Sebentar Lagi, "Video Replay" Diperkenalkan di Sepakbola

Berita

by Redaksi 46

Redaksi 46

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Sebentar Lagi,

Inovasi kemungkinan besar akan kembali terjadi di sepakbola. Dua tahun lalu, FIFA menerapkan teknologi garis gawang serta cat semprot sebagai penanda kejadian di Piala Dunia. Dua hal tersebut kemudian dipraktikkan di Liga Primer Inggris, hingga menjadi sebuah hal yang biasa kita lihat saat ini.

Penggunaan cat semprot saat ini sudah digunakan oleh sejumlah liga di Eropa. Tujuannya biasanya digunakan untuk menandai tempat pelanggaran serta pagar betis. Namun, teknologi garis gawang masih belum digunakan secara luas. UEFA lebih memilih menggunakan dua wasit tambahan di belakang gawang karena masih mahalnya teknologi tersebut.

Kehadiran dua terobosan tersebut tak lepas dari upaya untuk meningkatkan kredibilitas wasit. Seperti halnya manusia, wasit juga kerap melakukan kesalahan. Di sisi lain hampir sulit untuk menemukan pesepakbola yang jujur terutama menyangkut keputusan wasit.

Berawal dari Sepp Blatter

Kabar baik berhembus dari Inggris. Video replay kemungkinan besar akan dicoba di Piala FA musim depan. Hal ini dilakukan setelah musim depan FA akan menyiarkan Piala FA dengan lebih banyak pertandingan.

Video replay sendiri sebelumnya sempat diusulkan oleh bekas Presiden FIFA, Sepp Blatter. Setelah teknologi garis gawang, Blatter pun membuat terobosan penggunaan video replay. Hal ini dilakukan bukan cuma membantu wasit, tetapi juga tim yang merasa dirugikan.

Soal teknologi di sepakbola, Blatter adalah orang yang menentang. Hingga akhirnya publik Inggris marah setelah gol Frank Lampard ke gawang Jerman di Piala Dunia 2010 tidak disahkan wasit. Setelah insiden tersebut, Blatter pun berubah pikiran dan mempertimbangkan kehadiran teknologi garis gawang—yang pada akhirnya diwujudkan di Piala Dunia 2014.

Soal video replay, Blatter mengusulkan untuk memberikan dua kesempatan pada manajer tim. “Mengapa kita tidak memberikan manajer tim dua kesempatan untuk menentang keputusan wasit selama pertandingan? Kalau manajer tidak setuju, dia bisa meminta untuk segera mereview lewat televisi,” ucap Blatter.

Pro dan Kontra

Ketimbang teknologi garis gawang, Dewan Pembuat Aturan Sepakbola, IFAB, menyatakan bahwa video replay adalah hal yang amat berbeda. Salah satu alasannya adalah karena pertandingan yang mesti dihentikan untuk menyaksikan siaran ulang.

“Hal tersebut amat berbeda jauh dari teknologi garis gawang. Jika manajer malakukan pembelaan dan hasilnya pertandingan dihentikan. Itu berarti mencampuri bagaimana sepakbola dijalankan,” kata CEO Federasi Skotlandia, Stewart Regan.

Hal serupa juga dituturkan Michel Platini yang sejak lama menolak teknologi masuk ke sepakbola. Platini lebih menyarankan kehadiran wasit tambahan di belakang gawang, ketimbang menghadirkan teknologi garis gawang ataupun video replay.

Dimulai di Inggris

Sementara itu FA merupakan pendukung utama dari kehadiran teknologi di sepakbola. Dalam pertemua IFAB di London, CEO FA, Martin Glenn, menyatakan percobaan tersebut akan dilakukan segera pada musim selanjutnya, jika ide tersebut disahkan oleh IFAB pada Maret mendatang.

“Kami adalah pendukung utama penggunaan teknologi. Jadi, apa yang kami kontrol? Kami mengontrol Piala FA,” ucap Glenn.

Apa yang dilakukan FA juga kemungkinan besar dilakukan oleh Federasi Sepakbola Skotlandia. Mereka pun rencananya akan melakukannya di Piala Skotlandia musim depan. Menurut The Guardian, jika video replay sukses pada musim depan, bukan tidak mungkin hal tersebut turut perkenalkan ke seluruh dunia pada musim 2018/2019.

Seperti yang dikhawatrikan Regan, pertanyaan besar dari penggunaan video replay adalah bagaimana nantinya ia akan mengganggu jalannya pertandingan. Masalah selanjutnya adalah memastikan setiap stadion terpasangi kamera yang merupakan komponen utama dalam video replay.

FA ingin berada dalam garda terdepan dalam penggunaan teknologi tersebut. Percobaan itu nantinya terbatas pada keputusan gol (Piala FA belum menerapkan teknologi garis gawang), kartu merah, penalti, dan kekeliruan identitas.

Dalam percobaan pertama ini, belum akan dimunculkan “coach challenges” seperti yang diusulkan oleh Blatter. Manajer belum bisa memprotes sejumlah keputusan wasit dalam percobaan pertama ini. Keputusan pun tidak akan ditampilkan di layar di stadion, tetapi dikirimkan lewat earpiece di telinga wasit.

Mantan wasit Premier League, David Elleray, yang duduk di subkomite teknik IFAB menyatakan, “Tujuan utamanya adalah untuk mengeliminasi kesalahan yang dilakukan wasit. Anda tidak akan pernah menghilangkan semua kesalahan dari pertandingan. Namun, ini adalah langkah besar untuk mengurangi kesalahan itu.”

Menurut The Guardian IFAB menyetujui teknologi garis gawang pada 2012 dan sejak saat itu terdapat peningkatan keinginan dari pemain dan manajer untuk menggunakan teknologi video.

Dengan teknologi semacam ini, bagaimana pandangan Anda? Apakah Anda berada di golongan puritan macam Michel Platini? Atau di golongan revolusioner seperti FA?

Komentar