Font size:
Kalah dari Torino pada laga Derby della Mole tentu menjadi hal yang sedikit menyakitkan bagi kesebelasan Juventus. Pasalnya hal itu terjadi setelah selama 20 tahun terus berkuasa di kota Turin. Catatan kekalahan tersebut pun memberi dampak pada perjalanannya untuk secepat mungkin meraih Scudetto menjadi terhambat.
Dan untuk kali ini bukan tidak mungkin rencana Juventus untuk sesegera mungkin memastikan gelar Scudetto ke-31 kembali terhambat. Raja Serie A ini akan menjamu Fiorentina yang juga dikenal sebagai musuh abadinya di Liga Italia selain Torino. Duel antara La Viola dan I Bianconeri bukan hanya pertandingan biasa bagi publik Firenze. Segudang intrik berdasarkan kisah masa lalu akan menjadikan atmosfer pertemuan kedua kesebelasan ini selalu panas. Permusuhan mereka sejatinya telah terjadi di tahun 1982, yang ketika itu Juventus mampu merebut gelar Scudetto yang ke-20 pada pekan terakhir Serie A. Dan hal itulah yang akan selalu dikenang dalam pertandingan Juventus dan Fiorentina. Sejarah panjang dari perseteruan dan persaingan sengit yang mereka miliki, selalu menjadi buah bibir tersendiri di tanah Italia. Kisah tersebut berawal saat Fiorentina melakukan lawatan ke Cagliari, sementara Juventus ke Catanzaro, dan terjadilah peristiwa yang membuat pendukung La Viola marah hingga hari ini. Siapa yang tak akan marah jika gol yang selalu dinantikan oleh pendukung Fiorentina harus dianulir. Berkat dianulirnya gol tersebut kesempatan Fiorentina untuk mengunci gelar Scudetto pun harus sirna. Sebab pada pertandingan yang berakhir 0-0 tersebut tidak memberikan mereka jaminan untuk meraih gelar Scudetto ke-3. Hal itu dikarenakan dilain tempat Juventus meraih kemenangan 1-0 melalui gol penalti Liam Brady. Gol tersebut pun menjadi satu-satunya gol yang memastikan Juventus meraih gelar Scudetto ke-20 dan sekaligus menambah jumlah bintang di dada mereka menjadi dua. Keputusan tersebut akan selalu membekas di hati para pendukung La Viola sampai kapanpun dan akan selalu abadi. Sejak saat itu juga mereka selalu meneriakkan kata-kata "Meglio secondi che ladri," yang jika diartikan "Lebih baik menjadi peringkat kedua dari pada menjadi pencuri." Final Piala UEFA dan Kepindahan Roberto Baggio Kebencian Fiorentina kepada Juventus pun masih terus berlanjut. Luka publik Firenze terhadap Juventus memang sangat dalam. Setelah Juventus 'mencuri' Scudetto 1982 dari genggaman Fiorentina, pada musim 1989/90 Bianconeri kembali berulah. Bersama Carlos Dunga dan Roberto Baggio, Fiorentina melaju ke final Piala UEFA. Dan lawan yang harus mereka hadapi di partai puncak adalah Juventus. Pada pertandingan pertama di Turin, Fiorentina menyerah 1-3. Tapi mereka tetap optimis bisa merebut gelar juara dengan kemenangan di kandang sendiri. Namun nasib kembali tak berpihak kepada Fiorentina. Gara-gara pendukungnya dianggap bikin onar di Turin, FIGC melarang Fiorentina menggelar partai kedua di stadion Artemio Franchi. Sialnya, 'kota netral' yang terpilih adalah Avellino. Kota kecil ini memang tak punya kesebelasan besar. Tapi pendukung Fiorentina tetap tak senang. Pasalnya, warga Avellino punya tradisi mendukung Juventus. Benar saja, tanpa dukungan publik setempat, Fiorentina dipaksa bermain imbang tanpa gol. Gelar pun melayang (lagi). Yang lebih menyakitkan, hanya beberapa pekan berselang kekalahan tersebut, Juventus menikam La Viola dengan membawa Baggio ke kota Turin seharga 8 juta poundsterling dan saat itu menjadikan rekor pemain termahal yang dimiliki Fiorentina. Kabarnya, Baggio saat itu mengaku tak berniat meninggalkan Firenze dengan mengatakan; “Saya dipaksa menerima transfer ini.” Akibat pernyataan Baggio tersebut, seisi kota Firenze pun meradang. Pendukung yang marah bahkan melampiaskannya lewat aksi-aksi kekerasan di jalanan kota. Bendera-bendera Juventus dibakar dan sekitar 50 orang terluka. Juventus dituduh tak cuma mencuri scudetto dan Piala UEFA, tapi juga mencuri bintang kesayangan mereka, Roberto Baggio.baca juga tentang kisah Roberto Baggio yang hijrah ke agama buddhaIndikasi ketidaksenangan Baggio pun terlihat di awal musim bersama Juventus dan ketika pertama kalinya ia kembali ke Firenze dengan seragam Juventus. Pada pertandingan pertamanya melawan Fiorentina, Baggio menolak menjadi eksekutor penalti. De Agostini yang kemudian menjadi eksekutor pun akhirnya gagal mengeksekusi dengan baik. Akibat menolak mengeksekusi penalti, Baggio ditarik keluar. Seusai pertandingan Baggio tertangkap basah mencium syal Fiorentina yang dilempar salah satu suporter. "Jauh di dalam hati, saya akan selalu ungu," ujar Baggio. [caption id="attachment_177142" align="aligncenter" width="795"]

Baca juga: Tragedi Heysel di Mata Suporter Fiorentina*** Pada pertandingan Serie A pekan ke-33 musim ini, Fiorentina akan bertandang ke markas Juventus. Tentu saja laga tersebut bukan sekedar ajang balas dendam bagi Fiorentina. Tapi pertandingan tersebut sekaligus akan menjadi ajang penundaan pesta Juventus untuk merebut Scudetto ke-31 jika Fiorentina berhasil menekuk Juventus di Turin. Jika Fiorentina gagal membawa tiga poin dari Juventus Arena, buka tidak mungkin kubu La Viola harus menahan kesal dengan menyaksikan pesta perayaan Scudetto Juventus yang ke-31, andai dilain tempat Lazio gagal menumbangkan Parma yang sedang meraih tren positif. Kemenangan bagi Fiorentina setidaknya membuat mereka bisa tak melihat apa yang tak ingin mereka lihat: Juventus berpesta.