah dan depan Marseille pun memiliki lawan mereka masing-masing. Mario Lemina secara khusus memberi perhatian kepada Marco Verratti. Dimitri Payet berpasangan dengan Thiago Motta. Brice Dja Djedje, sementara itu, banyak berduel dengan gelandang petarung Blaise Matuidi.

Andre-Pierre Gignac pun tak ketinggalan; lawannya adalah kapten PSG, Thiago Silva. Andre Ayew dan Florian Thauvin, kedua penyerang sayap Marseille, masing-masing bertanggung jawab terhadap Marquinhos dan Maxwell. Praktis hanya Benjamin Mendy, satu dari tiga gelandang Marseille, yang tidak selalu berada dekat dengan lawannya; David Luiz.

Heatmap Dja Djedje dan Matuidi
Heatmap Dja Djedje dan Matuidi

Seperti taktik tanpa formasi yang fleksibel, begitu pula pertukaran lawan antarpemain. Para pemain Marseille, dalam kondisi tertentu, boleh bertukar lawan. Contohnya, Morel boleh mengawal Cavani selama Ibra diawasi Fanni. Namun hal ini tidak dapat terlalu sering dilakukan karena dapat berakibat fatal. Gol penentu kemenangan PSG tercipta karena Romao dan Dja Djedje bertukar lawan. Keduanya kehilangan lawan mereka masing-masing sehingga terciptalah gol ketiga PSG.

Selain tidak boleh terlalu sering bertukar lawan, para pemain Marseille pun tidak diizinkan kehilangan konsentrasi. Setelah Marseille meraih keunggulan lewat Andre-Pierre Gignac, Lemina dan Payet mengendurkan tekanan terhadap Verratti dan Motta sehingga keduanya leluasa membangun serangan cepat yang melibatkan Matuidi. Dja Djedje tidak seperti Lemina dan Payet, namun Matuidi tetap berhasil mengelabuinya sebelum menaklukkan Steve Mandanda dengan sebuah tendangan melengkung.

Walaupun terdengar menyimpan banyak risiko, pendekatan man-to-man marking yang ekstrem ini juga berperan dalam semua gol Marseille di pertandingan ini; terutama gol kedua. Jika Romao tidak menekan Pastore, ia pasti kehilangan momen emas ketika Pastore gagal mengontrol bola dengan baik. Namun Romao menekan Pastore sehingga ia berada di waktu dan tempat yang tepat untuk mencuri bola dan langsung melepas umpan kepada Gignac yang berdiri bebas di ruang terbuka. Gignac kemudian berlari menggiring bola tanpa gangguan berarti. Mendapatkan kebebasan, Gignac menaklukkan Salvatore Sirigu dalam duel satu lawan satu.

Selain itu, taktik bertahan man-to-man marking Marseille mempengaruhi serangan mereka. Para pemain, terutama ketika serangan dimulai dari keberhasilan merebut bola, harus melakukan improvisasi karena masing-masing dari mereka tidak berada dalam sebuah kesatuan formasi yang pasti. Pada setiap serangan, para pemain Marseille selalu memulai serangan dari titik yang berbeda, tergantung posisi terakhir lawan yang mereka jaga. Improvisasi serangan inilah yang melahirkan gol pertama Marseille.

Satu gol lain di pertandingan ini, gol kedua PSG, dicetak oleh Marquinhos yang menyambar bola liar hasil tendangan bebas Zlatan Ibrahimovic. PSG mengakhiri pertandingan dengan skor 3-2 dan kembali ke puncak klasemen karenanya. Marseille, sementara itu, tertahan di peringkat ketiga.

Komentar