Inikah Saat yang Tepat Bagi Tassotti untuk Melatih Milan?

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Inikah Saat yang Tepat Bagi Tassotti untuk Melatih Milan?

Beban Filippo Inzaghi memang tidak ringan. Sejak ia menduduki kursi kepelatihan AC Milan, beberapa nama pemain sudah didatangkan. Inilah yang membuat Pippo, panggilan Inzaghi, menghadapi beban yang tak mudah.

Pada bursa transfer Januari 2015, Milan mendatangkan Alessio Cerci, Mattia Destro, Gabriel Palletta, Suso dan Luca Antonelli. Tak hanya di musim dingin, pada musim panas tahun lalu pun Milan aktif mendatangkan pemain dengan berbagai cara (pinjam atau beli). Seperti Armero dan Fernando Torres. Juga Diego Lopez, Alex, Jeremy Menez yang cukup cemerlang bersama kesebelasan lamanya, ditambah pemain yang memiliki bermasa depan seperti Marco Van Ginkel.

Kedatangan nama-nama itu membuat Milan sebenarnya tidak buruk-buruk amat dalam mempersiapkan diri. Pippo, setidaknya, punya bekal yang lumayan untuk memperbaiki kinerja Milan. Mengejar juara mungkin masih berat, tapi memperbaiki peringkat musim lalu yang hanya menempati posisi delapan di klasemen akhir mestinya masih merupakan target yang realistis.

Sayangnya, di lapangan situasinya sungguh berbeda. Milan masih angin-anginan dan bahkan menembus posisi delapan pun masih kepayahan. Hingga pekan ke-25, Rossoneri hanya menduduki peringkat 11. Jumlah kemenangan yang mereka raih sangat tipis selisihnya dengan jumlah kekalahan yang mereka derita: delapan kali menang, tujuh kali kalah. Ditambah 10 kali seri.

Simak cerita terkait : Upaya Inzaghi Memaksimalkan Taktik Seadanya

   Faktor Torres dan Taktik False Nine yang Diterapkan Filippo Inzaghi

Ultimatum Inzaghi Kepada Fernando Torres


Sejak Januari 2015, Ricardo Montolivo dkk., cuma menang tiga kali. Sisanya tiga kali seri dan empat kali kalah, dua di antaranya kalah di kandang sendiri oleh kesebelasan yang reputasinya masih di bawah mereka yaitu Sassuolo dan Atalanta.

Jika Ricardo Montolivo dkk., tak segera memperbaiki kinerjenya, sangat mungkin juga mereka tak bisa bermain di Eropa bahkan walau sekedar Liga Europa UEFA sekali pun. Jika itu terjadi, posisi Pippi bisa tamat. Bahkan Corriere dello Sport melaporkan jika CEO Adriano Gallliani telah melakukan diskusi dengan Presiden Silvio Berlusconi. Keduanya menunjukan ketidaksenangan mereka pasca laga melawan Chievo akhir pekan lalu yang berakhir imbang tanpa gol.

Nama Mauro Tassotti pun kembali mencuat untuk menjadi caretaker menggantikan Pippo. Jika ini terjadi akan mengulangi apa yang pernah dialami Tasotti di musim lalu ketika menggantikan Seedorf walau hanya di satu laga saja pada Desember 2014 menyusul pemecatan Allegri. Satu-satunya laga itu saat Milan mengalahkan Spezia dengan skor 3-1 di babak 16 Besar Piala Coppa.

Pada 2001 ia juga sempat menjadi careteker, lagi-lagi hanya satu laga. Saat itu Milan berhasil menahan seri juara bertahan, AS Roma, dengan skor 1-1. Setelah laga itu, Berlusconi mempekerjakan Fatih Terim sebagai pelatih.

Namun untuk sekarang, nama Tassotti lebih kuat disebut dari sekadar menjadi caretaker. Selain Tasotti, rumor juga menyebut Luciano Spalletti, mantan pelatih Zenit st Petersburg dan AS Roma, sebagai suksesor Inzaghi.

Simak cerita terkait :

AC Milan Depak Seedorf Demi Inzaghi

Falsafah Sun Tzu yang Mengingatkan Kita Pada Inzaghi


Kiprah Tasotti di Milan sudah sangat lama. Sebagai pemain, bersama pemain-pemain legendaris Milan yang lain seperti Franco Baresi, Paolo Maldini dan Alessandro Costacurta, ia mencicipi berbagai kesuksesan. Menempati posisi sebagai bek kanan, ia dikenal sebagai bek yang lugas. Dijuluki seorang profesor karena kegigihan defensif, konsistensi permainan yang penuh kehati-hatian dan kedisiplinan taktik.

Sebagai seorang bek kanan, ia pernah dijuluki rekan-rekannya sebagai Djalma Santos, legenda Portugal yang masyhur sebagai bek kanan legendaris. Pemain yang pernah mematahkan hidung Luis Enrique, pelatih Barcelona saat ini, di perempatfinal Piala Dunia 1994 ini, juga dikenal sebagai pemain belakang yang bisa menempati beberapa posisi. Selain bek kanan, ia juga bisa main di posisi bek tengah.

Tasotti tumbuh bersama sebuah generasi pemain belakang yang mahir bermain di beberapa posisi. Selain bek tengah, Costacurta juga sering main sebagai bek kanan. Selain jadi bek kiri, Maldini mahir sebagai bek tengah. Selain seorang bek tengah legendaris, Baresi juga bisa menjadi gelandang bertahan dan mahir menjadi sweeper yang memerankan diri sebagai inisiator serangan dari belakang dengan membawa bola hingga ke lini tengah.

Ia gantung sepatu pada 1997 dan melanjutkan kiprahnya di Milan dengan menjadi pelatih di akademi. Pada 2001, ia menjadi asisten pelatih Cesare Maldini. Kemudian Tassotti terus bertahan hingga sekarang di Milan, dengan berbagai posisi, tak terkecuali menangani akademi Milan. Sudah delapan kali pergantian pelatih di Milan sejak ia bekerja di kesebelasan milik Berlusconi ini.

Dirinya pernah digosipkan akan hengkang dari Milan, mengikuti jejak Carlo Ancelotti melatih Real Madrid. Namun menjadi urung, mengingat kondisi Milan yang tidak kunjung kembali ke papan atas serie-A. Juga bagaimana Milan sudah memberikan banyak asam garam kepada pria 55 tahun ini.

Sudah delapan kali pelatih kepala silih berganti memimpinnya sebagai "karyawan" Milan usai gantung sepatu. Ia sudah melihat langsung bagaimana dilatih oleh Niels Liedhom, Sacchi, Capello hingga Ancelotti, dan rekan-rekannya yang justru lebih muda seperti Seedorf dan Inzaghi. Tasotti, pendeknya, punya pengalaman dan pengetahuan historis tentang anatomi AC Milan. Juga, tentu saja, apa yang dibutuhkan Milan.

Mengingat akhir-akhir ini Rossoneri cukup gemar menggunakan pelatih muda (ingat Leonardo, Seedorf hingga Inzaghi), mungkin saat bagi Tasotti untuk memimpin skuat Milan sudah di depan mata. Bola sedang berada di tangan Galliano dan -- tentu saja-- Berlusconi.

Komentar