Ketika Klub-klub Inggris Akan Lebih Sosialis

Berita

by Redaksi 46

Redaksi 46

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Ketika Klub-klub Inggris Akan Lebih Sosialis

Fans Manchester United pastilah kesal benar dengan strategi transfer yang dibuat manajemen. Punya daya besar, tapi pemain incaran kerap lepas dari buruan. Kekesalan ini tentu tak lepas dari sentimen negatif terhadap keluarga Glazer yang memilki United setidaknya hingga lima tahun mendatang.

Kabar mengejutkan dihembuskan media Inggris, The Telegraph, Jumat (17/10) lalu. Mereka menyebut jika Partai Buruh menang dalam pemilihan umum, mereka berjanji akan memaksa klub mempersilakan suporter berada dalam jajaran manajemen. Partai Buruh akan membuat undang-undang atau aturan khusus, sehingga langkah tersebut memiliki kekuatan hukum yang mengikat.

Hal ini disebu sebagai “goncangan terbesar legislatif” untuk mengatur klub di Inggris dan Wales. Hal ini khususnya ditujukan bagi sejumlah pemilik klub yang enggan melepas saham seperti Keluarga Glazers di Manchester United, Roman Abramovich di Chelsea, Stan Kroenke di Arsenal, Sheikh Mansour di Manchester City, dan John W. Henry di Liverpool.

Proposal tersebut pun mengharuskan pemilik klub membagi saham, baik oleh tim yang secara saham telah tercatat di bursa saham, maupun yang belum tercatat. Saham tersebut nantinya ditawarkan kepada suporter.

Calon Menteri Olahraga dari Partai Buruh, Clive Efford menyebut fans sudah terlalu banyak disulitkan lewat harga tiket yang kelewat mahal. “Kami telah mencapai titik kritis di mana sepakbola tengah dijalankan,” kata Efford.

Nantinya, jatah saham tersebut setidaknya dilepas sebanyak seperempat dari total, dan menempatkan paling sedikit dua anggota dewan klub yang berasal dari suporter lewat cara yang demokratis.

Investor yang membeli saham mayoritas sekitar 30 persen atau lebih, mesti menawarkan kepada suporter hingga 10 persen saham dengan harga yang sama seperti yang mereka dapatkan.

Efford mengatakan dengan tegas bahwa proposalnya tersebut sejalan dengan hukum yang berlaku di Inggris dan Eropa. Ia menghabiskan beberapa bulan untuk berkonsultasi dengan 95 organisasi suporter dari 70 klub sebelum memformulasikannya dalam bentuk proposal.

Pemberian kekuatan bagi penggemar seperti di Jerman dan Spanyol sebenarnya bukan hal yang baru. Partai Buruh sendiri sempat membuat proposal yang lebih radikal: 25 persen. Namun, di pemilihan terdahulu mereka kehilangan kekuatan untuk bersaing di pemilihan umum.

Gagasan Partai Buruh tersebut mendapatkan tentangan dari operator Liga Inggris, Premier League. Salah seorang sumber dari Partai Buruh menyebut terdapat perbedaan pendapat antara keduanya. Premier League menganggap kediktatoran dalam suatu klub sebagai hal yang tak terelakkan.

“Kami tidak berpikir hal ini akan merusak model yang telah sukses diterapkan di Liga Inggris. Kami mencoba untuk memperluasnya,” kata sumber tersebut.

Sementara itu, Federasi Suporter Sepakbola Inggris, FSF, menyambut berita tersebut. Ketua FSF, Malcolm Clarke, menyatakan hal ini akan menjadi langkah yang signivikan dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas bagaimana sebuah klub sepakbola dijalankan.

Sulit benar membayangkan Roman atau Syeikh Mansour yang punya uang tak berseri, tak memiliki kekuasaan penuh untuk menjalankan klub. Namun, hal ini akan berdampak besar bagi kemajuan sepakbola Inggris itu sendiri yang lebih demokratis dan terbuka.

Bagaimana menurut Anda?

Komentar