Bisakah Sherwood Membangkitkan Micah Richards Kembali?

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Bisakah Sherwood Membangkitkan Micah Richards Kembali?

Jika masih mengingat game sepakbola macam Football Manager atau Championship Manager era 2006 sampai 2009-an, anda mungkin masih mengingat nama Micah Richards sebagai salah satu "wonderkid" yang patut direkrut. Pemain dengan posisi full-back kanan atau bisa diplot sebagai bek tengah tersebut memang sempat digadang-gadang sebagai pemain masa depan Inggris dan Manchester City, kesebelasan yang diperkuatnya sejak 2001 sejak level akademi yunior.

Bukan tanpa alasan jika predikat wonderkid sempat melekat pada Micah. Pada 2003 ia sudah dipanggil timnas Inggris U-16, kemudian berlanjut dengan U-19, U-21 dan puncaknya di timnas senior pada 2006. Ia digadang-gadang sebagai suksesor yang tepat bagi Gary Neville, fullback kanan Manchester United yang juga sudah mengunci posisinya di timnas senior sejak 1995 saat masih berusia 20 tahun. Gary kemudian harus menepi dari timnas Inggris karena badai cedera yang rutin menghampirinya.

Bagaimana dengan performa Micah di City? Dengan modal predikat pemain muda terbaik City musim 2005/2006, Richards sempat menjadi andalan kesebelasan berjuluk The Citizens tersebut sejak 2006 sampai 2012. Dirinya pun sempat menikmati gelar Piala FA 2010/2011, Liga Primer Inggris 2011/2012, 2013/2014 dan Piala Carling 2013/2014.

29BC251E00000578-0-image-a-38_1434625591211

Micah Richards berfoto bersama James Milner membawa piala juara Liga Primer Inggris

Sejak 2012 masa depan pemain kelahiran Birmingham tersebut mulai mandek. Awal mulanya adalah hantaman berbagai cedera, seperti engkel ketika membela Great Britain 2012 di Olimpiade, tulang rawan lutut dan sempat dua kali menderita cedera hamstring. Maka posisinya di sisi kanan pertahanan City pun mesti tergeser Pablo Zabaleta yang didatangkan sejak 2008 dari Espanyol. Sejak itu, perlahan tapi pasti, Zabaleta berhasil mempermanenkan posisi di sisi kanan pertahanan City, menggeser Micah.

Faktor Zabaleta seperti belum cukup menghadang Micah karena City pun punya Aleksandar Kolarov yang bisa bermain sebagai full-back kanan. Kemudian situasi Micah di kesebelasan yang bermarkas di Stadion Ettihad tersebut kian diperparah dengan kedatangan Bacary Sagna dari Arsenal pada awal musim 2014 lalu.

Maka bukan tanpa alasan jika Micah memilih pergi menyeberang jauh ke Italia. Ia mencoba peruntungan dengan bermain untuk Fiorentina dalam status pinjaman.

Akan tetapi peruntungannya bersama La Viola, julukan Fiorentina, rupanya tidak membaik. Dirinya jarang mendapatkan kepercayaan dari Vincenzo Montela, pelatihnya saat itu. Diduga hal tersebut karena gaya permainan Italia kurang cocok dengan Micah. Terlebih karena Montela juga gemar gonta-ganti formasi dan taktik. Tidak heran jika Micah hanya bermain 19 kali dari semua ajang yang diikuti Fiorentina.

Fiorentina pada dasarnya menerapkan formasi 4-2-3-1, namun terkadang Montela mengubahnya menjadi 3-5-2 atau 3-4-1-2. Dan Montela rupanya lebih percaya kepada Nenad Tomovic untuk menempati sisi kanan pertahanan La Viola karena dianggap lebih adaptif dengan pergantian dan perubahan formasi.

"Ketika formasi Fiorentina berubah, pelatih percaya bahwa ia punya pemain yang bisa tampil lebih baik daripada saya di posisi itu," keluh Micah kepada Forza Italian Football.

Pemain bernomor punggung empat di Fiorentina itu pun bingung mengenai kelanjutan masa depannya. Pasalnya masa peminjaman La Viola kepada City pun tampaknya tidak akan diperpanjang, sedangkan kembali ke City pun agak sulit karena ia tidak ingin menghuni bangku cadangan melulu.

Beberapa kesebelasan seperti Everton, Liverpool, Newcastle, Sunderland dan West Ham United mulai menguntit perkembangan Micah. Mereka rupanya masih agak percaya bahwa Micah masih bisa mengembalikan performanya seperti di awal karirnya. Namun ternyata Micah punya pertimbangan lain. Ia justru mengutarakan keinginannya tetap berkarir di Italia. Dan kesebelasan yang diincarnya adalah Internazionale Milan. Pasalnya kini kesebelasan berjuluk I Nerazzurri tersebut dibesut Roberto Mancini, pelatihnya di Manchester City dari 2009 sampai 2013.

"Liga primer memang fantastis, tapi saya memiliki musim yang baik bersama Mancini. Mungkin itu bisa menjadi opsi saya," tutur Richards seperti dikutip dari Daily Mail.

Tapi pada akhirnya keinginan itu pun tidak bisa direalisasikan. Nyatanya ia tidak digaet Inter. Ia pun akhirnya memutuskan pulang ke Liga Inggris menerima pinangan Aston Villa.

Kesebelasan besutan Tim Sherwood tersebut mendapatkan jasa pemain 26 tahun itu secara gratis karena kontraknya bersama City habis pada Juni 2015 ini. Micah merupakan pemain pertama yang didaratkan The Villans, julukan Villa, pada bursa transfer musim ini. Ia dikabarkan menandatangani kontrak berdurasi empat tahun.

Lagi-lagi The Villans mengalahkan Liverpool. Kali ini dalam urusan merekrut pemain incarannya, "Dia punya banyak pilihan tapi aku senang dia memilih Aston Villa," ujar Sherwood seperti dikutip Mirror.

Menanti Revalitasi Sherwood

Sejak 2012 Micah dianggap sudah habis oleh banyak orang. Cap wonderkid yang pernah melekat padanya dianggap telah hilang tertiup angin. Tapi masih ada alasan kenapa Sherwood bersikukuh mendaratkan pemain kelahiran 24 Juni 1988 tersebut ke Kota Birmingham.

Manajer yang menggantikan Paul Lambert itu percaya diri bisa mengembalikan kemampuan Micah seperti zaman keemasannya bersama City. Pasalnya ia berkaca kepada pengalamannya yang sempat berhasil membangkitkan kembali kemampuan beberapa pemain yang pernah dibesutnya.

Ketika masih melatih Tottenham Hotspurs pun Sherwood berhasil mengembalikan ketajaman Emmanuel Adebayor. Begitu juga ketika ditunjuk menjadi manajer Villa. Ia berhasil mengembalikan ketajaman Cristian Benteke yang mandul dalam 10 pertandingan dari 20 Desember 2014 sampai 4 Maret 2015.

Selain urusan ketajaman, manajer 46 tahun ini juga berhasil merevalitasi kemampuan Tom Cleverley yang sempat meredup bersama Manchester United. Di bawah tempaan Sherwood, Cleverley bahkan kembali dipanggil memperkuat Inggris menghadapi Republik Irlandia dan Slovenia pada Kualifikasi Euro 2016.

Harry Kane yang musim 2014/2015 melejit merupakan buah hasil tempaan Tim Sherwood. Jangan ragukan kinerja Sherwood. Simak cerita-cerita mengenai kinerja Sherwood di sini.

"Micah pernah memainkan sepakbola di level internasional bersama Inggris di masa lalu dan jika ia bisa melakukannya lagi untuk Aston Villa, maka tidak ada alasan mengapa dia tidak bisa kembali ke level itu lagi," tegas Sherwood.

Selain itu walau lebih klop dipasang sebagai full-back kanan, datangnya Micah bisa menambah opsi di posisi bek tengah jika Ron Vlaar, kapten Villa yang kabarnya diincar Manchester United, menolak memperpanjang kontrak dengan Villa. Itu juga yang sangat disadari oleh Sherwood.

"Dia pemain yang bisa bermain di beberapa posisi. Dia bisa memainkan bek kanan, tengah dan juga bisa bekerja dalam skema pertahanan dengan tiga orang sehingga fleksibilitas adalah kelebihannya yang lain yang jelas positif," jelas Sherwood lagi.

Keputusan Richards lebih memilih Villa ketimbang City mungkin karena ia kadung rindu Birmingham. Biar bagaimana pun ia mustahil melupakan Birmingham. Di kota itulah ia dilahirkan. Birmingham adalah masa kecilnya. Kendati ragam prestasi telah diraihnya bersama City, tetap saja Manchester bukanlah rumah baginya. Siapa tahu Richards lebih bahagia berada di kesebelasan dari kota kelahirannya.

Komentar